Pemanfaatan Biomassa Tanaman Terhadap Karakteristik Kimia Tailing Tambang Timah

View/ Open
Date
2015Author
Dodi, Paternus Pius
Suryaningtyas, Dyah Tjahyandari
Darmawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Penambangan timah di Pulau Bangka mengakibatkan terjadinya perubahan karakteristik lahan secara drastis karena terbentuknya hamparan tailing. Perbaikan kualitas tailing pada lahan bekas tambang perlu dilakukan antara lain dengan penambahan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari pengaruh pemberian pupuk cair terhadap kadar hara tanaman, (2) mempelajari pengaruh pemberian biomassa tanaman (melastoma, akasia, sengon, dan rumput) yang telah diberi pupuk cair terhadap kualitas tailing timah, dan (3) mempelajari kecepatan dekomposisi masing-masing biomasa tanaman. Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan utama yaitu (1) percobaan pemberian pupuk cair pada tanaman, (2) percobaan pemberian biomassa pada tailing, dan (3) uji laju dekomposisi biomassa. Analisis laboratorium dibagi dua bagian, pertama analisis kadar hara tanaman terdiri atas pengukuran kadar N, P, K, Ca, dan Mg. Kedua analisis sifat kimia tailing yaitu terdiri atas pengukuran nilai pH, kadar C-organik, N-total, Ptersedia, kapasitas tukar kation, dan basa-basa tailing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tailing pada lahan bekas tambang bertekstur pasir. Tailing bekas tambang memiliki reaksi sangat masam (pH <4.5), dengan sifat kimia tailing lainnya secara umum tergolong sangat rendah, yaitu C-organik kurang dari <1.00%, N-total kurang dari 0,10%, demikian kadar basa-basa (K, Ca, dan Mg). Pemberian pupuk cair secara umum berpengaruh meningkatkan kadar N, P, K, Ca, dan Mg pada masing-masing biomassa tanaman. Pemberian pupuk cair yang paling baik terjadi pada perlakuan dengan dosis 2 ml/L. Pemberian biomassa tanaman akasia, rumput, melastoma, dan sengon pada tailing meningkatkan nilai pH, C-organik, N-total dan K-dd. Biomassa yang paling baik digunakan adalah biomassa sengon, diikuti melastoma, dan akasia. Dekomposisi biomassa tercepat terjadi pada biomassa sengon, diikuti melastoma, akasia, dan terakhir biomassa rumput.