Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.advisorJunior, Muhammad Zairin
dc.contributor.authorRina
dc.date.accessioned2014-11-10T06:01:16Z
dc.date.available2014-11-10T06:01:16Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70082
dc.description.abstractIkan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan yang tertua yang dibudidayakan di dunia dan merupakan salah satu komoditas ikan pangan strategis, pemasok protein hewani bagi jutaan rakyat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ikan mas di Indonesia di antaranya adalah serangan koi herpesvirus (KHV), hingga saat ini belum ada varietas ikan mas yang tahan terhadap serangan infeksi virus tersebut. Hal lain yang juga sangat mempengaruhi produksi ikan mas adalah adanya indikasi penurunan kualitas genetik ikan mas yang mengakibatkan laju pertumbuhan semakin menurun. Kualitas induk yang baik atau unggul dapat memberikan turunan yang berdampak positif pada peningkatan produksi dan daya tahan terhadap penyakit. Hingga saat ini ikan mas yang memiliki dua karakter yaitu unggul dalam pertumbuhan dan tahan terhadap serangan KHV belum tersedia. Ikan mas yang dapat tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap serangan KHV diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produksi ikan mas Penggunaan metode seleksi dan hibridisasi untuk meningkatkan pertumbuhan membutuhkan waktu yang cukup lama. Program seleksi dengan menggunakan seleksi individu atau seleksi famili mampu meningkatkan pertumbuhan sekitar 11-15% per generasi (Gjedrem dan Thodesen, 2005). Dengan demikian jika perbaikan kualitas genetik (genetic gain) yang dapat dicapai dari setiap generasi hasil seleksi sekitar 15%, dan jika untuk mendapatkan satu generasi ikan mas membutuhkan waktu dua tahun, maka baru setelah 12 tahun diperoleh efek perbaikan kualitas yang nyata. Selain itu seleksi untuk mendapatkan dua karakter unggul yang berbeda dalam satu individu pada waktu yang bersamaan umumnya sulit dilakukan. Berkembangnya metode seleksi dengan bantuan marka molekuler (marker assisted selection/MAS) merupakan salah satu solusi untuk mempercepat proses seleksi mendapatkan individu dengan karakter yang diinginkan dalam waktu yang singkat. Pada penelitian ini dengan menggunakan MAS dilakukan pemilihan dua karakter unggul yaitu tumbuh cepat dan tahan terhadap KHV pada individu ikan mas. Karakter tumbuh cepat dapat dicirikan dengan keberadaan marka Cca-08. Penetapan penggunaan marka Cca-08 untuk penciri tumbuh cepat berdasarkan hasil penelitian Maskur (2010) yang menindaklanjuti penelitian Aliah (2000). Analisis keberadaan Cca-08 dilakukan dengan menggunakan mikrosatelit. Berdasarkan Alimuddin et al. (2011) diketahui bahwa keberadaan marka Cyca-DAB1*05 (termasuk kelompok major histocompatibility complex / MHC II) dapat menjadi penanda ikan mas yang tahan terhadap serangan KHV dan analisisnya menggunakan PCR dengan primer spesifik. Penelitian ini terdiri atas empat tahap. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan induk yang membawa marka pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit. Stok induk ikan mas yang dianalisis keberadaan markanya berasal dari Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Stok induk dari BPBIAT Wanayasa adalah induk-induk yang berasal dari populasi ikan mas hasil seleksi individu di balai tersebut dengan target perbaikan pertumbuhan, sedangkan ikan mas dari BBPBAT Sukabumi merupakan hasil seleksi dengan target tahan terhadap serangan KHV. Ikan mas dari BPBIAT Wanayasa yang dianalisis berjumlah 53 ekor, dan ikan mas dari BBPBAT Sukabumi sebanyak 18 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (92.4%) induk dari BPBIAT Wanayasa membawa marka Cca-08, dan 9.4% yang membawa marka Cyca-DAB1*05. Pada induk BBPBAT Sukabumi, 38.8% membawa Cca-08 dan sebanyak 94.4% induknya membawa marka Cyca-DAB1*05. Penelitian kedua dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan marka Cca-08 dan Cyca-DAB1*05 pada keturunan 10 kombinasi persilangan ikan mas. Hasil analisis terhadap turunan 10 kombinasi persilangan memperlihatkan bahwa marka Cca-08 terdeteksi pada 10 kombinasi persilangan dan diwariskan pada turunannya dengan frekuensi berbeda. Keberadaan marka ketahanan terhadap KHV diwariskan kepada turunannya dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi keberadaan marka terkait ketahanan terhadap KHV terbesar terdapat pada hasil persilangan antara induk betina homosigot membawa Cyca-DAB1*05 dengan jantan yang tidak membawa Cca-08 dan Cyca-DAB1*05. Penelitian ketiga adalah untuk mengevaluasi performa fenotipe keturunan ikan mas hasil persilangan terkait dengan keberadaan marka yang berasosiasi dengan pertumbuhan cepat. Hasil akhir setelah masa pemeliharaan selama 90 hari memperlihatkan bahwa bobot rata-rata tertinggi dihasilkan dari persilangan Tn x Tp (3.52 g) dan yang terendah pada persilangan Mp x Tn sebesar 1.47 g. Berdasarkan kelangsungan hidup (KH) dan biomassa serta laju pertumbuhan harian (LPH) terlihat bahwa persilangan Tn x Tp memberikan hasil yang terbaik (KH: 76.9±4.31, biomassa: 863.49±52.88 g dan LPH: 5.37±0.09). Bobot akhir ikan hasil persilangan Tn x Tp berbeda nyata dengan seluruh persilangan lainnya (p<0.05). Secara umum terlihat bahwa penggunaan betina Cca-08 heterosigot cenderung memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan betina Cca-08 homosigot. Penelitian keempat bertujuan untuk mengevaluasi korelasi keberadaan marka ketahanan terhadap KHV (Cyca-DAB1*05) terhadap kelangsungan hidup turunan dari 10 kombinasi persilangan yang dilakukan melalui uji tantang ikan terhadap virus KHV. Uji tantang dilakukan pada ikan yang berumur 90 hari dengan cara menyuntikkan virus KHV secara intraperitonial kepada setiap ikan uji. Setiap kombinasi persilangan dipelihara dalam akuarium yang berbeda dan diberi aerasi. Uji tantang dilakukan di dalam laboratorium dengan suhu 18-22 ˚C selama tiga minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persilangan yang salah satu induknya atau kedua induknya membawa Cyca-DAB1*05 pada umumnya memiliki nilai KH yang cukup tinggi, lebih dari 50%. Deteksi marka Cyca-DAB1*05 pada individu yang hidup setelah uji tantang terlihat bahwa turunan persilangan yang salah satu atau kedua induknya membawa marka Cyca- DAB1*05 membawa marka tersebut dengan kisaran 70-100%. KH yang tinggi pada ikan mas hasil persilangan Tn x 0n dan Tn x Mn yang tidak memiliki marka Cyca-DAB1*05 diduga melibatkan jalur imunitas MHC I.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePenggunaan Marka Molekuler dalam Pemuliaan Ikan Mas Tumbuh Cepat dan Tahan Terhadap Infeksi Virus Koiherpesen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record