Show simple item record

dc.contributor.advisorArifin, Hadi Susilo
dc.contributor.advisorMachfud
dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.advisorArifin, Nurhayati H.S.
dc.contributor.authorSusetyo, Budi
dc.date.accessioned2014-11-03T06:52:07Z
dc.date.available2014-11-03T06:52:07Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70009
dc.description.abstractSaat ini, kawasan sempadan Ciliwung yang melintasi kota Bogor banyak ditempati permukiman liar. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak ekologis yang besar berupa pengurangan potensi ruang terbuka hijau, terutama pada pohon-pohon yang memiliki nilai konservasi. Kebijakan penataan kawasan sempadan sungai memiliki arti strategis dalam upaya pemeliharaan kelestarian lingkungan serta konservasi tanah dan air karena kawasan ini merupakan buffer zone, di mana secara legal formal ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Keberadaan kawasan sempadan ini juga ditegaskan dalam Peratutan Pemerintah No. 38/2011 tentang Sungai, Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 yang di antaranya mengatur Garis Sempadan. Dengan seperangkat peraturan perundangan tersebut, pemerintah ingin menyatakan bahwa kawasan sempadan sungai harus benar-benar dijadikan sebagai kawasan penyangga yang memiliki fungsi ekologis dan hidro-orologis. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak terjadi pelanggaran terhadap ketentuan ini, sehingga harapan pemerintah terhadap fungsi kawasan sempadan tidak tercapai, di antaranya adalah adanya perumahan/permukiman di bibir sungai, banyaknya bangunan liar, adanya bangunan fisik untuk berbagai tujuan. Secara umum okupasi lahan kawasan sempadan sungai oleh masyarakat banyak terjadi di berbagai daerah dengan kecenderungan pembiaran/kelonggaran sikap pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat sulit melakukan pengawasan implementasi kebijakan hingga level teknis operasional. Akibatnya masyarakat dan lingkungan dirugikan karena terjadinya dis-harmoni akibat ketimpangan tersebut. Oleh karenanya diperlukan Model Perumusan Kebijakan yang bersifat komprehensif agar di tingkat implementasi model tersebut dapat lebih terukur. Salah satu alternatif model tersebut mencakup analisis kemampuan dan kesesuaian lahan; analisis preferensi masyarakat dan analisis nilai pohon termasuk jasa lingkungannya. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan ekologi lanskap untuk merumuskan kebijakan pemanfaatan lahan di sempadan S. Ciliwung di Kota Bogor. Penelitian ini terutama difokuskan pada evaluasi nilai pohon, analisis kemampuan dan kesesuaian lahan, serta persepsi dan preferensi masyarakat yang bermukim di sepanjang tepi sungai Ciliwung. Berdasarkan ketiga aspek tersebut disusun model perumusan kebijakan pemanfaatan lahan berbasis ekologi lanskap dengan pendekatan system dinamis. Metode Evaluasi Pohon yaitu International Shading Trees Evaluation Method (ISTEM), digunakan untuk menilai pohon secara finansial dengan mempertimbangkan aspek jasa lingkungannya. Komponen pohon yang dievaluasi meliputi diameter, kualitas, kelas pohon, dan lokasi. Metode spasial untuk penetapan lokasi pohon dilakukan dengan metode buffering berdasarkan kriteria yang telah dimodifikasi dari Dreesen (2005). Tujuan dari penelitian adalah: (1) untuk mengevaluasi nilai pohon-pohon di sepanjang sempadan Ciliwung, (2) untuk menganalisis kemampuan lahan dan kesesuaiannya, (3) untuk menganalisis preferensi dan persepsi masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan sempadan Ciliwung, (4) untuk merancang model perumusan kebijakan pemanfaatan lahan berbasis lanskap di sempadan Ciliwung. iii Luas areal penelitian adalah 303.84 ha, yang diperoleh dari hasil buffering 100 m kanan-kiri sungai sepanjang Sungai Ciliwung yang melintasi Kota Bogor (15.19 km). Potensi pohon diukur dengan menggunakan metode petak contoh, dengan pengulangan masing-masing tiga kali untuk setiap jenis kelompok