Analisis Populasi Liken Makro Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kota Bogor, Jawa Barat
View/ Open
Date
2014Author
Rindita
Sudirman, Lisdar I
Koesmaryono, Yonny
Metadata
Show full item recordAbstract
Liken adalah salah satu kelompok organisme simbiosis yang kurang diteliti di Indonesia. Di negara lain, di Amerika Utara dan Thailand misalnya, liken telah diaplikasikan sebagai model bioindikator polusi udara dan telah diteliti selama lebih dari 40 tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 hingga Juli 2013 dengan tujuan untuk: 1) mendata dan mengoleksi liken makro epifitik pada pohon kenari, 2) menganalisis keadaan populasi di tiga plot dengan tingkat polusi udara yang diasumsikan berbeda, dan 3) mempertimbangkan populasi liken makro sebagai salah satu alat untuk memonitor kualitas udara di Kota Bogor. Metode pengambilan sampel adalah secara purposive, dibatasi hanya pada pohon kenari (Canarium spp.) di tiga plot: plot 1 yaitu Kebun Raya Bogor (KRB) bagian dalam, jauh dari sirkulasi lalu lintas padat, plot 2 yaitu KRB bagian tepi yang berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata dengan lalu lintas padat, dan plot 3 yang terletak di tepi Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pemuda yang sirkulasi lalu lintasnya padat dan berada dekat pabrik PT Goodyear Indonesia. Liken diamati pada 8 pohon kenari di setiap plot dengan menggunakan 2 kuadrat kecil berukuran masing-masing 32 x 20 cm2 per pohon. Luas tutupan talus diperoleh dengan menggambar talus pada selembar plastik transparan. Gambar talus lalu digunting, dan ditimbang menggunakan timbangan analitik, lalu dikonversi untuk memperoleh luas tutupan talus. Parameter populasi liken yang dianalisis adalah jumlah talus (JT), luas tutupan talus (LT), luas tutupan talus rata-rata (LTR), kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi (D), dominansi relatif (DR), frekuensi (F1, F2), frekuensi relatif (FR1, FR2), dan indeks nilai penting (INP1, INP2). Pada penelitian ini diperoleh tujuh genus liken makro yang diidentifikasi secara morfologi dan kimiawi. Pada plot 1 ditemukan liken Coccocarpia (1), Leptogium (2), Parmotrema (4), Dirinaria (5), dan Physcia (6). Di plot 2 terdapat liken Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), Physcia (6), dan Pyxine (7). Di plot 3 ditemukan Canoparmelia (3), Parmotrema (4), Dirinaria (5), dan Pyxine (7). Coccocarpia (1) dan Leptogium (2) hanya ditemukan di plot 1, membentuk cluster lokasi (A) yang terpisah jauh dengan cluster lokasi lainnya (B, C, D) dengan jarak cluster lokasi sekitar 36% dan kedua liken memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap 80%. Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) sama-sama ditemukan di plot 2 dan 3, membentuk cluster lokasi (B) yang terpisah dengan cluster lokasi C dan D dengan jarak cluster lokasi sekitar 22% dan kedua liken memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap 77%. Physcia (6) ditemukan di plot 1 dan 2, membentuk cluster lokasi (C) sendiri yang terpisah lebih dekat dengan cluster lokasi D dengan jarak cluster lokasi sekitar 16%. Hanya Parmotrema (4) dan Dirinaria (5) yang ditemukan di ketiga plot, membentuk cluster lokasi (D) dan keduanya memiliki kemiripan lokasi dengan nilai bootstrap 56%. Canoparmelia (3) dan Pyxine (7) bisa berada bersama-sama dalam satu lokasi dengan Physcia (6), Parmotrema (4) dan Dirinaria (5), tetapi keberadaannya tidak ditunjang oleh jarak cluster lokasi yang hanya sekitar 22%. Secara umum, plot 2 mengandung liken makro epifitik terbanyak (JT total = 530 talus, LT total = 1323.39 cm2). Physcia (6) merupakan liken dengan INP tertinggi di plot 1 (INP1 = 191.7%, INP2 = 176%), sedangkan Dirinaria (5) memiliki INP tertinggi di plot 2 (INP1 = 144%, INP2 = 145%) dan plot 3 (INP1 = 146.9%, INP 2 = 147%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat suatu keadaan populasi liken makro epifitik untuk dijadikan bioindikator kualitas udara. Plot 1 yang berada jauh dari sirkulasi lalu lintas padat dan diasumsikan memiliki kualitas udara yang lebih baik memiliki keadaan: 1) memiliki sianoliken Coccocarpia (1) dan Leptogium (2). Kedua liken ini tidak ditemukan di plot lain dan keberadaannya didukung oleh data cluster lokasi kedua liken yang terpisah jauh dari cluster lokasi liken lainnya; 2) tidak ditemukan Pyxine (7) dan Canoparmelia (3); 3) ditemukan populasi Dirinaria (5) dalam jumlah sedikit dan jarang, namun luas tutupan rata-rata talusnya besar-besar (JT = 5, FR1 = 3.33%, FR2 = 10%, LTR = 6.15cm2); dan 4) ditemukan Physcia (6) melimpah. Sebaliknya, plot 2 dan 3 yang berada dekat dengan sirkulasi padat dan diasumsikan memiliki kualitas udara yang berpolusi memiliki keadaan: 1) tidak ditemukan Coccocarpia (1) maupun Leptogium (2); 2) ditemukan Pyxine (7) dan Canoparmelia (3) dalam jumlah sedikit maupun banyak; 3) ditemukan Dirinaria (5) dalam jumlah banyak dan sering, namun luas tutupan rata-rata talusnya kecil-kecil, seperti di plot 2 (LTR = 2.85 cm2) dan plot 3 (LTR = 1.16 cm2); dan 4) ditemukan Physcia(6) dalam jumlah sedikit atau tidak sama sekali seperti di plot 3. Keadaan populasi Parmotrema (4) di ketiga plot mempunyai pola yang tidak jelas sehingga genus ini tidak dapat dijadikan bioindikator polusi udara. Pola Parmotrema mungkin dapat ditemukan pada tingkat spesies. Penelitian serupa pada pohon inang yang berbeda diperlukan untuk menguatkan keadaan populasi liken makro epifitik tersebut di atas sehingga dapat dijadikan bioindikator kualitas udara. Transplantasi liken indikator di ketiga plot dapat dilakukan untuk memastikan apakah liken tersebut sebagai bioindikator sensitif atau toleran.