Analisis Struktur dan Kinerja Industri gula Indonesia: Periode 1982- 2011
View/ Open
Date
2014Author
Montesori, Maria
Winandi, Ratna
Adhi, Andriyono Kilat
Metadata
Show full item recordAbstract
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu agroindustri yang paling mampu bertahan selama krisis ekonomi, di tahun 2009 hanya sub sektor perkebunan yang bernilai plus, sedangkan sektor lain bernilai minus (BPPP 2011). Dekade terakhir kinerja industri gula belum terlihat membaik, terdapat gap antara produksi dan konsumsi gula nasional, sehingga impor selalu menjadi konsekuensi dari gap yang terjadi, sementara itu struktur industri gula yang terindikasi tidak kompetitif menyebabkan turunnya daya saing industri dan kinerja industri (GAPPMI 2010). Sehingga dibutuhkan upaya yang integratif agar industri ini kembali kompetitif. Penelitian ini menganalisis bagaimana variabel-variabel independen seperti concentration ratio empat perusahaan besar (CR4), concentration ratio delapan perusahaan besar (CR8), dan keterbukaan pasar/pasar bebas (OPEN) yang merupakan variabel-variabel struktur pasar, serta variabel efisiensi industri (X-eff), rasio input tenaga kerja atau unit labour cost (ULC), dan rasio input bahan baku atau unit material cost (UMC) yang merupakan variabel-variabel kinerja pasar, mempengaruhi variabel dependen yakni keuntungan industri atau price cost-margin (PCM) merupakan variabel kinerja pasar. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada taraf nyata 15%, hanya variabel X-eff dan CR8 berkorelasi positif terhadap PCM, yakni mampu meningkatkan PCM sebesar 0.091% dan 0.08%. Sedangkan variabel lain seperti CR4, ULC, dan UMC berkorelasi negatif terhadap PCM, yakni mampu menurunkan PCM dengan masing-masing sebesar 0.10%, Rp 337.329 ribu , dan Rp 12.835 ribu. Sementara itu variabel OPEN tidak signifikan terhadap PCM. Industri gula Indonesia periode 1982-2011, memiliki rata-rata konsentrasi rasio CR4 sebesar 32.46%, dan rata-rata konsentrasi delapan perusahaan besar (CR8) sebesar 51.41%, menurut klasifikasi Shepherd (1992), struktur pasar termasuk oligopoli kuat, sedangkan menurut Baye (2010) struktur pasar termasuk pasar weak oligopsony market structure. Industri gula periode 1982-2011, memiliki rata-rata PCM industri gula putih 57.62 %. Nilai PCM terendah bernilai negatif yaitu sebesar -18.20 % pada tahun 1991, sedangkan PCM tertinggi mencapai 147.21 % pada tahun 2011. Berdasarkan nilai rata-rata, , margin keuntungan yang diperoleh rata-rata masih tinggi. Artinya untuk berinvestasi di sektor industri ini masih menguntungkan karena masih memiliki return yang tinggi. Implikasi kebijakan yang diambil pemerintah terkait kebijakan mendorong peningkatan efisiensi industri gula, disertai dengan kebijakan yang saling mendukung tentang kebijakan pasar, produksi, tenaga kerja dan bahan baku industri.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]