Show simple item record

dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.advisorSutandi, Atang
dc.contributor.advisorIswati, Asdar
dc.contributor.authorMimboro, Prasetyo
dc.date.accessioned2015-04-27T02:19:21Z
dc.date.available2015-04-27T02:19:21Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74840
dc.description.abstractKelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), merupakan salah satu penghasil devisa negara dari sektor perkebunan yang mengalami peningkatan luas areal dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya 1,12 juta hektar, kemudian pada tahun 2000 meningkat tajam menjadi 4,15 juta hektar, dan pada tahun 2012 sudah mencapai 9,07 juta hektar. Kelapa sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainya. Beberapa keunggulan itu antara lain adalah produksi per satuan luas yang tinggi, umur ekonomis yang panjang dan produknya dapat digunakan dalam berbagai industri baik pangan maupun non pangan. Produksi kelapa sawit sangat beragam, yang disebabkan oleh beragamnya karakteristik tanah dan lahan di areal kelapa sawit. Tingginya keragaman produksi tersebut, menghendaki adanya informasi yang obyektif tentang sifat-sifat setiap jenis tanah, agar tindakan manajemen tanah dan upaya yang dilakukan bersifat spesifik dengan hasil yang maksimal. Produksi kelapa sawit yang maksimal diperoleh dari bibit tanaman yang unggul, pemilihan lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, manajemen yang tepat serta pengelolaan kebun dilakukan secara berkelanjutan dan lestari. Untuk memperoleh informasi maksimal mengenai kondisi lahan yang ditanami kelapa sawit, perlu dilakukan evaluasi lahan melalui kajian kesesuaian lahan dengan mengetahui hubungan karakteristik lahan dan produksi kelapa sawit. Penelitian dilaksanankan dengan metode survei eksplorasi, yang bertujuan untuk mengembangkan kriteria kesesuaian lahan kelapa sawit khususnya di areal PT. Perkebunan Nusantara-III Sumatera Utara, berdasarkan pada produksi dengan karakteristik tanah dan lahannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data produksi tanaman (ton.ha-1), data hasil analisis kesuburan tanah, data curah hujan tahunan dan data kriteria lahan seperti elevasi, topografi dan kedalaman efektif. Sampai saat ini, banyak penelitian dilakukan untuk melihat korelasi antara pertumbuhan /produksi dengan berbagai faktor, misalnya Model Diagnostik. Model diagnostik merupakan hubungan yang khas antara satu faktor tumbuh dengan respon tanaman dapat didefmisikan maka pertumbuhan produksi maksimum dapat diperoleh dengan mengoptimasikan faktor tumbuh tersebut. Kelemahan model diagnostik ini adalah, hubungan ditetapkan dibawah kondisi tertentu (under control), dimana hanya salah satu faktor peubah yang divariasikan dan faktor lainnya dikondisikan tetap. Altematifnya adalah membangun model empirik dimana data dikumpulkan dari lokasi dengan zone tanah iklim yang lebar. Apabila kumpulan data tersebut diplot dalam suatu hubungan antara salah satu faktor tumbuh dengan produksi atau kualitas hasil, hasilnya adalah produksi rendah akan berada pada selang faktor tumbuh yang lebar karena semakin banyak faktor pembatas lain yang berpengaruh. Semakin tinggi produksi makin mengerucut bentuk sebaran data, yang menunjukkan semakin sedikit faktor pembatas yang bekerja. Pola sebaran data dibungkus oleh garis batas (boundary line), yang memisahkan data yang real dari yang tidak real. Artinya kecil kemungkinan diperolehnya data diluar garis batas tersebut. Pengembangan kriteria kesesuaian lahan dihasilkan dengan menggunakan proyeksi persimpangan antara garis batas dan selang produksi. Pengolahan data menggunakan metode garis batas (Boundary Line Method) dan interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) untuk mengetahui sebaran spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, karakteristik lahan yang optimal untuk mendukung produksi tanaman kelapa sawit dijumpai pada tanah dengan tekstur lempung berpasir, lempung liat berpasir dan lempung, elevasi <149 mdpl, curah hujan antara 1.371 sampai 1.971 mm, bulan kering 1, bulan basah 6, kedalaman efektif antara 82,3 sampai 110,9 cm, KTK >3,8 cmol(+).kg-1, pH antara 4,9 sampai 6,5, C-organik >1,1%, KB >16,3%, kejenuhan Al <39,4%, N-total >0,06%, P-tersedia >16,8 ppm, K-dd >0,1 cmol(+).kg-1 dan lereng <11,6%. Secara agregat, tingkat kedetailan hasil analisis spasial kesesuaian lahan menggunakan pengembangan kriteria meningkat 26% dibandingkan dengan kriteria BBSDLP. Analisis spasial yang dilakukan diareal yang sama, menunjukkan hasil bahwa pengembangan kriteria menunjukkan hasil yang lebih detail yaitu S1, S2, S3 dan N, sedangkan kriteria BBSDLP menunjukkan 2 kelas kesesuaian lahan yaitu S2 dan S3.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcAgricultureen
dc.subject.ddcSoil scienceen
dc.subject.ddc2013en
dc.subject.ddcSumatera Utaraen
dc.titlePengembangan Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Areal Pt. Perkebunan Nusantara-Iii, Sumatera Utaraen
dc.subject.keywordEvaluasi lahanen
dc.subject.keywordproduksi kelapa sawiten
dc.subject.keywordkriteria kesesuaian lahan, boundry lineen
dc.subject.keywordinverse diastance weighteden
dc.subject.keywordanalisis spasialen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record