dc.description.abstract | Salah satu upaya memanfaatkan kayu berkualitas rendah adalah menjadikannya sebagai kayu laminasi. Kayu laminasi berdasarkan pola penyusunan laminanya dibagi menjadi dua yaitu kayu laminasi simetris dan asimetris. Kayu laminasi simetris sudah banyak diproduksi sedangkan kayu laminasi asimetris belum banyak diproduksi. Kayu laminasi asimetris bagian face dan back-nya dibuat dari material dan/atau ukuran tebal yang berbeda sehingga garis netral tidak tepat berada di tengah-tengah core. Sifat fisis (kadar air, kerapatan dan berat jenis), sifat mekanis (MOE dan MOR), uji absorbsi suara baik kayu laminasi dan bahan pembentuknya, serta analisis teoritis sifat mekanis kayu laminasi ditinjau dari bahan pembentuknya digunakan untuk menganalisis kemampuan dari kayu laminasi yang dihasilkan. Hasil analisis dari pengujian yang dilakukan digunakan sebagai referensi dalam memproduksi kayu laminasi yang diinginkan. Kadar air tertinggi terdapat pada kayu laminasi dengan core balsa 4 cm (14,0 %) dan terendah terdapat pada kayu laminasi dengan core MDF 4 cm (10,6 %). Kerapatan dan berat jenis tertinggi terdapat pada kayu laminasi dengan core MDF 4 cm (0,69 g/cm3 dan 0,62), sedangkan terendah terdapat pada kayu laminasi dengan core styrofoam 4 cm (0,24 g/cm3 dan 0,21). Hasil analisis pengujian menghasilkan nilai MOE teoritis (core dianggap berperan dan core dianggap tidak berperan) yang kemudian dibandingkan dengan nilai MOE empiris (didapat dari hasil pengujian di laboratorium). Core pada peneliitan ini mempunyai peranan dalam menahan beban yang diberikan namun besarnya tidak 100 %. Pada uji absorbsi suara, styrofoam dan kayu laminasi dengan core styrofoam memiliki penyerapan paling baik dibandingkan bahan pembentuk dan kayu laminasi yang lain. Kayu laminasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai alternatif komponen dinding sekat pada studio musik karena mampu menyerap pada rentang frekuensi 500 Hz-3150 Hz. | en |