Show simple item record

dc.contributor.advisorSyukur, Muhamad
dc.contributor.advisorKhumaida, Nurul
dc.contributor.advisorWidodo
dc.contributor.authorNura
dc.date.accessioned2015-05-26T02:08:40Z
dc.date.available2015-05-26T02:08:40Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75306
dc.description.abstractPeningkatan keragaman genetik cabai tahan terhadap penyakit antraknosa sangat diperlukan dalam merancang program pemuliaan yang efektif untuk merakit varietas yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit antraknosa. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dari bulan Mei 2012 hingga April 2014. Terdapat dua pendekatan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan hibridisasi dan pendekatan iradiasi dengan menggunakan sinar gamma. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi tetua tahan dan tetua rentan serta hasil persilangan dengan pendekatan hibridisasi dan mutan yang dihasilkan pada dosis iradiasi sinar gamma dibawah LD50. Evaluasi ketahanan terhadap Colletotrichum acutatum dilakukan di Laboratorium Pendidikan dan Pemuliaan Tanaman AGH IPB dengan menggunakan metode inokulasi secara suntik pada buah yang sudah tumbuh maksimum tetapi masih berwarna hijau. Uji radiosensitivitas dilakukan dengan menggunakan sinar gamma pada dosis 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, dan 1000 Gy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek maternal yang mengendalikan ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa. Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. acutatum dikendalikan oleh banyak gen. Hal ini dibuktikan dengan hasil sebaran data populasi F2 yang bersifat kontinyu dan menyebar normal. Jumlah minimal gen yang mengendalikan karakter ketahanan penyakit adalah satu kelompok gen efektif. Interaksi gen mayor adalah non alelik dominan duplikat dan aksi gen yang mengendalikan adalah resesif parsial. Pengaruh gen menunjukkan adanya interaksi aditif dominan dengan model interaksi aditif x aditif dan dominan x dominan. Nilai duga heritabilitas arti luas dan arti sempit tergolong sedang. Lethal Dose 50 (LD50) yang terdapat pada genotipe IPB C2, IPB C10, dan IPB C15 berturut-turut adalah 317.928, 591.42, dan 538.785 Gy. Pada tanaman mutan M2 IPB C2 cenderung rentan sampai sangat rentan terhadap penyakit antraknosa, IPB C10 cenderung moderat sampai sangat tahan, dan genotipe IPB C15 cenderung rentan sampai tahan. Genotipe IPB C2 memiliki nilai heritabilitas tinggi untuk karakter ketahanan penyakit, genotipe IPB C10 memiliki nilai heritabilitas dari rendah hingga tinggi dan IPB C15 memiliki nilai heritabilitas dari sedang hingga tinggi.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcField cropsen
dc.subject.ddcCapsicum annumen
dc.titlePeningkatan Keragaman Genetik Cabai Tahan Terhadap Penyakit Antraknosa Melalui Hibridisasi Dan Iradiasi Sinar Gammaen
dc.subject.keywordefek maternalen
dc.subject.keywordheritabilitasen
dc.subject.keywordLD50en
dc.subject.keywordmutanen
dc.subject.keywordpewarisanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record