Show simple item record

dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorYunus, Muhamad
dc.date.accessioned2014-12-09T03:23:04Z
dc.date.available2014-12-09T03:23:04Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71089
dc.description.abstractDomba merupakan salah satu ternak kelompok ruminansia yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan populasi yang terus meningkat dan merupakan yang paling tinggi dibandingkan ternak ruminansia lainnya, yaitu sebesar 9.36 persen di Indonesia dan sebesar 12.44 persen di Jawa Barat dari tahun 2009-2013. Namun rata-rata laju pertumbuhan daging domba justru menurun, yaitu sebesar 3.80 persen di Indonesia dan 5.45 persen di Jawa Barat. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas usaha ternak domba di Indonesia. Usaha ternak domba di Indonesia masih didominasi oleh peternak rakyat, yaitu sebesar 90 persen. Pada umumnya, para peternak rakyat tersebut menghadapi berbagai kendala, diantaranya yaitu: keterbatasan permodalan, domba bibit belum memenuhi syarat kualitas, belum adanya keterjaminan pasar, dan penggunaan faktor-faktor produksi yang belum sesuai. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat melalui rekayasa organisasi produksi yang disebut kemitraan. Kemitraan diharapkan dapat memberikan pengaruh positif baik terhadap efisiensi maupun keuntungan usaha bagi peternak yang mengikutinya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengukur derajat kemitraan usaha penggemukan ternak domba; (2) mengukur tingkat efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi usaha penggemukan domba; (3) menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usaha penggemukan domba; serta (4) mengukur tambahan keuntungan dan rasio tambahan penerimaan terhadap tambahan biaya (R/C) usaha penggemukan ternak domba. Stochastic Frontier Analysis (SFA) digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis sekaligus faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 62 peternak domba di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sampel tersebut terdiri atas 31 peternak mitra dengan menggunakan metode sensus dan 31 peternak nonmitra dengan menggunakan metode purposive. Penelitian untuk mengumpulkan data dilakukan pada Bulan April sampai Mei Tahun 2014. Hasil penelitian mengenai kinerja kemitraan antara CV. Mitra Tani Farm dengan peternak mitra menunjukkan bahwa rata-rata skor derajat kemitraan sebesar 15 dari 22 (atau dalam kategori sedang). Skor tersebut menunjukkan bahwa kinerja kemitraan belum maksimal dijalankan, sehingga perlu adanya perbaikan kinerja kemitraan terutama dalam frekuensi pemberian obat-obatan dan vitamin untuk domba, keikutsertaan peternak mitra dalam penyuluhan, serta frekuensi pendampingan peternak mitra yang dilakukan oleh penanggung jawab petern mitra dari CV. Mitra Tani Farm. Hasil analisis lainnya menunjukkan bahwa bobot awal domba bibit, pakan hijauan, luas kandang dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi pertambahan bobot domba. Bobot awal domba bibit signifikan pada taraf nyata 5 persen. Variabel lainnya yaitu pakan hijauan dan luas kandang signifikan pada taraf nyata 1 persen. Sementara itu tenaga kerja tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, 10 persen, maupun 15 persen. Produksi pertambahan bobot domba paling responsif terhadap peningkatan pakan hijauan, karena nilai koefisien atau elastisitasnya paling besar, yaitu 0.36. Secara umum, usaha penggemukan domba pada penelitian ini sudah efisien secara teknis baik pada peternak mitra maupun peternak nonmitra, degan nilai rata-rata masing-masing yaitu 0.79 dan 0.86. Akan tetapi, usaha penggemukan domba pada penelitian ini belum efisien secara alokasi dan ekonomi baik pada peternak mitra maupun nonmitra, karena nilai rata-rata yang diperoleh kurang dari 0.70. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usaha penggemukan domba secara signifikan pada penelitian ini adalah usia peternak, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan nonformal, akses terhadap modal, dan penggunaan atap kandang. Sementara itu faktor lainnya seperti pengalam beternak domba, lama penggemukan, dan derajat kemitraan tidak berpengaruh signifikan, namun berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis usaha penggemukan domba. Berdasarkan analisis tambahan keuntungan, hasilnya menunjukkanbahwa usaha penggemukan domba yang dijalankan peternak mitra menguntungkan dengan rasio R/C sebesar 1.24, namun sebaliknya bagi peternak nonmitra, yaitu tidak menguntungkan dengan rasio R/C sebesar 0.86. Hal ini karena tambahan biaya yang dikeluarkan peternak mitra lebih rendah dibandingkan peternak nonmitra untuk memperoleh tambahan satu kilogram bobot domba selama satu bulan. Dengan demikian, usaha penggemukan domba yang dilakukan oleh peternak mitra lebih menguntungkan dibandingkan peternak nonmitra. Akan tetapi sebaliknya terhadap efisiensi, dimana peternak nonmitra lebih efisien dalam menjalankan usahanya dibandingkan peternak mitra.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcAgribusinessen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baraten
dc.titleEfisiensi Usaha Penggemukan Domba Pola Kemitraan di Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Frontier Analysisen
dc.subject.keywordderajat kemitraanen
dc.subject.keywordefisiensien
dc.subject.keywordkeuntunganen
dc.subject.keywordstochastic frontieren


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record