dc.description.abstract | Hutan rakyat telah lama diusahakan oleh petani di Jawa dan terbukti telah berkontribusi terhadap suplai kayu nasional. Suplai tersebut ditunjukkan dengan semakin bergeliatnya usaha hutan rakyat (HR) sehingga mampu memberikan sumbangan pendapatan yang nyata bagi petani, serta dalam perbaikan kondisi lingkungan. Hasil kayu HR Kabupaten Ciamis dapat menyuplai kebutuhan kayu ke berbagai wilayah di Jawa khusunya ke wilayah Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Salah satu sumber produksi kayu HR yaitu dari kegiatan penebangan berdasarkan desakan kebutuhan (tebang butuh). Kekhawatiran kelestarian HR akan terganggu jika praktek tebang butuh (TB) terus dilakukan karena kebutuhan yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap dan menganalisis praktek TB di HR dengan pendekatan aspek produksi dan aspek-aspek lain yang mendukung terciptanya kelestarian kayu di HR. Penelitian dilakukan pada bulan Juli–Desember 2014 di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dengan responden sebanyak 90 orang. Penelitian dilakukan dengan mencermati kejadian TB selama 10 tahun (2004–2014) dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HR merupakan pekerjaan sampingan (subsisten), sehingga pengelolaan yang dilakukan kurang intensif. Tegakan HR merupakan tabungan petani HR, oleh sebab itu pemanfaatan kayunya pada saat memiliki kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Kebutuhan tersebut yaitu membangun/merenovasi rumah, biaya sekolah, konsumsi, modal usaha (berdagang, pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan), membeli tanah, hajatan (tahlilan, pernikahan, khitanan), membeli kendaraan, berobat, membayar hutang, serangan hama uter-uter (Xystrocera festiva), dan kebutuhan lain-lain seperti adat, kegiatan desa, meubeler. Praktek TB di dua lokasi penelitian yaitu Panumbangan dan Pamarican tidak menggangu kelestarian hasil kayu HR karena intensitas dan jumlah penebangan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dan intensitas penanaman. Sedangkan di wilayah Cijeungjing TB mengganggu kelestarian karena jumlah dan intensitas penanaman lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dan intensitas TB, selain itu adanya faktor tekanan terhadap kebutuhan lahan menjadi penyebab HR tidak lestari. Praktek TB yang lestari juga didukung adanya pengetahuan lokal masyarakat tentang kelestarian HR yang masih terjaga | id |