Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorSumarti, Titik
dc.contributor.advisorMuljono, Pudji
dc.contributor.authorPuspito, Edi
dc.date.accessioned2015-03-26T02:12:08Z
dc.date.available2015-03-26T02:12:08Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74522
dc.description.abstractKomunikasi mengacu pada tindakan satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh dan ada kesempatan melakukan umpan balik. Dalam komunikasi setidaknya terdapat unsur partisipan, pesan, dan saluran informasi. Komunikasi risiko merupakan proses berbagi makna mengenai bahaya fisik seperti lokasi kerja yang berbahaya, pencemaran lingkungan, penyakit dan lain-lain baik melalui komunikasi tatap muka maupun bermedia. Komunikasi risiko membutuhkan kepercayaan yang mencakup kompetensi, obyektivitas, keadilan, konsistensi dan keyakinan. Dengan kata lain keyakinan ini didasarkan pada catatan masa lalu yang baik. Adapun komunikasi risiko kesiapan menghadapi bencana adalah kondisi fisik dan mental seseorang yang mendasari pengelolaan informasi dalam menghadapi risiko bencana gunung api. Perilaku merupakan proses pengolahan informasi melibatkan panca indra dan proses berpikir yang akan ditampilkan dalam bentuk gerak maupun disimpan di dalam memori. Perilaku manusia didasari oleh motivasi atau dorongan, baik dorongan biologis, insting maupun dorongan dari lingkungan. Dalam teori perilaku terencana, keinginan untuk melakukan suatu tindakan didasari atas pengetahuannya, keyakinan atas norma subyektif dan keyakinan mengontrol sumber daya. Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh faktor alam yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana alam identik dengan ketidakmampuan masyarakat terdampak bencana untuk mengatasi sendiri dengan menggunakan sumber daya sendiri, sehingga masyarakat terdampak bencana membutuhkan pertolongan dari pihak lain. Oleh sebab itu peran komunikasi sangat diperlukan dalam penanganan bencana yang membutuhkan peran multi aktor. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku komunikasi masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api dalam kesiapan menghadapi bencana gunung api. Untuk itu disusun indikator kesiapan menghadapi bencana gunung api yang merujuk pada konsep readiness dari Armenakis, model komunikasi antar manusia dari DeVito, model memori Wough dan Norman, dan teori perilaku terencana dari Fishbein dan Ajzen. Tujuan penelitian ini adalah (a) Menganalisa profil masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api yang beragam jenis dampak bencana gunung api; (b) Menganalisa perilaku komunikasi masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api dalam kesiapan menghadapi bencana gunung api; (c) Menganalisa manfaat komunikasi masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api dalam kesiapan menghadapi bencana gunung api; (d) Menganalisa komunikasi risiko kesiapan menghadapi bencana gunung api pada masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api; (e) Menganalisa faktor-faktor penentu kesiapan masyarakat menghadapi risiko bencana gunung api pada masyarakat di wilayah rawan bencana gunung api; (f) Merancang strategi komunikasi untuk kesiapan masyarakat menghadapi bencana gunung api di wilayah rawan bencana gunung api. Pendekatan penelitian kuantitatif yang diperkuat kualitatif dengan metode survei dan wawancara mendalam serta pengamatan aktivitas komunikasi masyarakat. Penelitian dilakukan di Desa Dukun Kecamatan Dukun dan Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah, serta Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman DI Yogyakarta. Jumlah sampel sebanyak 200 dibagi secara proporsional pada tiga wilayah, serta masing-masing wilayah terbagi atas laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang sama. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana menggunakan perangkat lunak Microsoft excel. Hasil penelitian antara lain menunjukkan a) laki-laki dan perempuan berbeda nyata pada tingkat pendidikan dan status pekerjaannya, pendidikan responden memiliki hubungan nyata dengan lama tinggal di wilayah rawan bencana dan status pekerjaan; b) masyarakat yang tinggal di wilayah terdampak bencana berbeda memilliki perilaku komunikasi yang berbeda; c) dalam hal manfaat komunikasi, tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal manfaat komunikasinya; d) masyarakat di wilayah R3 yang mengalami dampak paling parah memiliki kerentanan paling tinggi dalam hal komunikasi risiko kesiapan menghadapi bencana gunung api; e) penguasaan media yang diarahkan kepada kemanfaatan komunikasi merupakan faktor penentu kesiapan menghadapi bencana gunung api; f) strategi untuk meningkatkan kesiapan menghadapi bencana gunung api diarahkan kepada penguasaan media komunikasi dan manfaat komunikasi agar masyarakat di wilayah bencana gunung api lebih siap menghadapi bencana gunug api.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcEnvironmental scienceen
dc.subject.ddcNatural disasteren
dc.titleModel Komunikasi Risiko Kesiapan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Apien
dc.subject.keywordbencanaen
dc.subject.keywordkomunikasien
dc.subject.keywordkesiapanen
dc.subject.keywordrisikoen
dc.subject.keywordperilakuen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record