Evaluasi Keberlanjutan Masyarakat pada Hulu DAS Kalibekasi Berdasarkan Konsep Ecovillage
Abstract
Lanskap perdesaan merupakan kawasan yang kerap terdapat di hulu dari sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dalam ekosistem sebuah DAS menjadi penting untuk menjaga bagian hulu, karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, terutama dari fungsi tata air. Salah satu DAS yang terdapat di Jawa Barat adalah DAS Kalibekasi. DAS ini berpotensi mengalami degradasi yang dapat menyebabkan banjir dan bencana lingkungan lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk menjaga keberlanjutan lanskap di sekitar hulu DAS ini. Salah satu konsep yang dapat diterapkan untuk mendukung keberlanjutan lanskap adalah konsep ecovillage. Penekanan konsep ini adalah pada usaha menyelaraskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Terdapat tiga pilar dalam ecovillage yaitu keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosialekonomi, serta keberlanjutan spiritual-budaya. Ketiganya merupakan parameter tercapainya suatu masyarakat yang berlanjut yang merupakan awal dari keberlanjutan suatu lanskap. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakter lanskap perkampungan di hulu DAS Kalibekasi dan menganalisis tingkat keberlanjutan masyarakat berdasarkan pendekatan konsep ecovillage, dan menyusun rekomendasi pengelolaan lanskapnya. Penelitian dilakukan pada tiga perkampungan yang mewakili hulu atas, tengah dan bawah. Kampung yang menjadi sampel adalah Kampung Cimandala (hulu atas) dengan ketinggian 520- 600 m dpl dan Kampung Landeuh (hulu tengah) dengan ketinggian 260-280 m dpl pada Desa Karang Tengah. Kampung Leuwijambe (hulu bawah) dengan ketinggian 175-210 m dpl pada Desa Kadumanggu. Ketiga lokasi berada dalam kawasan administrasi Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Di samping itu, diambil satu sampel lokasi pada Sentul City sebagai pembanding karakter lanskap kota pada hulu, yaitu cluster Bogor Golf Hijau (220-265 m dpl). Metode observasi lapang, sampling dan RABA digunakan untuk mengidentifikasi karakter lanskap, sosial, dan spiritual pada lokasi penelitian, sedangkan metode Community Sustainibility Assessment (CSA) yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network (GEN) digunakan untuk menganalisis tingkat keberlanjutannya. Karakter lanskap pada perkampungan hulu atas Kalibekasi masih memiliki ciri perkampungan tradisional. Kampung ini dikelilingi oleh gunung, sehingga secara geografis agak terisolasi. Pada hulu tengah dan bawah ditemukan karakter lanskap perdesaan yang telah mengalami urbanisasi. Kondisi ini terkait dengan kedekatan geografis perdesaan dengan kota-kota baru di sekitarnya. Sementara pada Sentul City karakter lanskap perkotaan terencana menjadi ciri yang kuat. Pada Desa Karang Tengah yang merupakan lokasi sampel hulu atas dan tengah kemiringan lahan berkisar antara 15-25% dan >40% pada area Gunung Pancar. Pada Desa Kadumanggu, lokasi sampel hulu bawah, kemiringan lahan berkisar antara 8-15% sedangkan pada Sentul City 0-25%. Sumber air bersih pada hulu atas adalah mata air, sedangkan pada hulu tengah dan bawah berupa sumur. Di Sentul City sumber air bersih berasal dari PDAM. Bentuk badan air lain yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah sungai, kolam, danau, dan empang. Sementara itu, keanekaragaman hayati tersebar pada berbagai penutupan lahan pada perdesaan seperti hutan alam, hutan tanaman, lahan pertanian, pekarangan, kebun campuran, talun, dan RTH jalan. Dari hasil pengamatan diketahui semakin ke bawah jumlah keanekaragaman semakin berkurang. Di samping itu, setiap lokasi penelitian, memiliki potensi keindahan lanskap yang dapat dikembangkan. Karakter sosial lokasi penelitian juga dipengaruhi oleh karakter lanskapnya. Pada hulu atas kehidupan sosial masyarakat masih relatif tradisional dibandingkan dengan dua lokasi di bawahnya yang telah terurbanisasi. Mayoritas masyarakat pada lokasi penelitian perdesaan beragama Islam dan berasal dari Suku Sunda. Sementara pada Sentul City, agama dan suku masyarakatnya lebih beragam. Pada hulu atas peran pemuka agama masih kuat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sedangkan pada hulu tengah dan bawah peran kelembagaan desa sudah lebih besar. Ditinjau dari aspek mata pencaharian sebagian besar masyarakat perdesaan pada hulu DAS Kalibekasi bekerja bertani sedangkan masyarakat di Sentul City mayoritas bekerja sebagai penglaju di Jakarta dan kota-kota di sekitarnya. Tingkat pendidikan pada daerah perdesaan masih rendah, 75% masyarakat pada Desa Karang Tengah dan 60% masyarakat pada Desa Kadumanggu hanya merupakan tamatan SD, sementara pada Sentul City masyakat minimal berpendidikan S1. Pada aspek spiritual, kegiatan spiritual dilakukan mayarakat secara berkelompok atau pribadi berdasarkan agama mereka. Di samping itu, pada perdesaan masih dapat ditemukan nilai tradisional seperti kepercayaan pada ‘local space spirit’. Namun, apabila ditinjau dari aspek budaya, telah banyak bentuk kesenian lokal yang ditinggalkan oleh masyarakat dan terancam hilang. Secara umum, penilaian keberlanjutan masyarakat pada semua lokasi penelitian menunjukkan awal yang baik menuju keberlanjutan. Namun apabila ditinjau dari masing-masing aspek, aspek ekologi menunjukkan nilai yang rendah dibandingkan dengan dua aspek lainnya dan menunjukkan perlunya tindakan dalam mencapai keberlanjutan. Rendahnya nilai aspek ekologi ini terutama didapatkan dari parameter pengelolaan limbah cair, ketersediaan produksi makanan, dan sumber dan penggunaan energi. Pada aspek sosial dan spiritual, keseluruhan lokasi menunjukkan awal yang baik menuju keberlanjutan. Namun terdapat beberapa parameter yang memerlukan perbaikan karena nilainya yang rendah seperti parameter keberlanjutan ekonomi lokal yang sehat pada aspek sosial dan parameter seni dan kesenangan pada apek spiritual. Rekomendasi pengelolaan yang disusun untuk keberlanjutan lingkungan dan masyarakat pada hulu DAS Kalibekasi merupakan gabungan beberapa konsep dalam kerangka ecovillage. Dalam jangka panjang, kerangka ini meliputi tahapan pemantapan komitmen, peningkatan kapabilitas, dan pembiasaan pola hidup berkelanjutan. Sementara bentuk rekomendasi secara rinci difokuskan pada peningkatan pendidikan dan perekonomian masyarakat perdesaan, harmonisasi desa-kota berkelanjutan, revitalisasi lanskap agroforestri, revitalisasi kearifan lokal, serta revitalisasi seni budaya lokal. Sementara secara teknis, konsep penataan tata guna lahan, konservasi dinding sungai, optimalisasi pekarangan menjadi rekomendasi yang dapat dilakukan. Dukungan serta keterlibatan semua stakeholder, baik masyarakat, pemerintah, LSM, institusi pendidikan, Sentul City, maupun pihak terkait lain dibutuhkan dalam pencapaian konsep keberlanjutan ini.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]