Show simple item record

dc.contributor.advisorSusilo, Setyo Budi
dc.contributor.advisorGaol, Jonson L.
dc.contributor.advisorAtmadipoera, Agus S.
dc.contributor.authorSyahdan, Muhammad
dc.date.accessioned2015-03-26T04:30:11Z
dc.date.available2015-03-26T04:30:11Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74540
dc.description.abstractSelat Makassar dan Laut Jawa merupakan kawasan utama penangkapan ikan pelagis di Indonesia karena didukung oleh lingkungan perairan yang memiliki produktifitas perairan tinggi. Pada kedua perairan ini berlangsung dinamika perairan yang kompleks oleh adanya dua sirkulasi massa air yang penting yaitu Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang melalui Selat Makassar dan Arus Munson yang berlangsung di Laut Jawa. Berbagai proses fisik yang berlangsung pada Selat Makassar – Laut Jawa ini dan pengaruh faktor iklim di dalamnya berorientasi pada pembentukan pola spasial dan variabilitas temporal pada perairan tersebut. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengkaji pola spasial dan variabilitas temporal suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a (Chl-a), (2) mengkaji pola distribusi ikan pelagis berdasarkan pola spasial SPL dan Chl-a, dan (3) menganalisis hubungan antara SPL dan Chl-a dengan hasil tangkapan ikan pelagis kecil. Data oseanografi yang digunakan adalah citra SPL dan Chl-a dari satelit Aqua-MODIS dan data pendukung berupa gesekan angin permukaan dan arus permukaan 5 m untuk mendefinisikan pola sirkulasi permukaan dan variasinya menurut waktu. Data penangkapan ikan bersumber dari catatan harian pendaratan ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data deret waktu dari tahun 2002 – 2012 untuk dapat memperoleh deskripsi yang memadai mengenai pola spasial dan variabilitas temporal masingmasing parameter yakni SPL, Chl-a dan hasil tangkapan ikan. Adanya keterbatasan atribut posisi koordinat lokasi penangkapan ikan pada data deret waktu hasil tangkapan ikan di atas, dilengkapi dengan penggunaan data log book penangkapan ikan untuk keperluan justifikasi kawasan penangkapan ikan dan analisis lebih detail mengenai pola spasial hasil tangkapan ikan. Analisis data yang diterapkan pada setiap parameter menggunakan analisis deret waktu. Adapun untuk analisis hubungan antara SPL dan Chl-a dengan hasil tangkapan ikan menggunakan analisis tumpang susun dan korelasi silang. Pola spasial SPL ditentukan oleh nilai dari empat vektor eigen atau penciri utama dengan nilai 67% dari total varians. Pembentukan pola spasial SPL dengan nilai varians terbesar yakni 52% sangat kuat dicirikan oleh karakteristik perairan bagian timur sampai dengan selatan Pulau Kalimantan, sedangkan penciri yang lebih lemah berada pada bagian selatan sampai dengan barat Pulau Sulawesi Pada kondisi tersebut SPL berada di atas nilai rata-rata (anomali positif). Berkaitan dengan variasi temporalnya, kawasan ini didominasi oleh siklus satu tahunan yakni SPL maksimum terjadi pada bulan April dan minimum pada bulan Agustus dimana fluktuasi tertinggi terjadi pada bagian selatan Sulawesi Selatan dan timur Laut Jawa. Pada periode antar tahunan, masa penurunan SPL sudah berlangsung sebelum kejadian El Nino, sedangkan peningkatan SPL dapat berlangsung juga sebelum kejadian La Nina. Secara spasial, kawasan di bagian selatan Selat Makassar dan barat Laut Jawa memiliki respon paling kuat terhadap fenomena ENSO, sedangkan bagian utara Selat Makassar responnya paling lemah. Pola spasial Chl-a ditentukan oleh nilai dari dua penciri utama dengan nilai 90% dari total varians. Pembentukan pola spasial Chl-a dengan nilai varians terbesar yakni 86% sangat kuat dicirikan oleh karakteristik perairan pada bagian selatan sampai dengan barat Pulau Sulawesi, sedangkan penciri yang lebih lemah berada bagian timur sampai dengan selatan Pulau Kalimantan. Pada kondisi tersebut Chl-a berada di bawah nilai rata-rata (anomali negatif). Fluktuasi yang dominan berlaku adalah siklus tahunan dimana Chl-a maksimum terjadi pada periode munson barat laut, sedangkan Chl-a minimum pada munson tenggara. Pada variabilitas semi-tahunan ditemukan bahwa bagian utara Selat Makassar mencapai Chl-a maksimum tiga bulan lebih cepat dibanding tiga kawasan lainnya yakni bagian selatan Selat Makassa, selatan Sulawesi Selatan dan timur Laut Jawa. Adapun bagian barat Laut Jawa mencapai maksimum lima bulan lebih cepat dibanding tiga kawasan tersebut. Pada variabilitas antar-tahunan Chl-a maksimum terjadi pada masa kejadian El Nino, sedangkan Chl-a minimum pada La Nina. Distribusi ikan berdasarkan pola tahunan menunjukkan bahwa jenis lemuru dominan pada periode munson barat laut dengan arah pergerakan dari selatan menuju utara Selat Makassar yang dikontrol oleh SPL yang hangat. Adapun jenis layang dominan pada munson tenggara dengan pergerakan menuju selatan Selat Makassar sampai dengan timur Laut Jawa yang dikontrol oleh Chl-a yang tinggi. Korelasi silang menunjukkan bahwa SPL berpengaruh langsung terhadap peningkatan hasil tangkapan kedua jenis ikan. Adapun klorofil-a, pada jenis layang meningkat setelah 4 bulan sedangkan jenis lemuru dapat melimpah 3 bulan sebelum pencapaian kondisi maksimum. Berkaitan dengan variabilitas antar-tahunan, pada saat kejadian El Nino hasil tangkapan relatif didominasi oleh jenis layang sedangkan pada saat La Nina didominasi oleh jenis lemuru.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcFisheriesen
dc.subject.ddcFishing groundsen
dc.titlePola Spasial Dan Variabilitas Temporal Data Satelit Multisensor Hubungannya Dengan Distribusi Ikan Pelagis Kecil Di Selat Makassar – Laut Jawaen
dc.subject.keywordpola spasialen
dc.subject.keywordvariabilitas temporalen
dc.subject.keywordsuhu permukaan lauten
dc.subject.keywordklorofil-aen
dc.subject.keywordSelat Makassaren
dc.subject.keywordLaut Jawaen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record