Formulasi Strategi Kebijakan Penggunaan Stimulansia Dalam Produksi Getah Pinus di Perum Perhutani

View/ Open
Date
2014Author
Sukadaryati
Nurrochmat, Dodik Ridho
Santosa, Gunawan
Hardjanto
Pari, Gustan
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan hasil produksi getah pinus untuk memenuhi permintaan pasar nasional dan internasional sangat diperlukan. Implikasi peningkatan produksi getah tentu akan meningkatkan pendapatan perusahaan dalam hal ini Perum Perhutani dan juga menambah penghasilan bagi penyadap. Dengan penggunaan stimulansia, target produksi yang ditetapkan Perum Perhutani dapat tercapai atau mungkin terlampaui. Penggunaan stimulansia membahayakan kesehatan dan lingkungan karena mengandung bahan dasar asam kuat yaitu asam sulfat (H2SO4). Stimulansia tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai stimulansia an-organik. Kebijakan penggunaan stimulansia yang tidak ramah lingkungan dan berdampak negatif perlu dievaluasi dan dicari bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Peningkatan kesadaran akan perlunya produk yang aman dan tidak mengandung bahan berbahaya (green product) semakin mendukung evaluasi kebijakan penggunaan stimulansia asam kuat. Stimulansia ETRAT dapat digunakan dalam penyadapan pinus ramah lingkungan untuk mengganti stimulansia an-organik. Harga pembelian ETRAT yang lebih mahal dibandingkan stimulansia an-organik menjadi bahan pertimbangan sehingga Perum Perhutani menempuh kebijakan pengaturan penggunaan kedua stimulansia tersebut, yaitu stimulansia ETRAT digunakan untuk sadapan buka (pada waktu pinus berumur 11 tahun) sedang stimulansia an-organik digunakan untuk sadapan lanjutan (pembaharuan sadapan setelah sadapan pertama). Perum Perhutani berkeinginan untuk menggunakan stimulansia yang lebih ramah lingkungan dengan syarat dapat meningkatkan produksi getah dengan harga yang lebih murah. Kebijakan pengaturan penggunaan kedua jenis stimulansia tersebut masih menjadi dilema bagi Perum Perhutani. Penggunaan stimulansia an-organik diklaim tidak aman dan tidak ramah lingkungan, sedangkan penggunaan ETRAT dinilai lebih ramah lingkungan namun memerlukan biaya pembelian yang lebih mahal. Di sisi lain ada peluang terbuka untuk pengembangan inovasi stimulansia baru yang ramah lingkungan dan harganya terjangkau untuk diaplikasikan di lapangan. Inovasi stimulansia berbahan dasar cuka kayu menjadi alternatif pilihan. Kelebihan stimulansia cuka kayu adalah mudah dibuat atau diproduksi sendiri, murah, aman digunakan, ramah lingkungan dan mempunyai nilai tambah karena memanfaatkan limbah. Stimulansia an-organik berbahan dasar asam kuat dapat digunakan pada ketinggian tempat di atas 500 m dpl sedang stimulansia organik digunakan pada areal dengan ketinggian di bawah 500 mdpl. Penyadapan pinus juga dapat ii dilakukan tanpa menggunakan stimulansia karena dapat meningkatkan kandungan monoterpene meskipun produksi getah yang dihasilkan rendah. Banyaknya komponen kimia getah pinus yang dihasilkan dari penggunaan stimulansia berpengaruh terhadap derivat produk yang akan dihasilkan. Sebaiknya aspek ekonomi bukan menjadi faktor utama namun perlu mempertimbangkan aspek ekologi dan sosial agar sustainabilitas tercapai. Implikasi kebijakan adopsi inovasi stimulansia di Perum Perhutani dapat diterapkan dengan memperhatikan faktor internal yaitu pengalaman kerja dan luas lahan garapan. Sebaiknya penerapan inovasi stimulansia ramah lingkungan diawali dari para penyadap yang telah berpengalaman dan memiliki lahan garapan yang relatif luas. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan berupa intensitas penyuluhan dan promosi secara langsung kepada para penyarap agar penerapan inovasi stimulansia ramah lingkungan tetap menguntungkan di mata penyadap dan mudah dilakukan di lapangan. Kebijakan adopsi pengguaan stimulansia dalam penyadapan pinus berdasarkan peran dan kepentingannya dilakukan secara top down dengan mempertimbangkan tiga pihak pemangku kepentingan, yaitu 1) pihak kunci dalam hal ini Perum Perhutani dan jajarannya, 2) pihak utama, yaitu penyadap pinus dan 3) pihak pendukung, yaitu akademisi, peneliti, Dinas Kehutanan dan Kemenhut. Hubungan antar pemegang kepentingan selalu terjalin interaksi secara kontinu sehingga menyebabkan sinergitas atau konflik antara pihak utama dan kunci. Empat strategi adopsi penggunaan stimulansia yang ramah lingkungan dapat ditempuh dengan cara 1) meningkatkan penggunaan stimulansia ramah lingkungan; 2) untuk menekan harga stimulansia ramah lingkungan dapat dilakukan dengan memproduksi sendiri stimulansia ramah lingkungan yang akan digunakan; 3) jangka pendek dapat ditempuh dengan mengadopsi penggunaan inovasi stimulansia ramah lingkungan dan 4) jangka panjang dengan mengembangkan inovasi-inovasi stimulansia ramah lingkungan sehingga dapat lebih meningkatkan produksi getah.
Collections
- DT - Forestry [329]