Dinamika hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan F
Fish production dynamic of small pelagic fish in off west coast of South Sulawesi
Date
2010Author
Nelwan, Alfa Filep Petrus
Sondita,Fedi A.
Monintja, Daniel R.
Simbolon,Domu
Metadata
Show full item recordAbstract
Coastal waters of western part of South Sulawesi Province has various ecological features that may affect dynamics of fish production which in turn may determine distribution and abundance of several small fish pelagic species that are common targets of local fishermen. Fisheries managers usually requires some information to identify some management strategies, but there are some concerns on the scales of spatial and temporal units and statistical parameters in analysing ecological and fisheries data to generate information useful to predict fish abundance and distribution. This study was designed to evaluate the dynamics of production of small fish pelagic species and correlate the fish production with amount of fishing effort and ecological data (i.e. sea surface temperature and chlorophyll contents). This study used fishing effort data for 8 types traditional one-day fishing units and fish production of 6 pelagic species. Annual fishing effort and CPUE over a periode of 30 years (1977-2006) were calculated after a standardization considering variability in capture capacity and fisheries development. The study area was divided into three regions, i.e. around Spermonde Islands (zone A), off Polmas and Pinrang District (zone B) and off Majene and Mamuju District (zone C). Ecological data were derived from an internet situs, i.e. http://reason.gsfc.nasa.gov/giovanni. The correlation analysis used 2002-2006 quarterly data published by districts along the study area. The sea suface temperature (SST) and chlorofill contents from the internet were processed into quarterly data. Seven statistical parameters of the two factors were calculated, i.e. mean, median, modus, deviation standard, range, minimum, and maximum. In general, small pelagic fisheries in zone A were the most dynamic compared to the two other fishing sub-areas (zone B and zone C). Fish abundance in zone A was coincident with low chlorophyl content, regardless of SST level. Modus appeared to be a suitable statistical parameter that reflects stronger relationship between fish productivity) and ecological data (SST and chlorophyll) when analysis was carried out using quarterly seasonal data. Kemampuan produksi sumberdaya ikan pelagis kecil menentukan ketersediaan stok untuk perikanan. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang saling berinteraksi mempengaruhi daya dukung sumberdaya ikan. Faktor internal adalah proses biologi dan ekologi, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan laut dan kegiatan penangkapan ikan. Faktor ektsternal dapat diidentifikasi melalui perubahan upaya penangkapan dan kondisi oseanografi terhadap produksi ikan. Perairan pantai barat Sulawesi Selatan memiliki tipikal ekosistim pantai yang berbeda dari utara ke selatan. Pada bagian utara adalah perairan Majene dan Mamuju memiliki tipikal perairan pantai terbuka dan relatif dalam, bagian tengah adalah perairan Polmas, Pinrang, dan Pare-Pare yang memiliki tipikal perairan teluk, dan bagian selatan adalah perairan Takalar, Makassar, Maros, Pangkep, dan Barru, yang memiliki tipikal periran kepulauan dan terumbu karang. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah statistik produksi (V) dan upaya penangkapan ikan tahunan (U) yang dipublikasikan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan untuk kurun waktu 30 tahun (t), sejak tahun 1977 hingga 2006. Dalam penelitian ada 8 jenis unit penangkapan ikan (k), yaitu perahu atau kapal yang mengoperasikan: (1) payang, (2) pukat pantai, (3) pukat cincin, (4) jaring insang hanyut, (5) jaring lingkar, (6) jaring insang tetap, (7) bagan perahu, dan (8) bagan tancap, serta 6 jenis ikan (i) yaitu: (1) kembung (Rastrelliger sp), (2) tembang (Sardinella fimbriata), (3) layang (Decapterus sp), (4) teri (Stolephorus spp), (5) lemuru (Sardinella longiceps), dan (6) selar (Selaroides spp). Kawasan perairan pantai barat Sulawesi Selatan dibagi menjadi 3 kawasan (z), yaitu zona A di selatan yang mencakup Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru, zona B di tengah yang mencakup Kota Pare-Pare, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Polmas, dan zona C di utara yang mencakup Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju. Data produksi dan upaya penangkapan dikelompokkan berdasarkan ciri umum dalam 4 periode kebijakan pembangunan perikanan (p), berturut-turut adalah: 1) motorisasi (1977-1982), 2) penyertaan modal pemerintah dan pengembangan golongan ekonomi lemah (1983-1990), 3) diversifikasi usaha pengembangan usaha perikanan (1991-1997), dan 4) era reformasi, desentralisasi pengelolaan perikanan, serta pemberdayaan ekonomi nelayan (1997-2006). Perhitungan standardisasi upaya penangkapan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama pada masing-masing unit penangkapan di setiap zona, sedangkan tahap kedua standardisasi dilakukan berdasarkan total upaya penangkapan untuk menghitung CPUE di setiap zona.
Collections
- DT - Fisheries [715]