Show simple item record

dc.contributor.advisorSudadi, Untung
dc.contributor.advisorTjahjono, Boedi
dc.contributor.authorMeyana, Lia
dc.date.accessioned2015-06-24T02:23:24Z
dc.date.available2015-06-24T02:23:24Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75626
dc.description.abstractPulau Bangka merupakan bagian dari kawasan “sabuk timah” Asia Tenggara yang menyebar dari daratan Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau hingga ke Pulau Bangka dan Belitung. Sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia, selain menjadikannya sebagai salah satu sektor perekonomian andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, aktivitas pertambangan timah di Pulau Bangka juga menimbulkan kerusakan lingkungan akibat terbentuknya kubangan raksasa serta hamparan tailing dan overburden. Ketergantungan terhadap pertambangan timah harus segera diantisipasi mengingat cadangan ekonomis bijih timah di Pulau Bangka diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Oleh karena itu, sektor perekonomian lain perlu dikembangkan. Areal bekas tambang timah yang dimanfaatkan secara optimal dapat meningkatkan perekonomian wilayah. Salah satu tantangan dan kesempatan pemanfaatannya adalah dengan mengembangkannya sebagai bagian dari kawasan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi dan menganalisis sebaran serta luasan areal bekas tambang timah; (2) menganalisis hirarki perkembangan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah; (3) mengidentifikasi jenis obyek wisata yang dapat dikembangkan; serta (4) menganalisis serta merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui: (1) studi literatur dan pengumpulan data sekunder yang meliputi peta dasar dan tematik, data sosial ekonomi serta pustaka terkait dan (2) pengumpulan data primer melalui survei lapangan dan wawancara mendalam terhadap responden dengan panduan kuesioner. Responden terdiri dari unsur Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [Bappeda], Dinas Pariwisata dan Kebudayaan [Disbudpar] serta Dinas Pertambangan dan Energi [Distamben]), Pemerintah Kabupaten Bangka (Bappeda, Disbudpar dan Distamben), PT Timah (Persero) Tbk, Lembaga Swadaya Masyarakat (WALHI) serta akademisi (Pusat Pengembangan Pariwisata ITB dan Universitas Bangka Belitung). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan areal bekas tambang timah, analisis skalogram untuk mengetahui hirarki wilayah pada areal bekas tambang, Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui jenis wisata prioritas yang dapat dikembangkan menurut persepsi stakeholders, serta A’WOT (kombinasi AHP dan SWOT) untuk merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka adalah 18.017 ha yang tersebar di enam kecamatan dan 30 desa, yaitu di kecamatan Belinyu seluas 8.509 ha (8 desa), Riau Silip seluas 5.879 ha (7 desa), Sungailiat seluas 1.023 ha (6 desa), Pemali seluas 1.707 ha (5 desa), Merawang seluas 531 ha (3 desa) dan Bakam seluas 368 ha (1 desa). Dari 30 desa yang dianalisis, empat desa termasuk wilayah dengan kategori Hirarki I, 10 desa dengan Hirarki II, dan 16 desa dengan Hirarki III yang menunjukkan urutan menurun kesiapan wilayah untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Berdasarkan preferensi stakeholders, prioritas jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka adalah wisata alam, wisata budaya dan selanjutnya wisata buatan. Wisata alam diprioritaskan pada rekreasi air, tempat pemancingan, geotracking/hiking, taman flora dan fauna serta selanjutnya agrowisata. Wisata budaya diprioritaskan pada desa wisata, industri kerajinan, museum dan selanjutnya upacara adat. Wisata buatan diprioritaskan pada eduwisata, taman bermain anak, breeding farm, selanjutnya sirkuit motocross dan arena road race. Dengan mempertimbangkan hirarki wilayah dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bangka diperoleh empat wilayah prioritas pada areal bekas tambang timah yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari kawasan pariwisata. Wilayah Prioritas I seluas 922 ha, Prioritas II seluas 5,882 ha, Prioritas III seluas 560 ha dan Prioritas IV seluas 2,758 ha. Lima strategi prioritas pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata yang direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Bangka adalah: (1) mengembangkan mining tourism sebagai brand image wisata; (2) meningkatkan sarana dan prasarana umum pendukung pariwisata; (3) memanfaatkan CSR perusahaan tambang untuk pengembangan mining tourism; (4) mempermudah akses bagi investor dalam pengembangan potensi pariwisata; dan (5) meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam pengembangan wilayah berbasis areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcPhysical planningen
dc.subject.ddcRegional planningen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcBangkaen
dc.titleArahan Dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah Sebagai Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Bangkaen
dc.subject.keywordareal bekas tambang timahen
dc.subject.keywordKabupaten Bangkaen
dc.subject.keywordmining tourismen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record