Show simple item record

Determination of Urban Forest Area Based on Carbondioxide (CO2) Absorption on Samarinda City, East Borneo

dc.contributor.advisorDahlan, Endes Nurfilmarasa
dc.contributor.advisorHermawan, Rachmad
dc.contributor.authorKasih, Feny Dwi
dc.date.accessioned2012-09-05T02:11:30Z
dc.date.available2012-09-05T02:11:30Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56949
dc.description.abstractSamarinda is administration center and capital city of East Borneo. This city has rapid development on various field. The city development evidence could be observed with many industries, offices, housing areas, malls, and others city infrastructures. The development progress brings negative effect for environment. Conversion of green open spaces on this city caused reduce of O2 supply which produced by plants, whereas the amount of CO2 was increased. The rising of CO2 level can cause increasing of earth surface temperature by reason of green house effect. It can contaminate the environment and decrease quality of environment. One of effective and efficient way to diminish that negative effect is urban forest concept application. Therefore, it needed to decide appropriate urban forest area, so the function of urban forest can be optimal. This research was conducted to know urban forest area based on CO2 absorption on Samarinda City. This research was located on Samarinda City and held on January-Juni 2011. The data collection are consumption level of fuel (gasoline, diesel fuel, kerosene, and LPG), number of population, and area planning (RTRW). The measurement of requirement urban forest area based on the function as CO2 absorbent with two scenarios. The first scenario for population growth is 1,33 % and second scenario for population growth is 4,39 %. Urban forest area on Samarinda city in the amount of 732,777 ha, its amount only 1,02 % from total area of city. From the result, requirement of urban forest based on absorption of CO2 under first scenario on 2012 and 2050 are 11.907,06 ha and 19.672,07 ha. Scenario two says that requirement of urban forest on 2012 and 2050 are 14.324,67 ha and 73.303,23 ha. The requirement of area is enough towards areal which allocated as conservation area on Samarinda City areal planning 2005-2015 is 29.972,14 ha, but according to scenario two, the requirement of urban forest on Samarinda City adequate only until 2025. Requirement of urban forest area on Samarinda City under the PP No. 63 Tahun 2002 is 7.180 ha. It’s compatible with total areal which allocated as conservation area on Samarinda City area planning. Urban forest area requirement based on CO2 absorption larger than its requirement based on PP No. 63 Tahun 2002.en
dc.description.abstractKota Samarinda sebagai pusat pemerintahan merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Timur yang telah mengalami perkembangan pesat pada berbagai bidang. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya industri, perkantoran, perumahan, pusat-pusat perbelanjaan dan berbagai infra struktur penunjang lainnya. Perkembangan pembangunan ini membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan semakin banyaknya ruang terbuka hijau yang dikonversi menyebabkan pasokan O2 yang dihasilkan tumbuhan semakin berkurang, sebaliknya keberadaan CO2 di udara meningkat. Meningkatnya kadar CO2 dapat menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi akibat efek rumah kaca. Hal ini memungkinkan lingkungan hidup menjadi tercemar dan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Salah satu cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan penerapan konsep hutan kota. Oleh karena itu diperlukan penentuan luasan hutan kota yang tepat agar fungsi hutan kota dapat dirasakan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luasan hutan kota berdasarkan penyerapan karbondioksida (CO2) di Kota Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Samarinda pada bulan Januari 2011- Juni 2011. Data yang dikumpulkan meliputi data tingkat konsumsi bahan bakar (bensin, solar, minyak tanah dan LPG), jumlah penduduk dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Perhitungan kebutuhan luas hutan kota berdasarkan fungsi sebagai penyerap karbondioksida dilakukan 2 skenario. Skenario pertama laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,33 % dan skenario kedua laju pertumbuhan penduduknya sebesar 4,39 %. Luas hutan kota di Kota Samarinda saat ini sebesar 732,777 ha atau hanya 1,02 % dari luas wilayah. Dari hasil perhitungan, kebutuhan luas hutan kota berdasarkan penyerapan CO2 pada skenario 1 tahun 2012 dan 2050 masingmasing sebesar 11.907,06 ha dan 19.672,07 ha. Pada skenario 2 kebutuhan luas hutan kota tahun 2012 dan 2050 masing-masing sebesar 14.324,67 ha dan 73.303,23 ha. Kebutuhan luasan tersebut sudah terkecukupi dengan lahan yang telah dialokasikan sebagai kawasan perlindungan dalam RTRW Kota Samarinda 2005-2015 yaitu sebesar 29.972,14 ha, namun untuk kebutuhan luas hutan kota pada skenario 2 hanya terkecukupi hingga tahun 2025. Kebutuhan luas hutan kota di Kota Samarinda berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002 adalah sebesar 7.180 ha. Luasan tersebut sudah sangat terkecukupi dengan lahan yang telah dialokasikan sebagai kawasan perlindungan dalam RTRW. Kebutuhan luas hutan kota berdasarkan penyerapan CO2 jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan luas hutan kota berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002.
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectCarbondioxide emissionen
dc.subjectUrban foresten
dc.titlePenentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Penyerapan Karbondioksida (CO2) di Kota Samarinda Kalimantan Timuren
dc.titleDetermination of Urban Forest Area Based on Carbondioxide (CO2) Absorption on Samarinda City, East Borneo


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record