Show simple item record

dc.contributor.advisorKusrini, Mirza Dikari
dc.contributor.advisorMasy’ud, Burhanuddin
dc.contributor.authorPurwantono
dc.date.accessioned2015-04-27T02:51:40Z
dc.date.available2015-04-27T02:51:40Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74843
dc.description.abstractPenangkaran kura-kura merupakan salah satu konservasi ex-situ untuk memenuhi permintaan konsumen di pasaran baik untuk konsumsi maupun pet. Prakteknya sudah mulai dijalankan sejak beberapa tahun yang lalu sebagai bentuk usaha yang menghasilkan keuntungan, namun hingga saat ini belum ada kajian mengenai keberlanjutan dari usaha tersebut. Empat jenis kura-kura saat ini diketahui dimanfaatkan dan ditangkarkan di Indonesia yaitu labi-labi cina dan labi-labi/bulus untuk konsumsi serta kura-kura brazil dan kura-kura rote untuk hewan peliharaan (pet). Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi aspek-aspek teknis manajemen penangkaran kura-kura, (2) mendeskripsikan pemanfaatan hasil dan perijinan dari penangkaran kura-kura, (3) mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan jenis kura-kura di penangkaran terkait aspek bioekologinya, (4) membuat rancangan dan simulasi model sistem dinamik penangkaran kura-kura berkelanjutan, dan (5) mensintesis aspek konservasi manajemen penangkaran kura-kura yang berkelanjutan menggunakan model sistem dinamik. Manajemen dari keempat jenis penangkaran bervariasi tergantung pada tujuan pemeliharaan dan asal kura-kura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies eksotis seperti kura-kura brazil dan labi-labi cina mudah beradaptasi, berbiak dan tumbuh dengan cepat dibandingkan jenis asli. Jenis ini juga diminati konsumen dan dapat dibuat dalam unit skala usaha yang besar (produksi massal), wewenang perijinan jenis eksotik berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan karena masih dikategorikan jenis ikan yang dibudidayakan. Sebaliknya, jenis asli merupakan jenis dengan pertumbuhan lambat dan masa dewasa lama. Oleh karena itu, unit penangkaran jenis asli masih dalam skala kecil, wewenang perijinannya di bawah Kementerian Kehutanan yang masih ditentukan berdasarkan kuota. Perbedaan wewenang ini merupakan salah satu masalah dalam pengembangan penangkaran kura-kura di masa depan. Berdasarkan simulasi model sistem dinamik yang digunakan menunjukkan hasil bahwa labi-labi cina semula berjumlah 1 500 ekor pada tahun 1994, menjadi bertambah dengan pertumbuhan mengikuti kurva sigmoid dan diprediksi mencapai daya dukung setelah tahun 2015 dengan batas populasinya 190 200 ekor. Labi-labi semula berjumlah 74 ekor akan bertambah hingga mencapai 675 ekor sebagai indukan dewasa dan pemanenannya sudah dapat dilakukan pada tahun 2019. Kura-kura brazil dengan jumlah indukan sebanyak 52 190 ekor sudah dianggap memenuhi daya dukung yang tersedia dan dapat menghasilkan anakan yang siap jual dengan prediksi sebanyak 100 000 ekor per tahun. Kura-kura rote yang awalnya pada tahun 2002 hanya berjumlah 15 ekor, dapat dipanen anakannya 60 ekor per tahun. Upaya penangkaran kura-kura dapat ditingkatkan dengan mempermudah perijinan, penyediaan induk melalui pemanfaatan hasil sitaan dan penangkapan terbatas di alam, insentif pengurangan pajak, penerbitan aturan khusus yang mengijinkan penjualan kura-kura hanya hasil penangkaran dan tidak untuk hasil tangkapan dari alam.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcZoologyen
dc.subject.ddcTurtlesen
dc.subject.ddc2013en
dc.titlePenangkaran Kura-kura yang Berkelanjutan berdasarkan Model Sistem Dinamik.en
dc.subject.keywordberkelanjutanen
dc.subject.keywordkura-kuraen
dc.subject.keywordmodelen
dc.subject.keywordpenangkaranen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record