Show simple item record

dc.contributor.advisorNurrochmat, Dodik Ridho
dc.contributor.advisorDarusman, Dudung
dc.contributor.advisorSundawati, Leti
dc.contributor.authorAdalina, Yelin
dc.date.accessioned2014-11-12T03:45:28Z
dc.date.available2014-11-12T03:45:28Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70154
dc.description.abstractKeberadaan TNGHS tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Secara keseluruhan terdapat 108 desa yang sebagian/seluruhnya wilayahnya berada di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan wilayah TNGHS dan 314 kampung yang berada di dalam kawasan TNGHS. Pada tahun 2006 jumlah rumah tangga (RT) miskin yang berada di dalam dan sekitar kawasan TNGHS berjumlah 68.113 RT. Dalam rangka mendukung program pengelolaan TNGHS diperlukan adanya aksi kolektif (collective action) yang positif dari masyarakat. Untuk membangun aksi kolektif diperlukan tingkat modal sosial yang cukup dari masyarakat. Namun keberhasilan pelestarian kawasan taman nasional selain tergantung pada kondisi modal sosial masyarakat juga tergantung pada keberhasilan dalam menangani masalah sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan. Oleh karena itu dalam mengelola sumber daya alam, penting untuk dipertimbangkan kondisi modal sosial masyarakat dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi pengelolaan TNGHS dengan menelaah modal sosial komunitas masyarakat di sekitar kawasan TNGHS. Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) pada bulan Oktober 2012 sampai Oktober 2013. Pemilihan desa penelitian secara purposive, yakni desa yang berbatasan dengan kawasan TNGHS, yaitu sebanyak delapan desa penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan survei, observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan responden terpilih. Pemilihan responden secara Random, yaitu sebanyak 297 responden dari populasi sebesar 2.223 KK. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dari responden terpilih menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: (1) vegetasi dan pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK); (2) karakteristik individu; dan (3) unsur modal sosial masyarakat yang diadopsi dari konsep unsur modal sosial Uphoff (2000) dan Hasbullah (2006). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, Perum Perhutani, kantor kecamatan, kantor desa, dan Balai TNGHS. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui hubungan-hubungan yang terjadi antara variabel-variabel melalui persamaan koefisien Peringkat Spearman (Supranto 2000). Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan strategi di atas dilakukan dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planing Method (QSPM). Strategi yang dipilih adalah strategi dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) yang paling tinggi (David 2009). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan atau gambar. Berdasarkan hasil analisis vegetasi tiga jenis tanaman penghasil getah menunjukkan bahwa tanaman damar (Agathis dammara) dengan Indeks Nilai Penting (INP) 276,15% dan tingkat kerapatan 452 indvidu/ha, tanaman pinus vi (Pinus merkusii) dengan INP 300,0% dan kerapatan jenis 552 pohon/ha serta tanaman karet (Hevea brasiliensis) dengan INP 217,42% dan kerapatan 85 pohon/ha. Pendapatan petani dari hasil sadapan getah pinus sebesar Rp 400.000,- sampai Rp 1.125.000,-/bulan, getah karet sebesar Rp 525.000 sampai Rp 1.500.000 bulan/orang. Kontribusi pendapatan getah damar terhadap total pendapatan rumah tangga petani yang terlibat sebesar 1,28% sampai 4,41%, getah pinus sebesar 47,34% sampai 74,26% dan getah karet sebesar 22,32% sampai 100.00%. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan TNGHS termasuk dalam kategori masyarakat desa dengan tingkat pendapatan rendah, yaitu masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR), dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Mayoritas responden berusia produktif, dan merupakan penduduk asli setempat dengan kondisi kesehatan yang prima serta status sosial yang rendah. Tingkat modal sosial masyarakat di sekitar kawasan TNGHS dengan kategori sedang/kuat. Sebagian besar masyarakat memiliki modal sosial pada tingkat yang sedang/kuat, yaitu sebesar 78,11%, dan warga yang memiliki taraf modal sosial tinggi/sangat kuat sebesar 21,22%. Karakteristik individu yang berkorelasi dengan unsur-unsur pembentuk modal sosial adalah umur, pendidikan non formal, tingkat kesehatan dan luas lahan. Partisipasi masyarakat di sekitar kawasan dalam pengelolaan TNGHS sangat tinggi. Sebanyak 90,50% yang terlibat dan sebesar 88,48% melakukannya dengan sukarela. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi pembangunan pengelolaan TNGHS yang terpilih untuk diimplementasikan adalah strategi yang bersifat kompetitif, yaitu strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman (strategi ST). Strategi ST yang dapat di lakukan adalah:1) Melaksanakan sosialisasi intensif kepada pihak terkait tentang pengeloaan TNGHS; 2) Melaksanakan pengenalan potensi kawasan kepada masyarakat; 3) Melaksanakan sosialisai mengenai wilayah pengelolaan dan pemanfaatan lahan garapan masyarakat di kawasan TNGHS; 4) Mendorong pemanfaatan SDA secara lestari dengan pihak terkait, dan 5) Pengendalian pemanfaatan sumber daya hutan. Berdasarkan hasil analisis QSPM, strategi prioritas alternatif yang terpilih adalah sosialisasi mengenai wilayah pengelolaan dan pemanfaatan lahan garapan masyarakat di kawasan TNGHS dengan total skor ketertarikan (TAS) sebesar 6,784. Kesediaan masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan TNGHS dengan kategori tinggi dan latar belakang partisipasi sukarela. Tingkat modal sosial masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi, tingkat degradasi hutan dan pendapatan. Dalam rangka pembangunan pengelolaan TNGHS perlu mempertimbangkan faktor sosial budaya masyarakat dalam bentuk modal sosial masyarakat. Pengembangan dan pemanfaatan flora di kawasan konservasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memilih komoditas flora unggulan melalui partisipasi masyarakat dalam menunjang ekonomi masyarakat sekitar hutan yang mampu mengakomodir kepentingan ekonomi dan ekologi secara seimbang.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleImplikasi Modal Sosial Masyarakat Terhadap Pengelolaan Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun Salaken
dc.subject.keywordMasyarakaten
dc.subject.keywordmodal sosialen
dc.subject.keywordpengelolaanen
dc.subject.keywordTaman Nasional Gunungen
dc.subject.keywordHalimun Salaken


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record