Profitability Analysis and Market Chain of Benzoin in Sampean Village, Humbang Hasundutan District, North Sumatera
Analisis Profitabilitas dan Tataniaga Kemenyan di Desa Sampean, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Abstract
The benzoin forest in Indonesia were traditionally managed to produce benzoin resin, one of non-timber forest products. Lack of farmer’s access to the market and a fluctuated benzoin resin prices were major disincentives in the benzoin forest management. This study was conducted at Sampean village, Humbang Hasundutan district, one of major benzoin forest location in North Sumatera, and tried to determine a production cost of benzoin resin, calculate a farmer’s profit, analyze farmer’s share and describe benzoin resin market chain. The results showed there are about 60 families with total benzoin forest area of 350 ha at Sampean village. Of which, 15 families were then interviewed and observed. An average benzoin forest area managed by each family was about 5 ha with benzoin resin production of 201.6 kg per year (super benzoin of 134.4 kg and tahir benzoin of 67.2 kg). The production cost to produce those benzoin resin were estimated about Rp4.99 million/year. With benzoin resin prices of super of Rp90 thousand/kg and of tahir of Rp50 thousand/kg, each farmer would generate a revenue of Rp15.46 million per year, or a profit of Rp10.47 million per year. Hutan kemenyan di Indonesia dikelolah secara tradisional untuk menghasilkan kemenyan, salah satu hasil hutan bukan kayu. Kurangnya akses petani ke pasar dan berfluktuasinya harga kemenyan merupakan penyebab utama hutan kemenyan tidak dikelolah secara intensif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sampean Kabupaten Humbang Hasundutan, salah satu lokasi hutan kemenyan utama di Sumatera Utara dengan tujuan untuk menghitung biaya produksi, menghitung keuntungan petani, menganalisis farmer’s share dan menggambarkan tataniaga kemenyan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 60 kk yang mengelola hutan kemenyan seluas 350 ha di Desa Sampean. Lima belas keluarga di antaranya kemudian diwawancarai dan diamati dalam penelitian ini. Rata-rata luas hutan kemenyan yang dikelolah oleh setiap keluarga adalah 5 ha dengan produksi kemenyan setiap tahun sebesar 201.6 kg (kemenyan super sebesar 134.4 kg dan kemenyan tahir sebesar 67.2 kg). Biaya produksi untuk menghasilkan kemenyan tersebut diperkirakan sebesar Rp4.99 juta/tahun. Setiap petani akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp15.46 juta/tahun atau keuntungan sebesar Rp10.47 juta/tahun dengan harga kemenyan super Rp90 ribu/kg dan kemenyan tahir Rp50 ribu/kg.
Collections
- UT - Forestry Products [2376]