Show simple item record

dc.contributor.advisorZuhud, Ervizal AM
dc.contributor.advisorDarusman, Latifah K
dc.contributor.authorAgustina, Anisa
dc.date.accessioned2014-11-24T03:03:53Z
dc.date.available2014-11-24T03:03:53Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70323
dc.description.abstractTabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat obat yang telah lama digunakan secara turun temurun oleh masyarakat sebagai afrodisiak bagi wanita (Kristina 2007). Berawal dari pengetahuan etnobotani tersebut, telah banyak dilakukan penelitian-penelitian terkait aspek farmakologi/fitokimia dalam hal potensinya untuk pengobatan, antara lain sebagai antimikroba alami, radang paru-paru, diabetes, hipertensi, diare, asam urat serta antitumor (Darusman et al. 2003; Musa 2006; Kustiawan 2007; Adam et al. 2009; Draman et al. 2012). Pengetahuan etnobotani dan pemanfatan tabat barito terutama banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri jamu di Kalimantan. Sementara itu, masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sendiri belum memanfaatkan tumbuhan ini untuk pengobatan penyakit tertentu. Stimulus alamiah dan stimulus manfaat dari tabat barito yang belum terdokumentasi dan tersosialisasikan dengan baik menjadikan nilai manfaatnya belum dirasakan baik oleh pihak balai besar TNGGP maupun masyarakat. Penelitian dilakukan terhadap karakteristik habitat mikro dan kandungan bioaktif daunnya, sebagai stimulus alamiah dan stimulus manfaat tabat barito, diharapkan mampu menggali nilai manfaat dari tabat barito, sehingga menumbuhkan stimulus rela untuk melakukan sikap dan aksi konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk: i) mengkaji karakteristik habitat mikro tabat barito dan mengidentifikasi berbagai spesies tumbuhan inangnya di Resort Mandalawangi TNGGP, ii) mengkaji sifat kimia media tumbuh tabat barito dari berbagai spesies tumbuhan inang, iii) mengkaji kandungan bioaktif dan tingkat toksisitas daun tabat barito dari berbagai spesies tumbuhan inang, iv) mengkaji interaksi antara karakteristik habitat mikro dan media tumbuhnya terhadap kandungan bioaktif dan tingkat toksisitas daun tabat barito. Tabat barito di Resort Mandalawangi TNGGP merupakan tumbuhan epifit yang ditemukan hingga elevasi 1800 mdpl. Tabat barito tumbuh pada kisaran suhu 18,3°C-23,1°C, kelembaban udara relatif 80-84%, pada kisaran kelerengan 4-24% dengan arah lereng bervariasi. Eksplorasi yang dilakukan memperoleh 178 individu tabat barito yang berasal dari 100 individu tumbuhan inang. Tabat barito tidak memiliki tumbuhan inang yang spesifik, dimana terdapat 31 spesies yang menjadi inang dari tabat barito. Berbagai spesies tumbuhan inang tersebut memiliki karakteristik kulit batang yang sama yaitu memiliki permukaan yang kasar mengelupas maupun beralur. Media tumbuh tabat barito pada tumbuhan inangnya terbentuk dari dekomposisi kulit batang yang lapuk serta daun-daun yang jatuh dan menumpuk pada perakarannya. Media tumbuh tabat barito dengan berbagai tahap dekomposisi dari bahan organik di dalamnya, menjadikan media tumbuh memiliki kisaran pH dalam kriteria asam hingga sangat asam. Pada kondisi tersebut, tabat barito tetap memiliki pertumbuhan yang baik, dengan dedaunan yang tumbuh lebat, berwarna hijau tua terang dan batang yang kokoh. Hal ini menunjukkan bahwa tabat barito toleran terhadap pH media tumbuh yang asam hingga sangat asam. Kondisi media tumbuh tabat barito yang asam hingga sangat asam diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan bioaktifnya. Berdasarkan hasil uji fitokimia, hampir semua metabolit sekunder ditemukan pada sampel daun tabat barito yang diuji, yaitu flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid. Keberadaan metabolit sekunder pada daun tabat barito mempengaruhi tingkat toksisitasnya, dimana seluruh ekstrak etanol daun tabat barito dari keempat sampel yang diuji masuk ke dalam kategori toksik karena memiliki nilai LC50 < 1000 ppm. Nilai LC50 dari sampel yang diuji berada pada rentang yang cukup luas, yaitu dari nilai 35,3883 ppm sampai dengan 576,706 ppm. Nilai LC50 dari tumbuhan inang riung sebesar 35,3883 ppm mendekati kategori sangat toksik, sehingga paling berpotensi untuk digunakan sebagai antikanker jika dibandingkan sampel lainnya yang diuji. Pengaruh spesies tumbuhan inang tersebut diduga dipengaruhi oleh peran pelapukan kulit batang sebagai salah satu komponen penyusun media tumbuh tabat barito serta terdapatnya bahan-bahan kimia pada pepagan/kulit batang yang larut dalam air dan berpengaruh terhadap tumbuhan.en
dc.language.isoid
dc.titleKonservasi Tabat Barito di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat Mikro dan Kandungan Bioaktif Daunnyaen
dc.subject.keywordtabat baritoen
dc.subject.keywordhabitat mikroen
dc.subject.keywordkandungan bioaktifen
dc.subject.keywordtoksisitasen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record