Show simple item record

dc.contributor.advisorKarlinasari, Lina
dc.contributor.advisorNawawi, Deded Sarip
dc.contributor.authorWidiyati, Meita
dc.date.accessioned2013-01-22T03:29:13Z
dc.date.available2013-01-22T03:29:13Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/59672
dc.description.abstractKayu memiliki sifat akustik yang dapat menyerap dan menyalurkan gelombang bunyi akibat adanya sumber bunyi. Jenis kayu spruce (Picea sp.), fir (Pseudotsuga sp), dan maple (Acer sp.) merupakan jenis kayu yang sangat dikenal memiliki sifat akustik yang baik khususnya untuk keperluan alat musik (Bucur 2006). Beberapa jenis kayu lokal yang diketahui juga dapat digunakan sebagai bahan baku alat musik khususnya gitar antara lain kayu mahoni (Swietenia mahagoni), pinus (Pinus merkusii), sonokeling (Dalbergia latifolia), dan meranti merah (Shorea pinanga) (Widiyati 2008). Sejauh ini penelitian mengenai hubungan karakteristik sifat dasar (anatomi dan kimia kayu) dengan sifat akustik kayu Indonesia (lokal) masih sangat terbatas. Penelitian yang sudah dilakukan hanya sebatas aplikasi penggunaannya sebagai bahan alat musik (Ardhianto 2002 dan Sejati 2008). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik anatomi kayu dan komponen kimia kayu dari enam jenis kayu lokal terhadap sifat akustik kayu. Bahan yang digunakan adalah lempengan kayu afrika (Maesopsis eminii), Pinus merkusii, Pinus insularis, mangium (Acacia mangium), sonokeling (Dalbergia latifolia),dan mahoni (Swietenia mahagoni) setebal 5 cm dengan diameter ± 30 cm. Dari lempengan tersebut dibuat sediaan mikrotom berukuran 2 cm arah radial, 2 cm arah tangensial, dan 4 cm arah aksial untuk pengamatan mikroskopik dan ultrastruktur kayu. Selain itu, diperlukan contoh uji berukuran (2 x 2 x 2) cm sesuai standar ASTM D143 (2000) untuk pengukuran kerapatan kayu tiap-tiap bagian. Untuk pengujian komponen kimia kayu, bahan penelitian yang digunakan berupa serbuk yang lolos 40 mesh berdasarkan bagian kayu (gubal dan teras). Hasil penelitian menunjukkan jenis softwood (Pinus merkusii dan Pinus insularis) memiliki kecepatan gelombang bunyi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hardwood karena jenis softwood memiliki struktur anatomi yang homogen, ukuran serat panjang, dinding sel tebal, sudut mikrofibril yang kecil, kadar selulosa tinggi, dan hemiselulosa rendah. Pada hardwood, jenis sonokeling memiliki kecepatan gelombang bunyi paling tinggi dibandingkan dengan jenis hardwood lainnya (mahoni, mangium, dan kayu afrika). Hal ini diduga karena sonokeling memiliki jumlah pembuluh paling jarang dan sudut mikrofibril yang paling kecil dibandingkan jenis hardwood lainnya. Nilai sound damping pada hardwood lebih tinggi dibandingkan softwood. Hal ini diduga karena hardwood memiliki struktur sel yang kompleks. Diantara jenis-jenis hardwood, kayu afrika dan mangium memiliki nilai sound damping yang tinggi dibandingkan dengan jenis hardwood lainnya. Hasil ini diduga karena kedua jenis tersebut memiliki diameter pembuluh/pori yang paling besar dibandingkan dengan jenis yang lain sehingga mampu menahan gelombang lebih lama, selain itu juga dikarenakan kedua jenis ini merupakan jenis cepat tumbuh.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectkecepatan gelombang bunyien
dc.subjectsifat kimiaen
dc.subjectsifat anatomien
dc.subjectsifat akustiken
dc.titleHubungan Karakteristik Anatomi dan Kimia Enam Jenis Kayu terhadap Sifat Akustik Kayuen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record