Evaluasi Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden (Studi Kasus: Santosa Bandung International Hospital)
Abstract
Ruang terbuka hijau dirancang untuk beberapa fungsi. Salah satu dari fungsi ini adalah menyembuhkan atau mengandung nilai-nilai pengobatan bagi penggunanya (terapeutik). Namun, perhatian terhadap fungsi tersebut masih kurang. Penelitian yang lebih mendalam yang memperhitungkan taman sebagai elemen yang penting dalam proses penyembuhan terhadap penggunanya masih diabaikan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan tersebut sangatlah dibutuhkan khususnya di Indonesia dengan kondisi masyarakat sedang dihimpit oleh berbagai tekanan fisik, psikis, dan kebutuhan hidup. Salah satu area yang telah menerapkan konsep healing garden adalah Rumah Sakit Internasional Santosa yang berada di daerah pusat kota Bandung, Jawa Barat. Rumah sakit ini menyediakan healing garden sebagai bagian yang bersinergi dengan pelayanan perangkat klinik, dokter, dan paramedis serta fasilitas dalam mewujudkan fungsi “cure and care”. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi konsep dan desain berdasarkan fungsi healing garden di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa Barat. Tujuan selanjutnya adalah mengamati pengaruh dari keberadaaan healing garden terhadap pengguna berdasarkan konsep dan fungsi healing garden tersebut, dan yang terakhir adalah menyusun suatu usulan pemecahan masalah berupa rekomendasi dan saran apabila ditemukan ketidaksesuaian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memahami peran dari keberadaan suatu ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan yang diwujudkan dalam bentuk healing garden. Rekomendasi yang diajukan dalam studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rancangan dari healing garden yang sejenis di tempat lainnya. Penelitian dilakukan di Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital (SBIH) pada tiga tapak healing garden, dua tapak pada lantai empat dan satu tapak pada lantai sembilan. Waktu pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus hingga Oktober 2009. Penelitian dilakukan dalam lima tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, evaluasi, dan sintesis. Pada tahap pertama dilakukan desk study untuk menyusun konsep dan kriteria evaluasi berdasarkan studi pustaka yang terkait dengan permasalahan, serta mempersiapkan masalah administrasi yang diperlukan. Pada tahap selanjutnya pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara observasi lapang dan wawancara. Kemudian pada tahap analisis dilakukan penilaian area, elemen desain dan elemen taman berdasarkan kriteria desain fungsional healing garden pada ketiga taman dengan pengamatan, pencatatan, dan penilaian terhadap desain healing garden aktual. Analisis yang digunakan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan metode KPI (Key Performance Index). Pada tahap evaluasi dibandingkan desain healing garden dan kriteria desain fungsional, konfirmasi, dan verifikasi fungsi berdasarkan program aktivitas terapi yang dilakukan terhadap kesesuaian desain taman dengan kriteria standar dan pengaruh keberadaan healing garden di lingkungan rumah sakit. Nilai KPI yang diperoleh menggambarkan perbedaan kualitas dari healing garden, antara kondisi aktual dan kualitas standar untuk setiap indikator. Aspek terapi yang terdapat pada healing garden SBIH ditinjau dari fasilitas dan keberadaan program terapi yang dilakukan di taman. Pada tahap terakhir dikembangkan hasil analisis dan evaluasi mengenai kesesuaian desain taman dan bagaimana pengaruh healing garden terhadap penggunanya. Hasil yang didapatkan berupa kesimpulan apakah healing garden tersebut sesuai atau tidak secara desain dan apakah keberadaannya berpengaruh terhadap penggunanya. Jika terdapat ketidaksesuaian, diusulkan pemecahan masalah. Solusi berupa suatu usulan program mengenai pemanfaatan tapak secara maksimal, usulan perbaikan rancangan, atau tambahan rancangan pada healing garden. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, healing garden lantai sembilan SBIH memiliki nilai KPI 0,72, lantai empat utara memiliki nilai KPI 0,63, dan lantai empat selatan 0,67. Pengaruh yang dirasakan oleh pengguna setelah kedatangan mereka ke taman menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna merasakan efek kedatangan ke taman dengan hasil yang baik dan positif. Sebanyak 95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui bahwa dengan datang ke taman, stress-nya hilang dan 4,76% merasa tidak yakin; sebesar 90,48% berpendapat bahwa mereka merasakan efek positif dari kedatangan ke taman ini dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin. Aktivitas pengguna taman yang dominan berupa berjalan mengelilingi taman, duduk-duduk, dan mencoba fasilitas refleksi. Hasil verifikasi melalui pengamatan perilaku diperoleh bahwa konsentrasi pergerakan pengguna dominan dilakukan pada jalur area tempat duduk atau area pasif. Nilai KPI yang dihasilkan dari evaluasi ketiga healing garden, diperoleh nilai KPI<1. Berdasarkan konfirmasi terhadap nilai KPI tersebut melalui pendapat responden dan verifikasi pengamatan perilaku pengguna healing garden SBIH dapat disimpulkan bahwa healing garden SBIH kurang sesuai dengan kriteria desain fungsional taman terapeutik berdasarkan kriteria desain menurut Marcus (1999, 2000), McDowell & McDowell (1998), dan Stigsdotter & Grahn (2002). Beberapa usulan rekomendasi diajukan untuk menyempurnakan fungsi healing garden pada aspek-aspek yang kurang sesuai tersebut, yaitu pada aspek fisik dan desain, aspek kualitas, aspek ruang, dan aspek elemen.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]