dc.description.abstract | Banjir merupakan salah satu dari bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Indonesia. Bencana hidrometeorologi terjadi rata-rata hampir 80 % dari total bencana yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang sering dilanda banjir. Banyaknya bencana alam yang terjadi khususnya banjir dengan berbagai faktor penyebab mendorong semakin pentingnya peran pengurangan resiko bencana. Perencanaan penggunaan lahan yang tepat dan sesuai dengan mempertimbangkan aspek bencana khususnya banjir penting untuk dilakukan dan terintegrasi dalam rencana tata ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bobot dan skor faktor pembentuk rawan banjir, memetakan sebaran wilayah yang berpotensi terjadinya rawan banjir, menganalisis keterkaitan penggunaan lahan (eksisting) terhadap wilayah yang berpotensi terjadinya rawan banjir, menganalisis keterkaitan rencana penggunaan ruang pada pola ruang RTRW Kabupaten Pidie terhadap wilayah yang berpotensi terjadinya rawan banjir. Penentuan bobot dan skor faktor pembentuk rawan banjir menggunakan analisis multikriteria dengan metode pembobotan dan skoring terhadap 5 faktor, yaitu: tutupan/penggunaan lahan, curah hujan, lereng, jenis tanah dan elevasi. Pembobotan dilakukan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisis spasial digunakan untuk menganalisis tingkat kerawanan banjir, keterkaitan penggunaan lahan eksisting pada wilayah rawan banjir dan keterkaitan rencana pola ruang pada wilayah rawan banjir. Hasil analisis AHP menunjukkan faktor utama pembentuk potensi rawan banjir adalah curah hujan (0,444) diikuti oleh tutupan/penggunaan lahan (0,259) dan lereng (0,173). Luas wilayah berdasarkan kelas potensi kerawanan banjir di Kabupaten Pidie didominasi oleh kelas agak rawan seluas 200.015 ha atau 62,97 % dari luas wilayah dengan sebaran lokasi terdistribusi diseluruh kecamatan. Hasil validasi peta rawan banjir dengan data kejadian banjir di Kabupaten Pidie periode 2011-2014 menunjukkan akurasi yang cukup tinggi dimana 177 titik dari 241 sebaran titik kejadian banjir (73,44 %) berdasarkan potensi kerawanan banjir berada pada wilayah sedang, rawan dan sangat rawan. Tutupan/penggunaan lahan eksisting berdasarkan potensi kerawanan banjir sebagian besar berada pada wilayah kelas tidak rawan dan agak rawan. Hasil integrasi peta rawan banjir dengan rencana pola ruang menunjukkan 95,03 % kawasan lindung dan 54,78 % kawasan budidaya berada pada wilayah kelas tidak rawan dan agak rawan. | id |