Show simple item record

dc.contributor.advisorHidayat, Sri Hendrastuti
dc.contributor.advisorSobir
dc.contributor.authorWulandari, Astri Windia
dc.date.accessioned2016-02-22T05:56:45Z
dc.date.available2016-02-22T05:56:45Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78525
dc.description.abstractSalah satu penyebab rendahnya produksi bawang merah secara nasional adalah ketersediaan benih yang berkualitas tinggi. Kualitas benih bawang merah ditentukan antara lain oleh status kesehatan benih. Benih yang berkualitas adalah benih yang bebas patogen termasuk bebas dari infeksi virus. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya untuk menyediakan benih bawang merah yang bebas virus. Tanaman bawang merah dapat terinfeksi oleh virus dari kelompok Potyvirus (OYDV/Onion Yellow Dwarf Virus, SYSV/Shallot Yellow Stripe Virus, dan LYSV/Leek Yellow Stripe Virus), Carlavirus (SLV/Shallot Latent Virus dan GCLV/Garlic Common Latent Virus), dan Alexivirus (MbLV/Shallot Mite borne Latent Virus, Gar-V-B, Gar-V-C, Gar-V-D dan GMV/Garlic Mosaic Virus). Penyakit yang disebabkan oleh virus bersifat sistemik dan apabila sudah ada dalam jaringan benih, akan sulit untuk dieliminasi dan dapat menyebabkan degenerasi. Infeksi virus pada tanaman bawang merah di lapangan maupun umbi di tempat penyimpanan belum banyak diketahui di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mendeteksi virus dari umbi bawang merah, mempelajari potensi perlakuan air panas dalam mengeliminasi infeksi virus pada umbi bawang merah dan mempelajari potensi perlakuan air panas yang dikombinasi dengan teknik kultur jaringan dalam mengeliminasi infeksi virus pada umbi bawang merah. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2013 hingga Juli 2015, bertempat di Laboratorium dan Rumah kaca Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, serta Laboratorium Kultur Jaringan, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor (IPB). Umbi benih bawang merah diambil dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purpossive sampling, yaitu sampel yang diambil mewakili 2 elemen pelaku usahatani bawang merah (petani dan pedagang) dari 5 daerah penghasil bawang merah (Brebes, Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Bandung). Diperoleh 10 kultivar bawang merah yaitu Bima Brebes, Nganjuk, Timur Carwan, Ilokos, Bima Curut, Sumenep, Jawa, Batu Merah, Batu Putih dan Jalaksana. Kegiatan penelitian diawali dengan identifikasi virus menggunakan metode DIBA (Dot blot immunobinding assay) dengan antibodi OYDV, SLV, dan GCLV. Sampel uji terdiri atas umbi, dan daun hasil penanaman umbi (metode growing on test), masing-masing sebanyak 15 sampel/kultivar/daerah. Sampel uji yang positif terinfeksi virus digunakan sebagai bahan perlakuan pemanasan. Pengamatan morfologi umbi bawang merah pada kultivar Bima Curut, Sumenep, Batu Merah dan Jalaksana meliputi karakter diameter, jumlah lapisan dan kekerasan umbi, menggunakan 10 umbi untuk masing-masing karakter. Sampel umbi kultivar Bima Curut, Sumenep, Batu Merah dan Jalaksana yang terinfeksi virus diberi perlakuan air panas pada suhu 40 C, 45 C, 50 C dan 55 C selama 15 dan 30 menit. Umbi bawang merah yang telah diberi perlakuan air panas kemudian ditanam pada media tanah dan pupuk kandang steril. Satu bulan setelah penanaman umbi dilakukan pengujian keberadaan virus dengan metode DIBA. Perlakuan air panas yang paling baik yaitu 45 C dan 50 C selama 15 dan 30 menit dikombinasikan dengan kultur jaringan pada media MS, 2ip 2 mg L-1 dan GA3 0.3 mg L-1. Keberadaan virus pada planlet hasil kultur jaringan dideteksi menggunakan metode RT-PCR. Berdasarkan deteksi virus dengan metode DIBA, sampel bawang merah positif terinfeksi OYDV, SLV dan GCLV dengan rata-rata persentase infeksi virus pada jenis sampel umbi bawang merah berkisar antara 0% sampai 100%, sedangkan pada sampel daun bawang merah jumlah sampel yang terinfeksi virus berkisar antara 53.33% sampai 100%. Hasil deteksi tersebut dapat digunakan untuk merekomendasikan metode deteksi virus dari umbi bawang merah, yaitu dengan metode growing on test sebelum dilakukan uji serologi. Pengamatan morfologi umbi bawang merah menunjukkan bawang merah kultivar Batu Merah memiliki diameter lebih besar dibandingkan dengan kultivar Sumenep, Bima Curut dan Jalaksana. Jumlah lapis kultivar Batu Merah lebih banyak dibandingkan kultivar Sumenep dan Jalaksana. Kultivar Jalaksana mempunyai tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar Sumenep, Bima Curut dan Jalaksana. Hasil pengamatan setelah perlakuan air panas pada suhu 40 C, 45 C, 50 C dan 55 C selama 15 dan 30 menit terhadap jumlah umbi yang tumbuh dan insidensi virus yang dikonfirmasi dengan metode DIBA menunjukkan bahwa pertumbuhan umbi kultivar Jalaksana lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar Bima Curut, Sumenep dan Batu Merah. Insidensi virus tertinggi pada kultivar Jalaksana dan terendah pada kultivar Batu Merah. Perlakuan suhu 50 C selama 30 menit dapat menekan insidensi virus sebesar 90 % pada kultivar Batu Merah. Perlakuan suhu pemanasan yang terbaik yaitu 45 °C dan 50 °C selama 15 menit dan 30 menit karena dapat menekan insidensi virus tetapi tidak mengganggu pertumbuhan umbi. Perlakuan air panas pada suhu 45 C dan 50 C selama 15 dan 30 menit yang dikombinasikan dengan kultur jaringan menunjukkan bahwa jumlah eksplan yang tumbuh pada kultivar Bima Curut cenderung lebih banyak, hal tersebut menunjukkan bahwa kultivar Bima Curut lebih toleran terhadap perlakuan pemanasan dibandingkan kultivar Sumenep. Daya tumbuh eksplan dan jumlah daun kedua kultivar menunjukan kecenderungan yang sama pada perlakuan suhu dan waktu pemanasan. Berdasarkan hasil deteksi virus pada plantlet bawang merah diketahui bahwa insidensi virus pada kultivar Sumenep cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pada kultivar Bima Curut. Perlakuan suhu 45 °C selama 15 menit pada kultivar Bima Curut dapat menekan insidensi Potyvirus dan Carlavirus sampai 100%. Perlakuan suhu 50 °C selama 15 menit pada kultivar Sumenep dapat menekan Potyvirus sampai 100%. Penyediaan umbi bawang merah bebas virus perlu diupayakan dalam rangka meningkatkan kualitas umbi benih. Perlakuan umbi dengan air panas yang dikombinasikan dengan kultur jaringan mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi metode penyediaan umbi bawang merah bebas virus.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcBulbv cropid
dc.subject.ddcOnionid
dc.subject.ddc2013-2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleDeteksi Dan Eliminasi Virus Pada Umbi Bawang Merahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDot immuno binding assayid
dc.subject.keywordGarlic common latent virusid
dc.subject.keywordShallot latent virusid
dc.subject.keywordOnion yellow dwarf virusid
dc.subject.keywordRT-PCRid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record