Pengelolaan Perikanan Tangkap Berbasis Ikan Unggulan Di Selat Alas Provinsi Nusa Tenggara Barat
View/ Open
Date
2015Author
Santoso, Didik
Baskoro, Mulyono Sumitro
Simbolon, Domu
Novita, Yopi
Mustaruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan perikanan tangkap di Selat Alas memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat di daerah ini, terutama terhadap masyarakat nelayan. Berbagai jenis ikan komoditas penting dari perairan ini misalnya cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan penciri perikanan tangkap di perairan Selat Alas ini. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan adanya gejala tangkap lebih terhadap sumber daya cumi-cumi di perairan Selat Alas yang disebabkan oleh peningkatan jumlah armada yang dioperasikan sebagai akibat peningkatan jumlah populasi nelayan yang tidak terkontrol. Besarnya populasi nelayan yang menggantungkan usahanya di perairan Selat Alas ini dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan dan peningkatan konflik antar nelayan. Untuk menekan terjadinya kondisi yang tidak diharapkan, maka sumber daya ini perlu segera dikelola dengan tepat. Pengelolaan perikanan dimaksudkan untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan sehingga pemanfaatannya dapat berlanjut dalam jangka panjang. Salah satu metode pengelolaan yang dapat diterapkan adalah melalui pengaturan alokasi yang tepat terhadap upaya penangkapan di daerah penangkapan. Pengaturan tingkat upaya ini bertujuan untuk mengendalikan produksi tangkapan (out put). Pengendalian out put ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan profit (keuntungan) tidak hanya bagi nelayan namun juga bagi kelangsungan sumberdaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan komposisi dan kelimpahan sumber daya ikan (SDI) di perairan Selat Alas Provinsi NTB; menentukan komoditas ikan unggulan di perairan Selat Alas Provinsi NTB; menduga potensi lestari maksimum sumber daya ikan unggulan, menentukan tingkat pemanfaatan ikan unggulan di perairan Selat Alas Provinsi NTB; menentukan teknologi penangkapan ikan unggulan dan kelayakan usahanya; menentukan produktifitas ikan unggulan di daerah tangkapan berdasarkan sebaran SPL dan klorofil-a di Selat Alas Provinsi NTB; dan menyusun konsep pengelolaan perikanan tangkap berbasis ikan unggulan di Selat Alas Provinsi NTB. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan yaitu Agustus 2012-Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan di desa nelayan di kawasan Selat Alas Provinsi NTB yaitu di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan di Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Analisis skoring dan standarisasi fungsi nilai digunakan untuk mengidentifikasi sumber daya ikan unggulan dan menentukan teknologi penangkapan terpilih, sedangkan potensi lestari maksimum dianalisis menggunakan “model produksi surplus” dari Schaefer. Selanjutnya untuk mendapatkan dinamika oseanografi (suhu permukaan laut/SPL dan klorofil-a/klorofil-a) digunakan data sekunder dari data citra satelit Aqua MODIS Level-3 dengan resolusi spasial 0,05o x 0,05o dan resolusi temporal 8 harian yang cakupan waktunya dari Agustus 2008-Desember 2012. iii Hasil skoring dan standardisasi fungsi nilai terhadap sumber daya ikan ditetapkan 5 jenis ikan unggulan berdasarkan ranking yang diperoleh yaitu : cumi-cumi (Loligo edulis), cakalang (Katsuwanus pelamis), tongkol (Euthynnus sp), kakap merah (Lutjanus campechanus), dan kerapu (Ephinephelus sp). Potensi lestari maksimum tertinggi adalah cakalang (1,493.0 ton/tahun) kemudian diikuti oleh tongkol (1,189.1 ton/tahun), cumi-cumi (657.2 ton/tahun), kerapu (259 ton/tahun), dan kakap merah (205.8 ton/tahun). Tingkat pemanfaatan cumi-cumi, tongkol, dan kerapu berada pada status over exploited, sedangkan cakalang dan kakap merah berada pada status moderately exploited. Hasil skoring standardisasi fungsi nilai terhadap aspek teknis, finansial, lingkungan, dan sosial maka teknologi penangkapan terpilih berturut-turut adalah pancing tonda, payang, rawai hanyut, pancing ulur, jaring insang tetap, jaring klitik, dan jaring insang hanyut. Secara umum teknologi penangkapan yang diusahakan olen nelayan saat ini secara finansial layak untuk diusahakan. Suhu permukaan laut tertinggi di selat alas terjadi pada bulan November dan Desember dengan suhu rata-rata mencapai 29.8oC dan SPL terendah terjadi pada bulan Agustus dengan suhu rata-rata mencapai 27.0oC. Seperti halnya SPL, sebaran klorofil-a juga berfluktuatif. Konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 0.5 mg/m3 kemudian menurun pada bulan Desember dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0.2 mg/m3. Rendahnya SPL Selat Alas pada bulan Agustus diikuti dengan tingginya konsentrasi klorofil-a khususnya pada bagian selatan selat merupakan indikasi terjadinya peristiwa upwelling. Sebaran daerah penangkapan ikan unggulan berbeda-beda sesuai dengan jenis ikannya. Cumi-cumi banyak ditangkap di daerah perairan Tanjung Ringgit, Selayar, Rambang, Kuang Wai, dan Teluk Sunut. Selanjutnya ikan cakalang dan tongkol banyak ditangkap di daerah perairan Maluk, Pulau Tiga, Tanjung Cine, Tanjung Ringgit, Teluk Sunut, dan Teluk Benete. Akan tetapi ikan kerapu dan kakap merah banyak ditangkap di sekitar perairan pulau-pulau kecil dan terumbu karang seperti Maringkik kemudian diikuti Teluk Sunut, Pulau Pasaran, Pulau Belang, Gili kere, dan Pulau Kenawa. Konsep pengelolaan perikanan tangkap berbasis ikan unggulan di Selat Alas dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat atau yang lebih dikenanl dengan Co-management dan di dasarkan atas pengendalian jumlah input yaitu upaya penangkapan. Besarnya upaya penangkapan ini didasarkan dari hasil analisis dari masing-masing ikan unggulan selat Alas. Konsep pengelolaan perikanan tangkap ini juga tidak merekomendasikan pengembangan penangkapan ikan unggulan yang sudah over exploited (cumi-cumi, tongkol, dan kerapu) baik penambahan armada maupun penambahan tingkat upaya. Penangkapan ikan yang sudah over exploited ini diarahkan pada pengawasan pada upaya yang dilakukan yaitu dibawah atau sampai dengan upaya optimumnya (Fopt). Pengembangan penangkapan pada ikan cakalang dan ikan kakap merah dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan mengontrol tingkat upaya dibawah atau hingga mencapai upaya optimumnya, dan pengaturan penangkapan ikan unggulan yang sudah over exploited dengan cara pembatasan penangkapan pada daerah tangkapan.
Collections
- DT - Fisheries [725]