Show simple item record

dc.contributor.advisorJaya, I Nengah Surati
dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi
dc.contributor.advisorTiryana, Tatang
dc.contributor.authorSulistiyono, Nurdin
dc.date.accessioned2016-01-08T23:06:25Z
dc.date.available2016-01-08T23:06:25Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77347
dc.description.abstractDalam kurun waktu dua dekade terakhir, masyarakat internasional menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan deforestasi. Pemantauan luas hutan merupakan suatu hal yang penting dan diperlukan dalam skema REDD. Monitoring diperlukan sebagai peringatan bahaya deforestasi. Monitoring penutupan lahan/hutan dalam skala regional yang luas memerlukan waktu dan biaya yang besar. Penggunaan citra satelit resolusi rendah seperti Terra MODIS MOD13Q1 merupakan salah satu solusi untuk melakukan pemantauan penutupan hutan dalam level regional maupun nasional. Tingginya tingkat deforestasi yang terjadi di Kepulauan Sumatera diduga dipicu oleh berbagai faktor. Penelitian ini meneliti bagaimana perilaku deforestasi terkait dengan tipologi daerah, serta bagaimana deforestasi sedang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, biologi, sosial, ekonomi dan / atau budaya masyarakat setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model spasial deforestasi berdasarkan faktor pemicu dalam setiap tipologi di Kepulauan Sumatera. Kelas tipologi dikembangkan atas dasar faktor sosio-ekonomi menggunakan ukuran jarak standar-euclidean dan keanggotaan setiap cluster ditentukan dengan menggunakan metode tetangga terjauh. Metode regresi logistik digunakan untuk memodelkan dan memperkirakan distribusi spasial deforestasi. Studi ini menemukan bahwa tipologi deforestasi di Kepulauan Sumatera dapat diklasifikasikan menjadi dua kelas tipologi dengan tingkat laju peningkatan jumlah keluarga pertanian sebagai faktor penentunya. Model spasial deforestasi pada tipologi 1 dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah keluarga pertanian, elevasi, dan jarak dari jalan; sementara pada tipologi 2 terdapat lima faktor dominan yang mempengaruhi model deforestasi, yaitu, jumlah keluarga pertanian, kemiringan, elevasi, jarak dari jalan dan jarak dari sungai. Hasil pemantauan perubahan penutupan lahan hutan menggunakan citra satelit Terra MODIS MOD13Q1 dalam kurun waktu tahun 2000- 2012, luas penutupan hutan di Kepulauan Sumatera terus mengalami penurunan dengan cepat. Hasil pemantauan penutupan hutan setelah dikurangi luas HTI diperkirakan pada tahun 2000 seluas 12,150,500.0 ha (25.7%), kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi 10,398,324.8 ha (22.0%) dan pada tahun 2012 terdeteksi seluas 9,960,893.3 ha (21.0%). Hasil penutupan lahan hutan yag dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan hutan oleh Kementerian Kehutanan dengan selisih 9.5 – 19.3% lebih rendah. Berdasarkan analisis post clasification comparison, laju deforestasi pada periode 2000 – 2006 sebesar 292,029.2 ha/tahun dan menurun pada periode tahun 2006 – 2012 sebesar 72,905.3 ha/tahun. Hasil pengujian akurasi tipologi deforestasi terhadap pengelompokan daerah administrasi kabupaten/kota yang ada di Kepulauan Sumatera menunjukan bahwa nilai overall accuracy terbaik dengan nilai akurasi sebesar 73.1% adalah pengelompokan menjadi dua tipologi dengan satu peubah yakni pertambahan laju jumlah keluarga pertanian sebagai variabel kunci. Besarnya nilai rata-rata nilai laju deforestasi untuk tipologi 1 (laju deforestasi rendah) sebesar 1,156.5 ha/th dan tipologi 2 (laju deforestasi tinggi) sebesar 3,968.8 ha/th. Kondisi penutupan patch hutan yang terdeforestasi di tipologi 1 lebih terfragmentasi dibandingkan dengan tipologi 2. Pola spasial patch hutan yang terdeforestasi deforestasi pada kedua tipologi berdasarkan indeks clumpiness menunjukan pola yang mengelompok. Namun demikan kondisi pengelompokan penutupan hutan di tipologi 2 lebih besar dibandingkan pada tipologi 1. Hal ini menunjukan deforestasi akibat pembukaan hutan untuk perkebunan yang terjadi di tipologi 2 lebih banyak dilakukan oleh perkebunan besar, sebaliknya di tipologi 1 pembukaan hutan untuk perkebunan lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dan perusahaan perkebunan dalam skala kecil. Hasil analisis regresi logistik diperoleh model spasial dari deforestasi di tipologi 1 adalah Logit (deforestasi) = 1.355 + (0.012 * total keluarga pertanian) - (0.08 * elevasi) - (0.019 * jarak dari jalan), sedangkan model spasial deforestasi pada tipologi 2 adalah logit (deforestasi) = 1.714 + (0.007 * total keluarga pertanian) - (0021 * kemiringan) - (0.051 * elevasi) - (0.038 jarak dari jalan) + (0.039 * jarak dari sungai). Hasil uji validasi model deforestasi pada tahun 2000 - 2006 memiliki nilai akurasi keseluruhan sekitar 68.5% (tipologi 1) dan 74.5% (tipologi 2), model deforestasi di tahun 2006 - 2012 memiliki nilai Overall Accuracy sebesar 65.4% (tipologi 1) dan 72.2% (tipologi 2). Urutan faktor pemicu deforestasi dimulai dari faktor pemicu yang mempunyai kontribusi terbesar pada tipologi 1 berturut-turut adalah; ketinggian tempat, jarak dari jalan, jumlah keluarga pertanian, sedangkan pada tipologi 2 peluang terjadinya deforestasi dipengaruhi oleh faktor pemicu deforestasi ketinggian tempat, jarak dari jalan, slope, jarak dari sungai, dan jumlah keluarga pertanian. Model spasial deforestasi tahun 2000 – 2006 yang dihasilkan cukup baik digunakan untuk memprediksi peluang terjadinya deforestasi yang terjadi pada tahun 2006 – 2012 dengan nilai overall accuracy sebesar 65.4% untuk tipologi 1 dan 72.2% untuk tipologi 2.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcForestryid
dc.subject.ddcForest typologyid
dc.titlePemodelan Spasial Deforestasi Menggunakan Pendekatan Tipologi Di Kepulauan Sumateraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordmodel deforestasiid
dc.subject.keywordregresi logistikid
dc.subject.keywordtipologiid
dc.subject.keywordKepulauan Sumateraid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record