Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistiono
dc.contributor.advisorMuchsin, Ismudi
dc.contributor.advisorKartamihardja., Endi S.
dc.contributor.authorSuryanti, Ani
dc.date.accessioned2016-02-11T03:16:34Z
dc.date.available2016-02-11T03:16:34Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78235
dc.description.abstractIkan bilih Mystacoleucus padangensis (Bleeker, 1852) pada awalnya merupakan ikan endemik Danau Singkarak kemudian berhasil diintroduksi di Danau Toba sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies dan saat ini ikan bilih merupakan komoditas tangkapan utama di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara. Aktivitas penangkapan yang cukup tinggi dikhawatirkan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan bilih. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji karakteristik habitat pemijahan, asuhan dan pembesaran bagi kehidupan ikan bilih, 2) mengkaji makanan dan kebiasaan makan ikan bilih, 3) mengkaji pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan bilih, 4) mengkaji potensi reproduksi ikan bilih, dan 5) menentukan strategi pengelolaan yang tepat bagi keberlanjutan sumberdaya ikan bilih. Penelitian dilakukan di Sungai Naborsahan yang bermuara ke Danau Toba Sumatera Utara. Pengamatan parameter lingkungan dan parameter biologi dilakukan setiap bulan selama 12 bulan dari Bulan April 2013 hingga Maret 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian ditetapkan dengan cara zonasi dengan mempertimbangkan karakteristik perairan sungai yang bermuara ke Danau Toba berdasarkan tipologi habitat, pengaruh tekanan lingkungan sekitar danau, dan eksploitasi sehingga contoh ikan yang diperoleh menggambarkan kondisi ikan bilih yang ada di perairan atau habitatnya, dan efisiensi operasional pelaksanaan. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan enam stasiun yaitu tiga stasiun mewakili bagian sungai, satu stasiun muara dan dua stasiun mewakili bagian danau. Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar faktor yang dapat berpengaruh pada kondisi habitat pemijahan, asuhan dan pembesaran bagi kehidupan ikan bilih, kelimpahan juvenil dan ikan antar stasiun dan waktu. Struktur populasi ikan berdasarkan jenis kelamin, struktur ukuran dan struktur Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut stasiun dan waktu dianalisis secara deskriptif. Hubungan fekunditas dengan ukuran ikan (panjang dan bobot) ditentukan menggunakan analisis regresi, parameter pertumbuhan (K, L∞, dan t0) ikan bilih diduga menggunakan metode ELEFAN yang terakomodasi pada perangkat lunak FISAT II. Hasil pengamatan karakteristik habitat diperoleh ada tiga pengelompokan stasiun yang memiliki kemiripan yang sama, yaitu kelompok 1 (Stasiun 1 mirip dengan Stasiun 2), kelompok 2 (Stasiun 3 mirip dengan Stasiun 4), dan kelompok 3 (Stasiun 5 mirip dengan Stasiun 6). Sifat fisika, kimia dan biologi yang menonjol pada Stasiun 1 dan 2 adalah DO, arus, jumlah ikan betina dan jumlah ikan jantan. Pada Stasiun 3 dan 4, sifat-sifat yang dominan adalah Fosfat, Nitrit, kedalaman, kecerahan, COD, BOD5, kekeruhan, jumlah anakan dan juvenil. Nitrat, plankton, suhu, akalinitas, pH, amoniak paling unggul di Stasiun 5 dan 6. Faktor fisika kimia yang berpengaruh paling kuat di Stasiun 1 dan 2 adalah arus, kemudian DO, sementara kekeruhan dan BOD5 lebih berpengaruh kuat di stasiun 3 dan 4 dibandingkan faktor fisika kimia lainnya. Pada stasiun 5 dan 6, faktor fisika dan kimia yang paling berpengaruh kuat adalah alkalinitas, pH dan amoniak. Secara umum kondisi kualitas air di lokasi