Show simple item record

dc.contributor.advisorCahyaningsih, Umi
dc.contributor.advisorTiuria, Risa
dc.contributor.authorJabal, Arif Rahman
dc.date.accessioned2015-11-17T06:40:20Z
dc.date.available2015-11-17T06:40:20Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76695
dc.description.abstractDanau Lindu terletak di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, berjarak sekitar 77 km arah utara dari Palu, Ibukota Sulawesi Tengah. Dataran Lindu berada pada ketinggian 950 m dpl. Jenis ikan yang terdapat di danau Lindu yaitu ikan gabus, belut yang merupakan penghuni asli danau Lindu, sedangkan ikan tawes, ikan mas, ikan gurame dan ikan mujair merupakan ikan hasil introduksi sejak tahun 1950-an. Populasi ikan sidat umunya terdapat di sungai-sungai Sulawesi Tengah, Danau Poso dan muara sungai Teluk Palu, sedangkan populasi ikan sidat asal Danau Lindu belum banyak informasi dibandingkan ikan sidat asal Danau Poso. Ikan sidat memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena banyak diminati Jepang, Hongkong, Jerman, dan Italia. Harga jual ikan sidat sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kesehatan ikan seperti infeksi endoparasit. Protozoa dan cacing parasitik dapat menimbulkan kerugian ekonomis dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi parasit menyebabkan penurunan tingkat fekunditas dan mempengaruhi perkembangan benih ikan. Selain itu, beberapa jenis cacing parasitik ikan juga dapat menginfeksi manusia (zoonosis). Salah satu jenis cacing parasitik ikan yang bersifat zoonosis adalah Anisakis simplex. Pengambilan sampel penelitian ikan sidat di Danau Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah dan pemeriksaan ikan sidat di Laboratorium Helminthologi dan Protozoologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Metode yang dilakukan meliputi koleksi sampel ikan sidat, pemeriksaan sampel ikan, pengamatan, pengukuran dan identifikasi parasit. Prosedur yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan parasit adalah mematikan ikan sampel dengan menusukkan jarum tepat pada bagian medulla oblongata. Kemudian dicatat panjang dan bobot setiap sampel ikan. Pemeriksaan lendir kulit, permukaan kulit, insang, sirip, dan usus. Pemeriksaan protozoa menggunakan perwarnaan Giemza, cacing trematoda dan cestoda menggunakan pewarnaan Semichon Acetocarmine (pewarnaan permanen) dan cacing nematoda menggunakan pewarnaan minyak cengkeh dan KOH (pewarnaan semi permanen). Morfologi dan morfometri pada parasit menggunakan mikroskop stereo dan binokuler. Pengukuran panjang dan lebar badan parasit menggunakan mikroskop mikrometer untuk membantu identifikasi jenis cacing dan protozoa. Sebanyak 43 ekor ikan sidat yang diperiksa dengan ukuran panjang 30-50 cm dan berat 30.10-273.50 gram dengan rata-rata 98.98 gram. Ikan yang terinfeksi protozoa dan cacing parasitik sebanyak 34 ekor dengan persentase 79% dari total ikan. Protozoa parasitik yang menginfeksi ikan sidat yaitu Myxidium sp., Myxobolus sp., Henneguya sp., Ceratomyxa sp., Chilodonella sp., Balantidium sp., Glugea sp. dan cacing parasitik yang menginfeksi ikan sidat yaitu Anisakis simplex, Anguillicola sp., and Digenea Protozoa parasitik yang menginfeksi ikan sidat yaitu Myxidium sp., Myxobolus sp., Henneguya sp., Ceratomyxa sp., Chilodonella sp., Balantidium sp., Glugea sp. dan cacing parasitik yang menginfeksi ikan sidat yaitu Anisakis simplex, Anguillicola sp., dan Digenea. Prevalensi protozoa parasitik tertinggi yaitu Myxidium sp. sebesar 77%, diikuti Henneguya sp. 58%, dan prevalensi cacing parasitik tertinggi yaitu Anisakis simplex 44%, dan Digenea 23%. Indeks dominansi mendeskripsikan tentang jumlah keseluruhan protozoa dan cacing parasitik yang terdapat pada ikan sidat asal Danau Lindu. Nilai dominansi tertinggi yaitu Myxidium sp. sebesar 0,23 diantara protozoa yang menginfeksi ikan sidat dan cacing Anisakis simplex memiliki nilai dominansi tertinggi sebesar 0.00046 diantara cacing parasitik lain. Nilai dominansi protozoa dan cacing parasitik pada ikan sidat berkisar antara 0.0000020–0.23, indeks tersebut mendekati 0 (nol). Indeks dominansi Simpson menunjukkan bahwa tingkat dominansi protozoa dan cacing parasitik tidak ada yang mendominasi di antara parasit lainnya pada ikan sidat. Pemeriksaan protozoa dan cacing parasitik terbagi atas lendir kulit, kulit, sirip, insang dan usus. Uji chi-square (χ2= hit 444.98 > χ2 tab 9.49) menunjukkan perbedaan habitat protozoa dan cacing parasitik pada organ-organ tubuh sidat. Insang dan usus merupakan organ yang disukai protozoa dan cacing parasitik dengan melihat jumlah individu tiap protozoa dan cacing parasitik yang banyak dibandingkan dengan lendir kulit, kulit, dan sirip.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcParasitologyid
dc.subject.ddcmedical Entomologyid
dc.subject.ddcParasitologyid
dc.titleProtozoa Dan Cacing Parasitik Pada Ikan Sidat (Anguilla Spp.) Asal Danau Lindu Sulawesi Tengahid
dc.subject.keywordchi-squareid
dc.subject.keywordDanau Linduid
dc.subject.keywordikan sidatid
dc.subject.keywordindeks dominansiid
dc.subject.keywordprevalensiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record