Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Bonar Marulitua
dc.contributor.advisorKusnadi, Nunung
dc.contributor.advisorSawit, Mohamad Husein
dc.contributor.authorDerosari, Bernardus Bala
dc.date.accessioned2014-12-16T07:31:07Z
dc.date.available2014-12-16T07:31:07Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71681
dc.description.abstractRumahtangga tani adalah unit ekonomi yang memiliki keputusan produksi dan konsumsi. Kredit dan bantuan modal yang diperoleh rumahtangga tani dialokasikan penggunaannya dalam konteks rumahtangga. Status penelitian tentang kredit dan bantuan modal pertanian ke rumahtangga tani saat ini bersifat parsial, memandang petani sebagai individu yang dapat membuat keputusan sendiri, menilai kredit dan bantuan modal secara tersendiri, dan menganalisis sisi eksternal rumahtangga tani. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) menganalisis alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha produktif, pengeluaran konsumtif, dan investasi, (2) menganalisis pengaruh kredit dan bantuan modal terhadap perilaku ekonomi rumahtangga tani, yaitu perilaku produksi, perilaku penggunaan input, dan perilaku pengeluaran, dan (3) menganalisis dampak perubahan kebijakan kredit dan bantuan modal, perubahan produktivitas input, perubahan harga sapi, dan perubahan upah terhadap produksi, pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga tani. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu wilayah sasaran kebijakan kredit dan bantuan modal pemerintah. Pengambilan data dilakukan pada Bulan April sampai Juni 2013. Jumlah rumahtangga sampel 178 rumahtangga tani. Spesifikasi model menggunakan Model Ekonomi Rumahtangga dalam bentuk sistem persamaan simultan non recursive, terdiri atas 38 persamaan, yaitu 28 persamaan perilaku dan 10 persamaan identitas yang dibuat dalam enam blok. Identifikasi model menghasilkan metode estimasi menggunakan metode 2SLS (two stage least squares estimation). Validasi model menggunakan kriteria R2 dan U-Theil. Simulasi dengan sembilan skenario, yaitu skenario: (1) kenaikan jumlah kredit dan bantuan modal, (2) peningkatan produktivitas input, (3) kenaikan harga sapi bakalan dan harga jual sapi dewasa, (4) kenaikan upah usaha ternak sapi dan usahatani lain, (5) kombinasi kenaikan kredit dan bantuan modal dengan peningkatan produktivitas input, (6) kombinasi kenaikan harga sapi bakalan, harga jual sapi dewasa dengan kenaikan upah pada usaha ternak sapi dan upah pada usahatani lain, (7) kombinasi kenaikan kredit dan bantuan modal dengan kenaikan harga sapi bakalan dan harga jual sapi dewasa, (8) kombinasi kenaikan kredit dan bantuan modal dengan kenaikan upah pada usaha ternak sapi dan upah pada usahatani lain, serta (9) kombinasi kenaikan kredit dan bantuan modal dengan kenaikan harga sapi bakalan dan harga jual sapi dewasa, kenaikan upah pada usaha ternak sapi dan upah pada usahatani lain. Analisis deksripsi menunjukkan umur kepala keluarga berada pada uur produktif, tingat pendidikan tidak tamat SMP, jumlah anggota keluarga lima orang, jumlah angkatan kerja tiga orang setiap rumahtangga. Luas lahan sawah garapan 0.47 ha setiap rumahtangga, lahan ladang 1.25 ha setiap rumahtangga. Jumlah sapi yang dipelihara satu sampai 2 ekor setiap rumahtangga. Alokasi kredit dan bantuan modal dominan untuk usaha ternak sapi (76 persen), usahatani lain 7 persen dan usaha non pertanian 2 persen, atau total alokasi untuk kegiatan produktif mencapai 85.56 persen. Alokasi untuk konsumsi sebesar 6.31 persen dan investasi 8.12 persen. Pengembalian kredit mencapai 78.67 persen dan pengembalian bantuan modal 28.03 persen. Dalam penggunaan input, biaya pembelian bakalan merupakan pengeluaran terbesar mencapai 92 persen dari total biaya usaha ternak sapi. Alokasi tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak sapi sebesar 25.22 persen, untuk usahatani lain sebesar 38.25 persen, untuk usaha non pertanian sebesar 8.84 persen. Total alokasi tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga untuk usaha produktif sebesar 72.3 persen. Struktur pendapatan rumahtangga tani sebagai berikut, usaha ternak sapi menyumbang 19 persen kepada pembentukan pendapatan rumahtangga, usahatani lain sebesar 54 persen, usaha non pertanian sebesar 13.6 persen dan pendapatan lain-lain sebesar 13.4 persen. Struktur pengeluaran rumahtangga tani sebagai berikut, pengeluaran pangan sebesar 29.68 persen, pengeluaran non pangan sebesar 24.67 persen, pengeluaran investasi sebesar 45.65 persen. Pengeluaran investasi terdiri atas investasi usaha produktif, investasi sosial dan rumahtangga, serta investasi sumberdaya manusia (pendidikan dan kesehatan). Keputusan rumahtangga mengalokasi kredit dan bantuan modal ke usaha ternak sapi tergantung pada besarnya biaya sapi bakalan dan jumlah kredit dan bantuan modal yang didapat. Keputusan alokasi untuk usahatani lain dan usaha non pertanian terutama tergantung pada jumlah ketersediaan kredit dan bantuan modal. Begitupun keputusan alokasi untuk konsumsi pangan dan non pangan serta investasi. Pengembalian kredit dan bantuan modal tergantung pada tingkat bunga dan jangka waktu pengembalian yang ditetapkan. Produksi sapi tergantung pada penggunaan input untuk usaha ternak sapi. Keputusan rumahtangga menjual sapi dipengaruhi oleh pengeluaran rumahtangga, terutama pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran sosial dan pengeluaran pendidikan dan akses jasa kesehatan. Permintaan input untuk usaha ternak sapi terutama tergantung pada harga input sendiri. Curahan tenaga kerja dalam keluarga dipengaruhi oleh upah tenaga kerja baik upah untuk usaha ternak sapi maupun upah usahatani lain. Hubungan substitusi terjadi antara tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga dan antara jenis pekerjaan usaha ternak sapi dengan usahatani lain. Hubungan komplementer antar tenaga kerja dalam keluarga pada jenis pekerjaan yang sama misalnya pekerjaan di usaha ternak sapi atau usahatani lain. Pengeluaran rumahtangga terdiri atas pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi. Pengeluaran konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pangan yang disediakan oleh produksi usahatani sendiri. Pengeluaran konsumsi non pangan dan pengeluaran investasi dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga. Dampak peningkatan kesejahteraan yang paling besar dalam skenario simulasi perubahan kebijakan dan perubahan variabel ekonomi yaitu skenario kesembilan yang memberian peningkatan kesejahteraan sebesar 4.55 persen. Kebijakan meningkatkan kredit dan bantuan modal tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga tani, diperlukan juga dukungan kebijakan dan lainnya, misalnya dukungan teknologi.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Kredit dan Bantuan Modal pada Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Rumahtangga Tani di Provinsi Nusa Tenggara Timuren
dc.subject.keywordkredit dan bantuan modalen
dc.subject.keywordperilaku ekonomien
dc.subject.keywordrumahtangga tanien
dc.subject.keywordkesejahteraanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record