dc.description.abstract | Fenomena perubahan penggunaan lahan semakin menjadi perhatian karena selalu dikaitkan dengan kegiatan penebangan hutan. Karet dan kelapa sawit adalah beberapa tanaman utama yang bertanggung jawab atas perubahan ini. Komoditas ini adalah komoditas yang sangat berkembang di Indonesia. Namun, peningkatan kebutuhan lahan untuk produksi karet dan kelapa sawit yang mengarah pada ekstensifikasi pertanian menjadi salah satu alasan perubahan penggunaan lahan. Provinsi Jambi merupakan salah satu sentra produksi karet dan kelapa sawit di Indonesia. Berdasarkan produksi, Kabupaten Batanghari menjadi salah satu sentra produksi karet dan kelapa sawit. Kelangkaan lahan di Jambi menyebabkan petani kecil karet dan kelapa sawit harus menggunakan lahan yang tidak produktif atau bersaing satu sama lain untuk mendapatkan lebih banyak lahan. Insentif moneter merupakan faktor yang dapat mempengaruhi arah perubahan penggunaan lahan. Oleh karena itu, dalam untuk mengetahui arah perubahan penggunaan lahan di masa depan, diperlukan analisis profitabilitas karet dan kelapa sawit pada petani kecil. Selain itu, faktor-faktor yang menentukan produksi karet dan kelapa sawit di Batanghari juga perlu dianalisis. Melalui peningkatan produksi, petani dapat meningkatkan keuntungan dari usahatani mereka. Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini antara lain (1) menganalisis karakteristik usahatani serta petani karet dan kelapa sawit di Batanghari, Jambi, (2) menghitung dan membandingkan laba yang dihasilkan dari usahatani karet dan kelapa sawit (3) menganalisis faktor penentu produksi karet dan kelapa sawit. Perbandingan karakteristik petani dianalisis secara deskriptif. Penjelasan profitabilitas usahatani karet dan kelapa sawit dihitung dengan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Gross Benefit Ratio (gross B/C). Analisis faktor-faktor yang menentukan produksi karet dan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan fungsi double log. Metode OLS juga digunakan untuk membangun jenis fungsi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik usahatani karet dan kelapa sawit seperti area produksi dan usia perkebunan tidak berbeda nyata sementara semua karakteristik petani karet dan kelapa sawit seperti usia petani, pendidikan petani dan jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani secara signifikan berbeda. Para petani kelapa sawit lebih tua dari petani karet. Dalam hal pendidikan, petani kelapa sawit juga menghabiskan lebih banyak waktu untuk pendidikan formal daripada petani karet. Dalam usahatani karet, anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani yang lebih banyak dibandingkan dengan anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani kelapa sawit. Sebenarnya, sebagian besar masyarakat di Jambi beretnis Melayu, namun data menunjukkan bahwa sebagian besar petani kedua komoditas bertenis Jawa. Kondisi ini juga dapat dilihat dari data petani di Batanghari dimana 66 persen petani karet merupakan non-imigran, sedangkan 90 persen petani kelapa sawit merupakan imigran. Beberapa program transmigrasi juga menyediakan fasilitas pertanian. Hal ini menyebabkan petani kelapa sawit lebih banyak memiliki sertifikat kepemilikan lahan dibandingkan dengan petani karet. Dari sisi input, usahatani karet memerlukan lebih banyak urea dibandingan dengan NPK, sedangkan usahatani kelapa sawit menggunakan lebih banyak NPK dari pada Urea. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan nutrisi yang dibutuhkan oleh pohon karet dan kelapa sawit. Biaya tenaga kerja adalah biaya variabel terbesar dalam budidaya karet dan kelapa sawit. Dilihat dari jumlah rata-rata per tahun, biaya tenaga kerja usahatani karet lebih tinggi dibandingkan dengan biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit. Berdasarkan analisis keuangan seperti NPV, IRR dan gross B/C, usahatani kelapa sawit lebih menguntungkan daripada usahatani karet. Dengan demikian, lahan yang tidak produktif akan lebih banyak digunakan untuk pengembangan usahatani kelapa sawit dibandingkan untuk pengembangan usahatani karet, bahkan konversi lahan pertanian akan terjadi dari lahan karet menjadi lahan kelapa sawit. Berdasarkan fungsi double log yang dihitung dengan menggunakan metode OLS, terdapat 2 faktor penentu produksi karet yaitu area produksi dan tenaga kerja yang digunakan. Elastisitas masing-masing variabel adalah 0,582 dan 0,377. Berbeda dengan fungsi sebelumnya, produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh area produksi, urea, NPK dan herbisida dimana elastisitas masing-masing variabel adalah 1.019, 0.084, 0,107 dan -0,207. Meskipun usahatani karet kurang menguntungkan dibandingkan dengan usahatani kelapa sawit, produksi karet dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi produksi. Untuk mencegah eksploitasi penggunaan lahan yang dapat menyebabkan deforestasi, pengembangan kelapa sawit harus difokuskan pada intensifikasi daripada ekstensifikasi. | en |