Show simple item record

Assessment of Applied Food Crops Culture Technology for Climate Risk Management and Its Dissemination through Climate Field School (Case Study: Pringkuku, Pacitan)

dc.contributor.advisorSuharsono,Heny
dc.contributor.advisorBoer,Rizaldi
dc.contributor.authorSundawatiningsih, Harisah
dc.date.accessioned2012-07-11T02:09:48Z
dc.date.available2012-07-11T02:09:48Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55674
dc.description.abstractFood crop culture technology for climate risk management is a culture technology which the application considered and adjusted with climate information. While climate field school is a dissemination medium of food crops culture technology to manage the climate risk by teaching the farmers in the field directly. Climate field school is expected can help the farmers to apply the technology so the yield can be optimally increased. The aims of this research are (i) indentifying the main obstacle factors for the farmers on farm activity, (ii) indentifying food crops culture technology and the application in addressing climate risk, (iii) evaluate the effectivity of the method on socializing culture technology, particularly climate field school to the farmers in Pringkuku. The method of the research are interview and the field review to Balitklimat and the farmers. The results show that climate is the main obstacle for the farmers in Pringkuku on farm activity. There are more than 80% farmers state that the main problem is drought. Irrigation technology that has been developed by Balitklimat, namely berselang, macak-macak, curah, parit and tetes have not yet applied in Pringkuku. The common technology that is adopted by the farmers to overcome drought is the planting directly without seeding, so-called tugal system where they used to have sebar technique before. By using tugal technique, the crop is more stand to drought because the root can grow faster and deeper since the soil water content at the layer is high. While using the sebar technique the root grow slower and shallower so the root can not absorb water at the deeper layer. Moreover, climate field school is also considered as effective medium in increasing the awareness and the capability of farmers in using climate information to manage their farm activity.en
dc.description.abstractTeknologi budidaya tanaman pangan untuk pengelolaan risiko iklim merupakan teknologi budidaya yang penerapannya mempertimbangkan atau disesuaikan dengan informasi iklim yang diperoleh. Sedangkan „Sekolah Lapang Iklim‟ (SLI) merupakan media diseminasi teknologi budidaya tanaman pangan untuk pengelolaan risiko iklim kepada petani yang dilakukan melalui pembelajaran langsung di lapangan. melalui SLI diharapkan petani mampu menerapkan teknologi tersebut selaras dengan kondisi iklim sehingga dapat menghasilkan tingkat produksi yang optimal. penelitian ini bertujuan untuk (i) mengidentifikasi faktor kendala utama yang dihadapi petani dalam usaha tani di Desa Pringkuku, (ii) mengidentifikasi teknologi budidaya tanaman pangan dan aplikasi dalam mengatasi risiko iklim dan (iii) mengevaluasi efektivitas metode penyampaian teknologi budidaya, khususnya Sekolah Lapang Iklim (SLI) kepada petani di Desa Pringkuku. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan peninjauan langsung ke lapangan di Balitklimat sampai petani. Penelitian dilakukan di Desa Pringkuku dari Mei 2010 sampai Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim merupakan salah satu kendala utama dalam berusahatani bagi petani di desa Pringkuku. Lebih dari 80% petani yang diwawancarai di desa Pringkuku menyatakan bentuk kendala utama iklim ialah kekeringan. Teknologi irigasi yang sudah dikembangkan oleh Balitklimat diantaranya teknologi irigasi berselang, macak-macak, curah, parit dan tetes belum diterapkan di Desa Pringkuku. Teknologi yang umum yang sudah diadopsi petani untuk mengatasi kekeringan ini ialah teknologi tanam langsung dengan sistem tugal yang sebelumnya menggunakan teknologi sebar. Dengan teknik tugal tanaman lebih tahan terhadap kekeringan karena akar dapat tumbuh lebih cepat dan lebih dalam dimana ketersedian air pada lapisan ini cukup tinggi. Sedangkan dengan sistem sebar, akar yang terbentuk lebih dangkal sehingga tidak dapat menyerap air pada lapisan yang lebih dalam. Disamping itu, SLI juga dinilai sebagai wadah pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kemampuan petani dalam memanfaatkan informasi iklim untuk pengelolaan SUTnya
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectclimate field school.en
dc.subjectculture technology disseminatioinen
dc.subjectfarmers culture technologyen
dc.subjectmain obstacle on farm activityen
dc.titleKajian Penerapan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan untuk Pengelolaan Risiko Iklim dan Metode Diseminasinya melalui Sekolah Lapang Iklim. (Studi Kasus di Desa Pringkuku Kec. Pringkuku Kab. Pacitan Jawa Timur).en
dc.titleAssessment of Applied Food Crops Culture Technology for Climate Risk Management and Its Dissemination through Climate Field School (Case Study: Pringkuku, Pacitan)


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record