Show simple item record

dc.contributor.advisorNurisyah, Siti
dc.contributor.authorHerliani, Tania
dc.date.accessioned2012-10-30T07:12:25Z
dc.date.available2012-10-30T07:12:25Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58187
dc.description.abstractSalah satu peninggalan masa kolonial adalah tatanan lanskap kota-kota yang pernah diduduki kaum penjajah. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang dibangun pada masa kolonial, yang memiliki kekhasan dalam pola lanskapnya. Hal tersebut dapat terlihat diantaranya dalam lanskap permukiman tipe kolonial yang berada di kawasan Taman Kencana. Kawasan Taman Kencana merupakan suatu kawasan permukiman yang diperuntukan bagi bangsa Eropa dan dibangun pada periode akhir masa penjajahan. Pelestarian kawasan bersejarah ini perlu dilakukan sebagai paya mempertahankan karakter dan identitas Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan aspek kesejarahan dan karakteristik lanskap permukiman di Kawasan Taman Kencana, (2) menganalisis signifikansi nilai kesejarahan, (3) mendeskripsikan aspek legal, pembangunan kota dan pendapat masyarakat dan ahli yang mendukung pelestarian, serta (4) menyusun rencana lanskap untuk pelestarian permukiman tipe kolonial di kawasan Taman Kencana. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, mulai bulan Maret hingga Agustus 2011. Tahapan penelitian meliputi: tahap persiapan, pengumpulan data, analisis dan perencanaan lanskap. Kawasan permukiman tipe kolonial di Taman Kencana dibangun sebagai permukiman bangsa Eropa dan merupakan bagian dari perencanaan perluasan Kota Bogor. Perluasan ke daerah yang dahulu disebut Kedoeng Halang ini mulai diinisiasi sejak tahun 1917-an dengan Ir. Thomas Karsten dan asosiasi sebagai perencananya. Identifikasi karakteristik lanskap kawasan dapat dilihat dari penggunaan lahan, elemen bangunan, sirkulasi dan tata hijau. Permukiman ini diperuntukan sebagai rumah dinas bangsa Eropa sesuai strata sosialnya, meliputi pegawai, peneliti, militer dan penguasa yang bekerja di kantor-kantor pemerintahan di sekitarnya. Zona I merupakan kawasan permukiman yang diperuntukan bagi militer dan kelas pegawai. Sedangkan Zona II dan III adalah untuk strata sosial yang lebih tinggi, peneliti, petinggi atau penguasa. Selain hunian, dalam permukiman tersebut juga terdapat kantor pemerintahan dan taman ketetanggaan. Baik rumah tinggal maupun bangunan kantor pemerintahnnya memiliki arsitektur khas Indo-Eropa. Ciri tata hijau kawasan sebagai permukiman elit dapat dilihat pada Zona II dan III, yaitu adanya jalur hijau jalan yang lebar dan dilengkapi dengan pohon-pohon penaung. Berdasarkan analisis nilai signifikansi kesejarahan yang dinilai dari derajat uniqueness, typicality (Haris dan Dines, 1988) dan keaslian lanskap sejarah, menunjukkan bahwa zona I, dengan skor 19,1 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan sedang. Zona II, dengan skor 26,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi, zona III, dengan skor 31,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Maka, rekomendasi pelestariannya dibagi berdasarkan tingkat konservasi, yaitu zona II dan III tingkat konservasi I, maka pelestarian ke arah preservasi atau lebih tinggi. Sedangkan zona I dengan tingkat konservasi II. iii Berdasarkan tinjauan aspek legal, kawasan permukiman tipe kolonial di Taman Kencana telah memenuhi kriteria UU Cagar Budaya No 10/2011 sebagai kawasan Cagar Budaya. Perda Kota Bogor telah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan strategis kota bidang sosial budaya, dengan fungsi dan tujuan mempreservasi bentuk arsitektur bangunan yang khas. Preservasi terhadap bentuk arsitektur saja dapat dikatakan belum mencukupi untuk pelestarian kawasan, yaitu perlu tindakan pelestarian yang mempreservasi lanskap dan elemennya. Pelestarian kawasan ini mendapat dukungan dari masyarakat, LSM, pemerintah dan ahli. Pendapat mereka sebagai wakil masyarakat merupakan masukan untuk tindakan pelestarian yang dapat diterapkan. Perencanaan lanskap untuk pelestarian kawasan merekomendasikan zona inti, zona pendukung, serta zona penyangga. Berdasarkan konsep pelestarian yang bertujuan mempertahankan dan mewujudkan kembali layout dari permukiman ini, maka dihasilkan Zona inti seluas 62% berfungsi mempertahankan karakter kawasan. Zona penunjang (22%) merupakan. Sedangkan zona penyangga (16%) berfungsi melindungi karakter zona inti dan zona pengembangan dari pengaruh perubahan karakter kawasan di sekitarnya.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titlePerencanaan Lanskap untuk Pelestarian Permukiman Tipe Kolonial di Kawasan Taman Kencana, Kota Bogoren


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record