Show simple item record

dc.contributor.advisorArifiantini, R Iis
dc.contributor.advisorPurwantara, Bambang
dc.contributor.authorSukmawati, Eros
dc.date.accessioned2014-11-25T04:00:22Z
dc.date.available2014-11-25T04:00:22Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70356
dc.description.abstractRendahnya kualitas spermatozoa setelah pembekuan dan proses pencairan dapat terjadi karena perubahan suhu dan osmolaritas yang ekstrim. Salah satu kerusakan pada spermatozoa selama proses pembekuan dan proses pencairan kembali adalah peroksidasi lipid. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji daya tahan spermatozoa terhadap pembekuan pada berbagai jenis, umur dan individu pejantan serta mengevaluasi derajat kerusakan membran spermatozoa melalui pengukuran kadar malondialdehyde (MDA). Penelitian menggunakan semen dari tiga puluh pejantan sapi dengan tiga jenis yang berbeda (Simental, Limosin dan Friesian Holstein) dibagi dalam dua kelompok umur (4-6 dan 7-8 tahun). Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Semen diencerkan dengan susu skim kuning telur, dikemas dalam mini straw (0.25 ml), equilibrasi pada 5oC dan dibekukan di atas uap nitrogen cair. Data dianalisa dengan general linier model (GLM), uji Duncan’s serta uji korelasi Pearson disajikan dalam rata-rata ± SD. Hasil analisa menunjukkan bahwa kualitas semen segar tidak dipengaruhi jenis pejantan, umur maupun individu. Kualitas semen beku dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis pejantan mempengaruhi motilitas (P<0.0001), umur mempengaruhi viabilitas dan MPU (P<0.05) sedangkan kadar MDA dipengaruhi oleh jenis pejantan (P<0.0001) dan umur (P<0.005). Sapi FH memiliki daya tahan terhadap pembekuan yang rendah dengan nilai recovery rate (RR) 57.53±1.74% dan kadar MDA tinggi 0.81±0.31 nmol/108 spermatozoa, sedangkan sapi Limosin memiliki RR yang paling tinggi yaitu 59.70±3.23% dan kadar MDA yang rendah 0.52±0.25 nmol/108 spermatozoa. Pembekuan menurunkan motilitas, viabilitas dan MPU spermatozoa pada semua jenis sapi, dengan tingkat penurunan motilitas, viabilitas dan MPU masing-masing 28.32±1.45% dan 29.73±1.54%; 21.58±4.09% dan 22.55±5.60% serta 21.25 ±6.86% dan 23.51±6.05%. Pejantan FH nomor 307104 memiliki nilai RR paling rendah (56.14± 1.50%), penurunan motilitas (31.25±1.22%), penurunan viabilitas (25.63± 7.91%), penurunan MPU (30.75±1.50%) dan kadar MDA (1.13±0.25 nmol/108 spermatozoa) paling tinggi dibanding pejantan lainnya. Pejantan Simental nomor 60656 memiliki nilai RR paling tinggi (61.70±1.46%), penurunan motilitas (26.81 ±1.43%), penurunan viabilitas (15.63±7.64%), penurunan MPU (11.00±7.42%) dan kadar MDA (0.26±0.1nmol/108 spermatozoa) paling rendah dari pejantan lainnya. Pejantan kelompok umur 7-8 tahun memiliki penurunan motilitas (28.99± 2.16%), penurunan viabilitas (21.24±4.70%), penurunan MPU (20.75±7.93%) dan kadar MDA (0.53±0.13nmol/108spermatozoa) lebih rendah dari pada kelompok umur 4-6 tahun dengan nilai penurunan motilitas (29.26±2.15%), penurunan viabilitas (22.36±4.12%), penurunan MPU (23.62±6.88%) dan kadar MDA (0.69 ±0.22 nmol/108 spermatozoa). Terdapat korelasi negatif antara kadar MDA dengan motilitas (r=-0.31948, p-value 0.0004), viabilitas (r=-0.34998, p-value <0.0001) dan MPU semen beku (r=-0.29080, p-value 0.0013). Penelitian ini menyimpulkan bahwa jenis, umur dan individu pejantan mempengaruhi kualitas dan ketahanan spermatozoa terhadap pembekuan. Kerusakan membran pada pejantan umur 7-8 tahun lebih rendah dari pada usia 4-6 tahun.en
dc.language.isoid
dc.titleDaya Tahan Spermatozoa terhadap Proses Pembekuan pada Berbagai Jenis Sapi Pejantan Unggulen
dc.subject.keywordmalondialdehydeen
dc.subject.keywordpembekuanen
dc.subject.keywordsapien
dc.subject.keywordsemenen
dc.subject.keywordumuren


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record