Pengembangan Minuman Olahraga Berbasis Tempe dan Efeknya terhadap Pemulihan Kerusakan Otot pada Atlet Setelah Latihan Kekuatan
View/ Open
Date
2014Author
Jauhari, Mansur
Sulaeman, Ahmad
Riyadi, Hadi
Ekayanti, Ikeu
Metadata
Show full item recordAbstract
Latihan merupakan aktivitas penting yang harus dilakukan oleh seorang atlet sebelum mengikuti suatu pertandingan dan merupakan suatu proses yang berulang dan meningkat yang bertujuan untuk meningkatkan potensi dalam upaya mencapai prestasi yang optimal. Salah satu bentuk latihan adalah latihan kekuatan, yang dapat menyebabkan kerusakan otot dan harus segera dipulihkan. Salah satu zat gizi yang berperan dalam membantu proses pemulihan tersebut adalah asam amino rantai bercabang BCAA (Branched Chain Amino Acids). Tempe merupakan salah satu bahan yang berpotensi karena selain mengandung protein dengan kandungan BCAA yang tinggi juga mengandung isoflavon yang merupakan salah satu komponen penting dalam pemulihan kerusakan otot. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan formula minuman olahraga berbasis tempe yang dapat diterima secara sensori untuk pemulihan kerusakan otot, (2) mengevaluasi tingkat penerimaan panelis terhadap formula minuman olahraga berbasis tempe sebagai kandungan utama, (3) menganalisis pengaruh pemberian minuman tempe terhadap pemulihan kerusakan otot setelah latihan kekuatan, (4) menganalisis pengaruh pemberian minuman tempe terhadap stres oksidatif setelah latihan kekuatan Penelitian pengembangan formula minuman olahraga berbasis tempe diawali dengan pembuatan tepung tempe dengan bahan utama tempe segar dengan lama fermentasi 36 jam. Tempe dipotong-potong kemudian diblansir dengan cara dikukus, dilanjutkan penggilingan dan pengeringan dengan cara dikering bekukan (freeze drying). Pengayakan terhadap tepung tempe dilakukan dengan saringan 80 mesh. Analisa terhadap tepung tempe menunjukkan setiap 100 gram mengandung kadar air 5.39 g, abu 1.22 g, protein 45.55 g, lemak 33.9 g, karbohidrat 13.94 g, kalsium 0.14 g, besi 0.018 g, natrium 0.004 g, magnesium 0.06 g, klorida 0.04 g dan kalium 0.10 g. Formulasi minuman olahraga dibuat dengan komposisi tepung tempe sebagai bahan utama, gula, bubuk coklat dan air. Berdasarkan komposisi bahanbahan tersebut dibuat tiga formula minuman yang dibedakan atas tingkat konsentrasi tepung tempe yaitu F1 (8.66%), F2 (7.31%) dan F3 (6.32%). Untuk menentukan formula terbaik yang akan digunakan untuk studi selanjutnya, dilakukan uji organoleptik berdasarkan uji hedonik. Hasil uji hedonik minuman tempe menunjukkan bahwa formula 2 cenderung mempunyai nilai kesukaan secara keseluruhan yang paling tinggi (5.42) dibandingkan dengan formula 3 (5.37) dan formula 1 (nilai 4.92) (P>0.05). Formula 2 mempunyai penerimaan secara keseluruhan yang tertinggi dengan nilai 80% dan ditetapkan sebagai minuman terpilih. Minuman tempe tersebut per sajian (600 ml) mengandung protein 23 gram, karbohidrat 48 gram, lemak 17.11 gram, energi 438 kkal, asam amino Branched Chain Amino Acids (BCAA) 4161.6 mg, Ca 72.92 mg, Fe 9.46 mg, Mg 33,12 mg, Na 2.37 mg Cl 21.30 mg, K 54 mg dan isoflavon sebesar 25.78 mg. v Untuk menguji pengaruh minuman tempe terhadap pemulihan kerusakan otot dan stres oksidatif pada atlet mahasiswa, desain penelitian eksperimen dengan metode double blind randomized controlled trial ditetapkan sejumlah 18 orang atlet mahasiswa pria usia 18-24 tahun yang dipilih secara acak dan dibagi ke dalam 3 kelompok perlakukan intervensi masing-masing berupa a) minuman tempe dan b) minuman whey, yang masing-masing mengandung protein 23 gram, serta c) minuman plasebo. Subjek melakukan latihan kekuatan dengan squat, yang dibagi menjadi enam set dengan lima belas pengulangan dengan interval istirahat 2 menit antar set. Subjek melakukan latihan kekuatan dengan beban 75 % dari kekuatan maksimalnya (1RM/one repetition maximum). Segera setelah latihan kekuatan selesai subjek mengonsumsi minuman perlakuan. Minuman perlakuan juga diberikan pada hari ke dua sampai dengan hari ke empat. Creatine kinase (CK), kekuatan maksimal, nyeri otot diukur sebagai penanda kerusakan otot. Percobaan di atas juga digunakan untuk menguji pengaruh minuman tempe terhadap stres oksidatif. CK, kekuatan maksimal, nyeri otot, kadar malondialdehid (MDA) dan superoksida dismutase (SOD) diukur pada saat sebelum latihan dan pada 6, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah latihan kekuatan. Pemberian minuman tempe setelah latihan secara nyata menurunkan kadar CK dan meningkatkan kekuatan otot pada titik waktu 24 jam (p<0.05), tetapi memberikan respon yang sama terhadap nyeri otot. Penurunan aktivitas CK pada titik waktu 24 jam setelah latihan pada kelompok yang diberikan minuman tempe, whey dan plasebo masing-masing adalah 80.66 U/L, 124.5 U/L, dan 192.33 U/L, sedangkan untuk peningkatan kekuatan otot masing-masing adalah 0.41 kg, -1.66 kg dan -5 kg. Pemberian minuman tempe setelah latihan memberikan respon yang sama terhadap kadar MDA dan SOD bila dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu whey dan plasebo (P>0.05), akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa perlakuan minuman tempe memberikan pengaruh yang lebih baik dalam menekan stres oksidatif. Penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa minuman tempe berpotensi sebagai minuman olahraga alternatif untuk pemulihan kerusakan setelah latihan kekuatan pada atlet.
Collections
- DT - Human Ecology [537]