sampling (yaitu jarang, sedang dan padat/rapat). Luas untuk masing-masing kelompok di kawasan permukiman adalah jarang (11.15 ha), sedang (38.88 ha), dan padat (154.68 ha). Pada kawasan lahan terbuka dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu jarang (15.84 ha), sedang (25.66 ha), dan rapat (23.13 ha). Besarnya nilai pohon di kawasan lahan terbuka adalah US$ 16 346 219, sedangkan di kawasan permukiman US$ 445 015. Nilai pohon sebesar ini seyogyanya dipandang sebagai aset Kota Bogor yang perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Evaluasi lahan telah dilakukan mulai dari analisis satuan peta lahan (SPL) yang terbagi menjadi 18 SPL, diikuti oleh analisis kemampuan dan kesesuaian lahan. Berdasarkan data tujuh tahun terakhir, laju kenaikan permukiman liar sebesar 0.8% per tahun. Di sisi lain terjadi penurunan luas ruang terbuka hijau sebesar 0.17% per tahun. Hasil analisis kelas kemampuan lahan, 85.78% memiliki kemampuan sedang hingga tinggi (kelas II-e, II-w, III dan IV-e). Kelas kemampuan lahan II-IV direkomendasikan untuk penghijauan dengan jenis tanaman budidaya, sedangkan kelas V-VI (14.22% terhadap luas lahan terbuka) direkomendasikan untuk lahan penghijauan dengan jenis tanaman konservasi. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan, daerah ini memiliki potensi untuk pengembangan jenis-jenis tanaman endogenous yang terpilih. Hasil ini dapat menjadi landasan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan lanskap di daerah sempadan Ciliwung di kota Bogor. Hasil analisis preferensi masyarakat menghasilkan 15 jenis tanaman yang diusulkan. Berdasarkan kuesioner secara umum masyarakat mempunyai harapan dan mendukung pengelolaan lanskap sempadan sungai sebagai kawasan hijau (green corridor), di mana saat ini indeks persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam pengelolaan kawasan sempadan (13 indikator) mencapai 0.77 untuk target pencapaian sedang, 0.58 untuk indeks persepsi baik, namun untuk target pencapaian sangat baik masih relatif rendah yaitu hanya mencapai 0.46. Ketiga komponen analisis tersebut selanjutnya menjadi sub model dan sebagai dasar dalam penyusunan model perumusan kebijakan pemanfaatan lahan berbasis ekologi lanskap di sempadan Ciliwung yang dapat disimulasikan melalui tiga skenario. Skenario optimis pada kondisi eksisting yang relatif dibiarkan atau sedikit kegiatan yang masih bersifat charity, menghasilkan nilai pohon sebesar US$ 20 356 547. Skenario moderat dengan introduksi program/kegiatan penghijauan, pentaatan regulasi dengan skala medium, menghasilkan nilai pohon sebesar US$ 23 257 838. Skenario pesimis dengan berbagai program/kegiatan penghijauan, peraturan zonasi, pentaatan regulasi/kebijakan dan program penataan sempadan secara umum (pemanfaatan lahan berbasis ekologi lanskap), dihasilkan nilai pohon sebesar US$ 26 354 754. Angka tersebut merupakan proyeksi nilai pohon tahun 2014, di mana masing-masing memiliki pertumbuhan menurut waktu dengan proyeksi nilai pohon pada tahun 2030 yaitu, skenario optimis: US$ 64 706 109, skenario moderat: US$ 78 556 923 dan skenario pesimis: US$ 93 623 117. Validasi model juga telah dilakukan dengan menggunakan metode AME dan basis data luas lahan permukiman tahun 2006-2013, di mana diperoleh hasil nilai AME berkisar antara 0.03-0.08 atau lebih kecil dari 0.1 yang berarti model dinyatakan valid.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleModel Perumusan Kebijakan Pemanfaatan Lahan Berbasis Ekologi Lanskap di Kawasan Sempadan Sungai Ciliwung Kota Bogoren
dc.subject.keywordISTEMen
dc.subject.keywordkawasan permukimanen
dc.subject.keywordkebijakanen
dc.subject.keywordlanskapen
dc.subject.keywordkemampuan lahanen
dc.subject.keywordkesesuaian lahanen
dc.subject.keywordnilai pohonen
dc.subject.keywordpemanfaatan lahanen
dc.subject.keywordpenghijauanen
dc.subject.keywordruang terbuka hijauen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record