Pengaruh Pola Anyaman Bambu Terhadap Karakteristik Panel Sandwich Struktural
Abstract
Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan jumlah permintaan kayu untuk konstruksi meningkat. Di lain pihak, hal ini tidak diimbangi dengan keberadaan bahan baku komersial yang kuantitas dan kualitasnya semakin berkurang. Melihat permasalahan tersebut, maka salah satu alternatif untuk menggantikan kayu konstruksi komersial adalah menggunakan kayu yang cepat tumbuh (fast growing species) dan atau jenis kayu kurang dikenal lesser known species). Namun demikian, jenis-jenis tersebut memiliki kekuatan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kayu konstruksi komersil yang ada di pasaran. Maka untuk menambah kekuatan mekanisnya diperlukan modifikasi teknologi kayu yang salah satunya adalah dengan cara penguatan (reinforcement). Reinforcement dapat dilakukan dengan cara menambahkan lapisan penguat di bagian muka (face) dan bagian belakang (back) produk kayu. Lapisan penguat bisa didapatkan dari bahan berlignoselulosa lainnya. Bambu merupakan salah satu bahan berlignoselulosa yang dapat digunakan sebagai pengganti atau dipakai bersama-sama dengan kayu. Kelebihan bambu adalah merupakan spesies yang cepat tumbuh dengan daur 3-4 tahun dengan kekuatan mekanis yang hampir menyamai kayu. Dengan sifat-sifat yang menyerupai kayu, bambu dapat digunakan pada struktur bangunan, jembatan, rel kereta api, maupun struktur pendukung tanah (Douglas 1988 diacu dalam Setyo 2006). Di Indonesia tumbuh berbagai macam bambu yang tersebar di seluruh daerah. Ada sekitar 143 jenis bambu yang telah diketahui sifat dan jenisnya (Widjaja 2001). Di Pulau Jawa ada sekitar 60 jenis bambu yang tumbuh. Propinsi Jawa Barat sendiri memiliki potensi yang sangat besar bagi perkembangan produk dari bambu. Salah satu bambu yang tumbuh di daerah ini adalah bambu tali yang lebih dikenal dengan nama awi tali (Sunda). Bambu tali banyak digunakan dalam modifikasi teknologi kayu karena mempunyai nilai kekuatan tarik yang lebih baik dibandingkan jenis bambu lainnya. Tetapi jenis bambu ini memiliki kekurangan dari dimensinya. Untuk mengurangi keterbatasan dimensi dari bambu maka diperlukan teknologi alternatif sehingga dapat meningkatkan nilai guna bambu tersebut. Salah satunya yaitu panel sandwich. Tujuan dari pembuatan panel sandwich ini adalah untuk mengetahui mengenai pengaruh pola anyaman bambu sebagai lapisan (layer) dan jenis kayu terhadap sifat fisis dan mekanis panel sandwich. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai teknologi alternatif dalam pengembangan produk bermutu dari bambu untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kayu dalam bahan bangunan/konstruksi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tiga pola anyaman bambu sebagai lapisan dengan dimensi panjang 120 cm dan lebar 6 cm, pola anyaman yang digunakan adalah pola anyaman bilik, pola anyaman sejajar, dan pola anyaman tegak lurus. Untuk core digunakan jenis kayu sengon, gmelina, dan afrika dengan dimensi 120 cm x 5 cm x 5 cm. Bahan ketiga yang digunakan adalah perekat epoxy. Anyaman bambu dan ketiga jenis kayu dikering udarakan selama lebih kurang 1 minggu, kemudian perekat dipersiapkan sesuai berat labur. Potongan bambu dilaburi dengan masing-masing perekat dengan teknik single spread kemudian pola anyaman bambu disusun diatas kayu dan lalu produk diklem selama 24 jam kemudian dikondisikan (conditioning) selama 1 minggu untuk menghilangkan tegangan yang terjadi saat di klem dan penyesuaian terhadap kadar air setempat. Panel sandwich kemudian diuji. Hasil pengujian produk mengacu pada standard Japanese Industrial Standard (JIS) A 5908-2003. Kadar air yang diperoleh berkisar antara 10,4 % sampai 15,3 %, sedangkan kerapatan berkisar antara 0,35 g/cm3 sampai 0,54 g/cm3. Kedua sifat fisis panel sandwich yang dihasilkan belum memenuhi batasan standard yang disyaratkan. Nilai MOE berkisar antara 23222 kg/cm² sampai dengan 44411 kg/cm². Nilai MOR berkisar antara 276 kg/cm² sampai 542 kg/cm², sedangkan nilai keteguhan geser berkisar antara 19,5 kg/cm2 sampai 78,74 kg/cm2. Nilai sifat mekanis yang diperoleh masih belum semuanya memenuhi batasan standard yang disyaratkan. Dari hasil penelitian ini kombinasi core jenis kayu afrika dengan pola anyaman sejajar memiliki sifat fisis dan mekanis panel Sandwich terbaik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Panel sandwich yang diuji mengalami berbagai jenis kerusakan baik pada lapisan maupun intinya. Kerusakan banyak terjadi pada ikatan garis rekat antar lapisan bambu dengan kayu sebagai inti. Kerusakan dimulai dari bagian ujung panel dimana ikatan rekat antara lapisan bambu dengan kayu terlepas, kerusakan berlanjut ke bagian tengah panel. Pengkondisian bahan baku dan proses pelaburan dan perekatan dapat memperbaiki nilai panel sandwich. Hal ini dengan harapan dengan besarnya nilai geser rekatnya mampu meningkatkan nilai mekanis panel sandwich yang lainnya seperti MOE dan MOR.
Collections
- UT - Forestry Products [2376]