Dampak Kredit “Mitra AGB” pada Perempuan Wirausaha “Gurem” di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Abstract
Perempuan wirausaha merupakan salah satu faktor kunci dari pertumbuhan ekonomi, khususnya di perdesaan. Keberadaan kampus IPB menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi bagi desa-desa di sekitarnya, sehingga desa lingkar kampus IPB menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi. Perempuan wirausaha seringkali dihadapkan pada berbagai hambatan, seperti terbatasnya akses terhadap modal. IPB sebagai perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan yang wajib melaksanakan tridarma perguruan tinggi, melalui Departemen Agribisnis turut bertanggung jawab dalam pengembangan pola-pola usaha peningkatan pendapatan masyarakat di desa lingkar kampus. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan penelitian aplikatif berupa penyaluran kredit kepada perempuan wirausaha yang diberi nama inisiatif “Mitra AGB”. Inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan kerangka awal dalam membangun model kredit yang sesuai bagi perempuan wirausaha “gurem”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik usaha dari perempuan wirausaha dan menganalisis hubungannya dengan kinerja usaha, serta menganalisis dampak pemberian kredit “Mitra AGB” melalui pengukuran kinerja usaha perempuan, sebelum dan setelah menerima kredit. Penelitian ini merupakan sebuah riset eksperimen. Adapun lokasi penelitian di salah satu desa lingkar kampus IPB, yaitu Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang dipilih secara sengaja (purposive). Sementara responden dalam penelitian ini merupakan seluruh penerima kredit “Mitra AGB” di desa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas peserta “Mitra AGB” berumur diantara 35 sampai 39 tahun, berpendidikan tidak tamat/tamat SD, status sudah menikah, dan memiliki pengalaman usaha rata-rata satu hingga lima tahun, serta sebagian besar dari mereka juga terlibat dalam program pemberian kredit lainnya. Sementara, untuk karakteristik usaha,sebagian besar jenis usahanya adalah olahan makanan dan minuman. Lokasi usaha sebagian besar tidak menyatu dengan tempat tinggal mereka, namun masih di dalam lingkup desa. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki tenaga kerja tetap dan omset rata-rata yang dapat diperoleh sekitar Rp 50 000 hingga Rp 250 000 per hari. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal berhubungan positif secara nyata dengan omset rata-rata per hari. Sementara itu, jangkauan pasar berhubungan positif secara nyata dengan tingkat pengembalian dan omset rata-rata per hari. Begitu pula kepemilikan tenaga kerja berhubungan positif secara nyata dengan omset rata-rata per hari. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengembalian kredit hanya mencapai 83 persen. Di samping itu, uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan omset rata-rata per hari sebelum dan sesudah menerima kredit. Namun terdapat perbedaan marjin keuntungan rata-rata per hari sebelum dan sesudah menerima kredit.
Collections
- MT - Economic and Management [2884]