Show simple item record

dc.contributor.advisorSolihin, Dedy Duryadi
dc.contributor.advisorIrzaman
dc.contributor.advisorManalu, Wasmen
dc.contributor.authorAnggara, Agus Wahyana
dc.date.accessioned2015-05-20T02:37:28Z
dc.date.available2015-05-20T02:37:28Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75182
dc.description.abstractVokalisasi merupakan sinyal bioakustik berisi pesan yang dikodekan. Oleh karena itu, penelitian komunikasi hewan pada dasarnya bertujuan untuk memecahkan kode hewan dalam berkomunikasi sesamanya. Penelitian vokalisasi bioakustik tikus sawah dilakukan dengan tujuan akhir merakit teknologi pengendalian. Hasil akhir penelitian dititikberatkan pada pemanfaatan suara panggil (attractant) untuk menarik dan mengarahkan tikus sawah ke lokasi tertentu. Metode tersebut sejalan dengan konsep pengendalian menggunakan trap barrier sistem (TBS) yang telah dirakit Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebelumnya. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi eksplorasi, purifikasi, karakterisasi, dan pembuatan database vokalisasi terdengar tikus sawah di lapangan dan dalam laboratorium. Selanjutnya vokalisasi alami tikus sawah yang telah dimurnikan dipaparkan kembali kepada tikus percobaan di tingkat individu dan populasi dalam laboratorium. Tahap penelitian tersebut untuk memperoleh pola vokalisasi yang bermakna komunikasi intraspesies, yang selanjutnya diuji keefektifannya dalam kondisi populasi tertutup di lapangan. Penelitian tahap pertama adalah eksplorasi vokalisasi bioakustik alami tikus sawah dalam rentang suara terdengar (frekuensi 20Hz sampai 20.000Hz) di lapangan dan dalam laboratorium. Sejumlah 6 pola vokalisasi tikus sawah diperoleh selama MK 2012 di lapangan, meliputi vokalisasi saat olah lahan, padi anakan maksimum, padi bunting, padi berbunga, dan seminggu pascapanen. Frekuensi 1-2kHz disertai 5-9kHz dominan digunakan pada pelantangan vokalisasi di lapangan. Vokalisasi berlangsung relatif singkat (berdurasi 12,41 detik) dan lembut (taraf intensitas 43,91dB). Dalam laboratorium, diperoleh 13 pola vokalisasi yang sebagian besar (10 pola) berhubungan dengan perilaku agonistik. Vokalisasi perkelahian dan kanibalisme dominan dilantangkan pada frekuensi 5,3-6,0kHz, vokalisasi ketakutan tikus muda pada fekuensi 4,8-6,8kHz, vokalisasi penolakan kawin tikus betina berfrekuensi 4,6kHz, dan vokalisasi ketika tikus diganggu pada frekuensi 5,3-5,6kHz. Vokalisasi alami yang telah dipurifikasi dengan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1 dipaparkan kembali pada individu tikus sawah di dalam kondisi laboratorium. Semua aktivitas tikus percobaan dipantau kamera CCTV dan dilakukan pengamatan saksama untuk membuat ethogram. Aktivitas normal tikus sawah sepanjang periode aktifnya pada malam hari meliputi istirahat (dalam lubang atau di sekitar rumpun padi), menjelajah, makan dan minum, membersihkan badan (groom), mengendus udara dan tanah, mengawasi sekeliling, dan menggali tanah. Sebagian besar aktivitas dilakukan pada periode petang hari (pukul 17:30-22:00 WIB). Beberapa vokalisasi menimbulkan respons perilaku tikus sawah pada tingkat individu, terbukti terjadi perubahan alokasi waktu, jumlah aktivitas, dan durasi pelaksanaan aktivitas. Vokalisasi tikus sawah yang bermakna komunikasi intraspesies, meliputi vokalisasi agonistik (sebelum dan saat perkelahian, serta kanibalisme), perkembangbiakan aktif (padi stadia bunting), dan respons perubahan hari (senja hari saat bera pratanam). Kelima pola vokalisasi tersebut selanjutnya dipaparkan pada populasi tikus sawah dalam laboratorium. Vokalisasi terbukti menyebabkan perubahan respons perilaku tikus pada tingkat populasi. Vokalisasi perkembangbiakan aktif dan kanibalisme menyebabkan tikus sawah lebih aktif menjelajah dan mengurangi alokasi waktunya dalam lubang sehingga berpotensi sebagai suara panggil. Vokalisasi agonistik perkelahian terbukti membuat tikus sawah meningkatkan alokasi waktunya dalam lubang sehingga sesuai sebagai suara usir. Dalam laboratorium, pemaparan ultrasonik menyebabkan tikus sawah memberikan respons serupa vokalisasi perkelahian sehingga digunakan untuk uji lebih lanjut di lapangan. Vokalisasi pergantian hari menyebabkan penurunan total aktivitas tikus sawah sehingga juga dipakai untuk uji keefektifan di lapangan. Pemaparan vokalisasi bioakustik alami tikus sawah di lapangan terbukti mampu menimbulkan perubahan respons perilaku individu dan populasi tikus sawah yang dipaparkan vokalisasi tersebut. Vokalisasi agonistik perkelahian dan kanibalisme menyebabkan tikus sawah mengalokasikan lebih banyak waktu untuk beraktivitas di luar petak pertanaman untuk menjelajah mencari sumber vokalisasi. Pemaparan vokalisasi reproduksi aktif menyebabkan tikus sawah jantan lebih aktif menjelajah untuk menemukan tikus betina siap kawin. Oleh karena itu, ketiga vokalisasi tersebut dinyatakan potensial sebagai suara panggil untuk menarik tikus mendatangi sumber vokalisasi. Aktivitas tikus sawah menjelajah, mengendus, dan istirahat di pinggir petak pertanaman juga meningkat pada pemaparan vokalisasi pergantian hari. Meskipun demikian, tikus sawah terlihat lebih santai dan tidak berusaha mencari sumber vokalisasi. Oleh karena itu, vokalisasi pergantian hari dinyatakan sebagai suara usir karena mampu menstimulus tikus sawah untuk beraktivitas di luar petak pertanaman. Pemaparan ultrasonik di lapangan menunjukkan respons perilaku tikus sawah serupa dengan kontrol sehingga dinyatakan tidak berpengaruh pada aktivitas tikus sawah di lapangan.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.subject.ddcMammaliaen
dc.subject.ddcRodentiaen
dc.titleVokalisasi Tikus Sawah (Rattus argentiventer) pada Rentang Suara Terdengar sebagai Dasar Perakitan Teknologi Pengendalianen
dc.subject.keywordvokalisasien
dc.subject.keywordsuara terdengaren
dc.subject.keywordtikus sawahen
dc.subject.keywordperilakuen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record