dc.description.abstract | Kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan serius dan memiliki dampak yang besar bagi keseimbangan lingkungan. Mengingat dampak dari kebakaran yang sangat merugikan dan faktor penyebab timbulnya kebakaran yang kompleks, maka penting untuk dikembangkan sistem peringatan sejak dini (early warning system) guna pencegahan kebakaran lahan gambut. Indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan dapat diketahui melalui titik panas yang terdeteksi di suatu lokasi tertentu pada waktu tertentu. Dengan mengetahui pola persebaran penggerombolan titik panas maka dapat diketahui wilayah-wilayah yang memiliki kepadatan titik panas yang tinggi sehingga dapat membantu pihak yang berwenang untuk penguatan implementasi kebijakan dalam pencegahan kebakaran lahan gambut sejak dini. Salah satu pendekatan dalam data mining yang digunakan adalah clustering. Penelitian ini menerapkan pendekatan statistik untuk mengetahui pengelompokan sebaran titik panas secara spasial dan temporal. Dalam penelitian ini metode Kulldorff’s Spatial Scan Statistic (KSS) digunakan untuk clustering titik panas lahan gambut di wilayah Sumatera pada tahun 2001-2014. Data yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu data sebaran titik panas dan data sebaran lahan gambut di Pulau Sumatera. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari tujuh tahap yaitu studi literatur, pengumpulan dan analisis data, praproses data, implementasi metode KSS dengan model Poisson untuk menentukan likelihood, penentuan cluster titik panas dengan menggunakan metode KSS, validasi cluster, dan visualisasi clustering. Hasil pengujian menunjukkan bahwa cluster titik panas paling banyak terjadi pada Provinsi Riau dan Sumatera Selatan. Sebaran cluster titik panas di Sumatera berdasarkan tingkat kematangan gambut yaitu pada tahun 2001-2006 didominasi oleh tipe gambut “Hemists (100)” dengan kedalaman “sedang” dan “Hemists/Saprists (60/40)” dengan kedalaman “dalam”. Sedangkan, pada tahun 2007-2014 didominasi oleh “Hemists/Saprists (60/40)” dengan kedalaman “sangat dalam” dan “Hemists/Saprists (60/40)” dengan kedalaman “sedang”. Berdasarkan ketebalan gambut pada tahun 2001-2006 sebaran cluster titik panas di Sumatera didominasi oleh “Sedangμ 100-200 cm (D2)” dan Dalam/tebal (D3) (200-400 cm)”. Sedangkan, pada tahun 2007-2014 didominasi oleh “Dalam/tebal (D3) (200-400 cm)” dan “Sangat Dalam/Sangat Tebalμ >400cm (D4)”. Berdasarkan jenis tutupan lahan, secara umum sebaran cluster titik panas lahan gambut tahun di Sumatera pada tahun 2001–2014 didominasi oleh “hutan rawa” dan tingkat kematangan “hemik”. | id |