penelitian masih mendukung untuk kehidupan plankton, perifiton dan ikan bilih. Fitoplankton dan perifiton yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dari kelas Bacillariophyceae. Makanan alami ikan bilih di sungai dan Danau Toba adalah sama yaitu fitoplankton dari kelas Bacilariopiceae. Pakan alami ikan bilih di dalam usus adalah fitoplankton diantaranya: Rhizosolenia, Synedra, Gonatozygon, Closterium, Surirella, Pinnularia, Oscillatroria, Melosira, Gyrosigma, Aulacoseira dan Zooplankton antara lain Creseis, Tubifex dan Daphnia. Jenis pakan alami yang ditemukan paling banyak di dalam usus ikan bilih adalah fitoplankton dari genus Synedra kelas Bacilariopiceae nilai IP (Index of Preporedance) yaitu 98.9%. Berdasarkan komposisi pakan alami yang mendominasi, ikan bilih termasuk ikan pemakan plankton (plankton feeder). Ikan bilih selama waktu beruaya tetap melakukan aktivitas makan dan aktif mencari makan pada siang hari atau bersifat diurnal. Hasil tangkapan ikan bilih selama penelitian sebanyak 6 069 ekor yang terdiri dari 4 044 ikan jantan dan 2 025 ekor ikan betina. Pola pertumbuhan ikan bilih jantan dan betina bersifat allometrik negatif (P<0.05). Panjang asimtotik ikan bilih jantan (L∞) 184.97 mm, koefisien pertumbuhan (K) 0.25 t-1, t0 -0.399, sedangkan panjang asimtotik ikan bilih betina (L∞) 190.47 mm, koefisien pertumbuhan (K) 0.39 t-1 dan t0 -0.25. Laju mortalitas alami ikan bilih jantan (0.404) dan ikan bilih betina (0.536). Laju eksploitasi ikan bilih jantan (0.886) dan laju eksploitasi ikan bilih betina (0.825). Nilai rata-rata laju eksploitasi, ikan bilih di Sungai Naborsahan, Danau Toba telah melebihi laju ekploitasi optimum (0.5). TKG ikan bilih dapat dibedakan menjadi 5 tahap yaitu tahap 1 (immature), Tahap II (pra mature), Tahap III (maturing), Tahap IV (mature) dan Tahap V (spent). Fekunditas atau potensi reproduksi ikan bilih bervariasi berdasarkan ukuran bobot tubuh ikan. Tipe pemijahan ikan bilih adalah berulang (partial spawner), puncak pemijahan terjadi pada bulan September dan Maret. Jumlah ikan matang gonad pada tiap stasiun penelitian relatif sama, namun semakin ke hulu menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah ikan bilih matang gonad. Strategi pengelolaan ikan bilih di Sungai Naborsahan, Danau Toba Sumatera Utara dapat ditentukan berdasarkan aspek ekobiologi, meliputi: pengaturan musim penangkapan, pengaturan alat tangkap yang boleh dioperasikan dan ukuran ikan terkecil yang boleh ditangkap, penataan kawasan perbaikan habitat serta penetapan kawasan konservasi. Disamping aspek ekobiologi juga harus tetap memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar danau dan sungai. Penerapan konsep manajemen kooperatif yang tepat dan berkelanjutan menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan, khususnya ikan bilih. Koordinasi dan kerjasama dari semua instansi antara lain pemerintah daerah, pemerintah pusat, masyarakat, swasta dan perguruan tinggi dalam pengelolaan sumberdaya ikan bilih sangat diperlukan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcFreswaterid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcSumatera Utaraid
dc.titleEkobiologi Ikan Bilih Mystacoleucus Padangensis (Bleeker, 1852) Sebagai Dasar Pengelolaan Di Sungai Naborsahan, Danau Toba, Sumatera Utaraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordhabitatid
dc.subject.keywordkebiasaan makananid
dc.subject.keywordpertumbuhanid
dc.subject.keywordreproduksiid
dc.subject.keywordbilih (Mystacoleucus padangensis)id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record