dc.description.abstract | Sistem penjualan pohon sengon (Paraserianthes falcataria L.) di hutan rakyat tanpa menggunakan cara pendugaan volume pohon yang tepat dapat menimbulkan kehilangan keuntungan petani. Harga kayu seringkali tidak ditentukan berdasarkan volume pohon, melainkan berdasarkan taksiran harga per batang pohon (untuk sistem penjualan batangan) dan taksiran harga total tegakan (untuk sistem penjualan borongan). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model volume pohon sengon dan mengevaluasi praktek yang biasa dilakukan dalam penjualan kayu sengon di hutan rakyat. Penelitian ini menggunakan 100 pohon contoh untuk pembuatan model volume, angka bentuk, dan persamaan taper, sedangkan untuk validasi menggunakan 68 pohon contoh lainnya. Wawancara dengan petani dan pembeli pohon sengon dilakukan untuk menilai kehilangan keuntungan dari sistem penjualan yang dilakukan. Potensi kehilangan keuntungan diperoleh melalui pegukuran pohon dari areal hutan rakyat seluas 500 m2, dengan menghitung nilai rata-rata dari lima pohon yang mewakili kelas diameter untuk sistem batangan dan seluruh tegakan sengon untuk sistem borongan. Pada kedua sistem penjualan tersebut, potensi kehilangan keuntungan petani dihitung berdasarkan selisih antara taksiran harga kayu dari tengkulak dengan harga pasar kayu (per m3), dengan memperhitungkan harga pemanenan kayu yang dikeluarkan oleh tengkulak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model volume yang dapat digunakan secara akurat untuk menduga volume pohon sengon di hutan rakyat dapat menggunakan hanya dengan satu peubah penduga yaitu diameter pohon. Sistem penjualan berdasarkan batangan dan luasan menyebabkan potensi kehilangan keuntungan petani sebesar 23.86% dan 32.19%. Untuk menghindari kelemahan sistem penjualan tersebut maka model volume hasil penelitian ini direkomendasikan untuk digunakan dalam pendugaan volume pohon sengon. | en |