Show simple item record

dc.contributor.advisorArifin, Nurhayati Hs
dc.contributor.authorSyamira, Syima
dc.date.accessioned2014-11-26T07:23:51Z
dc.date.available2014-11-26T07:23:51Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70463
dc.description.abstractPerkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Jakarta Selatan merupakan kawasan atau kampung yang ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta sebagai lokasi pelestarian budaya Betawi, suku asli di Jakarta. Namun dengan tekanan urbanisasi di wilayah sekitarnya dan karena peningkatan populasi, pekarangan sebagai bagian dari lahan rumah tinggal Betawi semakin terancam kelestariannya karena mudah dialihfungsikan menjadi peruntukan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pekarangan di PBB Setu Babakan, serta membuat usulan pelestarian pekarangan untuk mempertahankan ciri khas budaya Betawi. Sampel pekarangan diambil pada setiap RW (terdapat empat RW) berdasarkan klasifikasi ukuran Arifin (1998). Sebagian besar pekarangan yang ada di lokasi penelitian berukuran sempit (<120 m2) dan sedang (120-400 m2). Pola pekarangan terbagi menjadi dua, yaitu pola pekarangan di tepi jalan (luar) dan pola pekarangan pada bagian dalam. Setiap sampel pekarangan dapat ditemukan adanya pekarangan depan, tetapi tidak selalu ada pekarangan samping kanan, kiri, dan belakang. Tata letak elemen mengikuti kemudahan dan kebiasaan dalam pemanfaatannya. Gaya arsitektur rumah tradisional Betawi saat ini hanya terdapat pada bagian tertentu, seperti penggunaan lisplang gigi balang, langkan, jendela krepyak, serta penggunaan ragam hias, tidak secara utuh. Untuk karakteristik tanaman didominasi oleh tanaman hias (57,74%) terutama kuping gajah (Anthurium crystallinum) dan tanaman buah (20,26%) yaitu alpukat cimpedak (Persea americana). Dari kedua puluh sembilan jenis tanaman langka berdasarkan SK Gubernur DKI No. 2359/1987 yang juga merupakan tanaman khas Betawi, hanya tujuh jenis yang masih dapat ditemui pada sampel pekarangan dengan jumlah terbatas, yaitu jambu biji (Psidium guajava), jambu bol (Syzygium malaccensis), matoa (Pometia pinnata), mengkudu (Morinda citrifolia), rukem (Falcourtia rukam), sawo manila (Manilkara zapota), dan sirsak (Annona muricata). Dalam hal pemanfaatan produk, hanya beberapa untuk dijual, selebihnya untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pemanfaatan ruang untuk alat-budaya dan kehidupan, pekarangan digunakan sebagai sarana berelasi dengan alam dan sesama, lahan bermain anakanak, pemberi hidup, dan lahan resapan air. Rekomendasi berupa konsep pelestarian pekarangan Betawi yang berkelanjutan sehingga karakteristik dan fungsi pekarangan Betawi dapat tetap bertahan atau tidak hilang. Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan yaitu membuat pekarangan contoh di area rumah contoh, lahan milik pemerintah (RW 08), serta mengupayakan penguatan karakteristik pekarangan Betawi pada lahan-lahan pekarangan masyarakat atau membuat pekarangan komunal dengan karakteristik khas Betawi pada setiap RW.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcLandscapeen
dc.subject.ddcCultural Villageen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcJakarta Selatan-Jawa Baraten
dc.titlePelestarian Pekarangan Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Jakarta Selatanen
dc.subject.keywordLanskap Budayaen
dc.subject.keywordPekaranganen
dc.subject.keywordPelestarianen
dc.subject.keywordPerkampungan Budaya Betawien


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record