Show simple item record

dc.contributor.advisorWahjunie, Enni Dwi
dc.contributor.advisorBaskoro, Dwi Putro Tejo
dc.contributor.authorAdeline, Fitria
dc.date.accessioned2014-11-21T03:35:34Z
dc.date.available2014-11-21T03:35:34Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70302
dc.description.abstractPada sistem pertanian lahan kering, sumber utama air adalah hujan. Pada hari tanpa hujan, kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh cadangan air tanah di zona perakaran. Oleh karena itu, kemampuan tanah menahan air (retensi air) dan pergerakan air di zona perakaran penting untuk diketahui. Retensi air dan pergerakan air di dalam tanah (zona perakaran) dipengaruhi oleh karakteristik fisik tanah yang bervariasi menurut penggunaan lahan. Suatu penelitian untuk melihat karakteristik fisik tanah, retensi, dan pergerakan air tanah pada berbagai penggunaan lahan, yaitu hutan sekunder, kebun campuran, dan lahan bera dilakukan pada tanah Latosol Darmaga dengan kemiringan lereng yang sama (kelerengan 3-8%) di Cikabayan, Darmaga, Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di bawah hutan sekunder, kebun campuran, dan lahan bera memiliki kelas tekstur yang kurang lebih sama, yaitu klei. Tanah dibawah hutan sekunder memiliki kadar bahan organik pada lapisan atas (0-20 cm) paling tinggi (3.87%), diikuti oleh kebun campuran (3.46%), dan lahan bera (3.40%). Tanah di bawah hutan sekunder memiliki bobot isi yang lebih rendah dan porositas yang lebih tinggi dibandingkan tanah di kebun campuran dan lahan bera. Bobot isi dan porositas tanah pada masing-masing penggunaan lahan adalah 1.0 g/cm3 dan 58.4% untuk tanah di hutan sekunder, sebesar 1.0 g/cm3 dan 58.4% untuk tanah di lahan bera, dan sebesar 1.1 g/cm3 dan 56.5% untuk tanah di kebun campuran. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa selama empat hari tidak hujan, kadar air tanah di hutan sekunder masih cukup tinggi (46.3-59.4%-v/v), masih lebih tinggi dari titik layu permanen sehingga masih tersedia bagi tanaman. Sementara kadar air lapang di kebun campuran dan lahan bera pada hari keempat tanpa hujan, sudah dibawah titik layu permanen terutama terjadi pada lapisan atas (0-20 cm). Kadar air lapang masing-masing adalah 38.8-43%-v/v untuk kebun campuran dan 36.0-36.4%-v/v untuk lahan bera. Secara umum terlihat juga bahwa pada hari tanpa hujan (sampai hari keempat), pergerakan air tanah di hutan sekunder umumnya terjadi secara vertikal ke bawah karena pengaruh gravitasi, sedangkan di kebun campuran dan lahan bera, pergerakan air dominan ke atas karena tanah di lapisan atas lebih cepat kering. Laju kehilangan air tertinggi di hutan sekunder pada kedalaman 40-50 cm, yaitu sebesar 7.95 mm/hari, sedangkan di lahan bera dan kebun campuran pada kedalaman 30-40 cm, yaitu sebesar 4.98 mm/hari dan 2.87 mm/hari.en
dc.language.isoid
dc.subjectSoil Science and Land Resource
dc.subjectLand Use
dc.subject2014
dc.subjectBogor-Jawa Barat
dc.titleKarakteristik Fisik Tanah dan Distribusi Kadar Air pada Berbagai Penggunaan Lahan di Latosol Darmagaen
dc.subject.keywordkadar air tanahen
dc.subject.keywordkarakteristik fisik tanahen
dc.subject.keywordpenggunaan lahanen
dc.subject.keywordpergerakan air tanahen
dc.subject.keywordretensi air tanahen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record