Kadar Kortisol, Triiodotironin (T3), dan Tiroksin (T4) Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Selama Lima Belas Hari Pascatransportasi
View/ Open
Date
2012Author
Andriani, Monika Danaparamitha
Maheshwari, Hera
Andriyanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Livestock transportation plays an important role in the distribution of buffaloes. Livestock transport may cause stress and pressure that effects the livestock’s health. This research was conducted to find information about the effect of transportation on the levels of cortisol, triiodotironin (T3), and thyroxine (T4) for 15 days post-transportation. The animal used in this research were four female 2-year-old swamp buffaloes. The swamp buffaloes were transported using a small truck. The travel distance was 15 kilometers and it took 2 hours. During acclimatization, buffaloes were given anthelmintic albendazole to eliminate egg worms. All animals were given grass everyday and fresh water was provided ad libitum. Blood was collected at the time of arrival and everyday for 15 days after transportation and measured using Radioimunoassay (RIA) method. Results showed a significant relation (p<0.05) between transport and an increase in cortisol and T4 level on the first day post-transportation. The level of T3 was also increased on the second day post-transportation. Transportation causes stress and therefore change in the metabolic process. After transportation, a decrease in T4 indicates a conversion of T4 to the more active form, T3. Transportasi mempunyai peranan penting dalam pendistribusian kerbau. Transportasi ternak dapat menyebabkan suatu kondisi stres dan tekanan yang berdampak pada kesehatan ternak. Tingkat stres dapat dilihat dari beberapa parameter, diantaranya melalui perubahan kadar hormon kortisol dan hormon tiroid dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi mengenai pengaruh transportasi terhadap kadar kortisol, T3, dan T4 selama lima belas hari pascatransportasi. Empat ekor kerbau lumpur betina berusia 2 tahun digunakan dalam penelitian ini. Kerbau lumpur mengalami transportasi menggunakan truk bak terbuka selama 2 jam sejauh 15 kilometer. Selama masa aklimatisasi, ternak kerbau kemudian diberikan anti-cacing albendazol untuk menghindari telur cacing dan diberikan vitamin B kompleks. Setiap hari semua ternak diberi pakan rumput dan air minum ad libitum. Darah kemudian diambil pada saat setelah transportasi sampai hari ke-15 dan diukur menggunakan metode radio-immunoassay (RIA). Pengukuran kortisol dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran T3 dan T4 dilakukan setiap dua hari sekali. Hasil pengukuran kadar kortisol serum menunjukkan adanya pengaruh transportasi terhadap kerbau penelitian yang ditunjukkan melalui kadar kortisol yang meningkat dari kadar kortisol normal literatur. Kadar kortisol tertinggi terjadi pada hari pertama yaitu pada saat hewan baru saja mengalami transportasi dan mulai menurun sejak hari kedua pascatransportasi. Hasil pengukuran kadar triiodotironin (T3) pada serum kerbau menunjukkan hasil konsentrasi T3 yang fluktuatif yaitu meningkat sejak pengukuran pertama sampai pengukuran ke-2 pascatransportasi dan mulai menurun pada pengukuran hari ke-3 dan seterusnya. Hasil pengukuran T4 menunjukkan peningkatan pada hari pertama dan mulai terjadi penurunan kadar T4 sejak pengukuran kedua pascatransportasi. Penurunan T4 mengindikasikan adanya konversi dari T4 menjadiT3 dengan bentuk lebih aktifKondisi demikian disebabkan oleh stres akibat transportasi sehingga proses metabolisme mengalami perubahan.