Show simple item record

Management of Potential Fishing Zone in Madura Strait and its Surrounding Based on Spatial and Temporal Approaches.

dc.contributor.advisorSondita, Fedi A.
dc.contributor.advisorHaluan, John
dc.contributor.advisorKartasasmita, Mahdi
dc.contributor.authorHasyim, Bidawi
dc.date.accessioned2012-06-19T04:14:36Z
dc.date.available2012-06-19T04:14:36Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54963
dc.description.abstractFish resources in the east part of Madura Strait has been traditionally utilized by Situbondo fishermen. This research was aimed at: (1) describing the dynamics of potential fishing zones (PFZ) by analyzing sea surface temperature and chlorophyll-a content, wind velocity and wave height, and (2) developing spatial and temporal direction of fishing operation and cooperative fishing operation based on the distribution of PFZ. This research synthesized 10-year weekly sea surface temperature (SST) data in the Madura Strait and its surroundings derived from satellite remote sensing becoming 48 weekly SST data, identified and synthesized 48 PFZs data becoming 12 monthly PFZs, then analyzed monthly PFZ based on its distribution and density classification in each spatial units. Based on regional planning, the fishing management zone of Situbondo can be distinguished into 3 areas: PPI Besuki zone in the west, PPI Tanjung Pecinan Zone in the middle and PPI Pondok Mimbo Zone in the east. Fishermen from the three PPIs have different capacity in accessing the PFZs identified in this research. The fishermen from PPI Besuki and Tanjung Pecinan, especially who operate fishing boats larger than 20 GT, have better technological capacity than the fishermen from PPI Pondok Mimbo, especially to operate during easterly wind season. The fishermen from the first two PPIs can access most part of the strait and its adjacent waters while those from the PPI Pondok Mimbo can access the PFZs as far as 20 kms from the shore. Cooperative fishing operation among the fishermen from various locations surrounding Madura Strait and its adjacent waters is needed to promote greater access to the PFZs identified in this research and prevent conflicts on fishing ground. Such cooperative operation needs to be supported by inter-regional governments (Kabupatens) in the area through wider integrated fisheries management, including development of regional fisheries industry network.en
dc.description.abstractSecara tradisional nelayan Situbondo telah memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di bagian timur dari Selat Madura. Sementara itu, perairan di sebelah timur selat ini belum dimanfaatkan secara optimal karena berbagai kendala, seperti spesifikasi teknis unit penangkapan ikan, cuaca dan keterbatasan prasarana pendukung. Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi dinamika zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) di kawasan Selat Madura dan sekitarnya melalui analisis terhadap peta sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan khlorofil-a yang diperoleh dari citra penginderaan jauh; dan (2) mengembangkan pola spasial dan temporal kegiatan penangkapan ikan berdasarkan dinamika ZPPI yang difokuskan pada pengembangan kerjasama operasional perikanan tangkap di antara nelayan Situbondo, serta antara Kabupaten Situbondo dengan kebupaten sekitarnya. Daerah penelitian ini mencakup Selat Madura dan perairan sekitarnya yang meliputi Laut Bali bagian barat, Selat Bali bagian utara, dan Laut Jawa bagian timur sebelah utara Pulau Madura. Data utama penelitian ini adalah suhu permukaan laut (SPL) yang diperoleh dari penginderaan jauh satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration – Advanced Very High Resoltion Radiometer) tahun 1996 – 2005, yaitu data NOAA-AVHRR kanal 4 dan 5. Perhitungan SPL dilakukan dengan menerapkan algoritma McMillin and Crossby (1984) yang sudah biasa dipakai di LAPAN, dengan rumus : SPL = TW4 + 2,702 (TW4 – TW5) – 273,582, dimana SPL dalam derajat Celcius; TW4 dan TW5 adalah citra suhu air laut dari masing-masing kanal 4 dan 5 tersebut; dan konstanta -273,582 adalah konstanta pengurangan untuk mengkonversi satuan suhu dari derajat Kelvin menjadi derajat Celcius. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis SPL mingguan selama 10 tahun (1996 -2005), menghasilkan 48 ZPPI mingguan. ZPPI ditentukan berdasarkan thermal front yang ditentukan berdasarkan gradien SPL dan kandungan klorofil-a dari citra satelit SeaWiFs dengan kriteria sebagai berikut : (1) pembuatan kontur SPL; (2) identifikasi dan analisis gradien SPL untuk setiap jarak 3 km (3 pixel) sebesar 0,5o C; dan (3) analisis nilai kandungan klorofil-a ( > 0,3 mg/l). Selanjutnya dilakukan sintesis 48 ZPPI mingguan menghasilkan 12 ZPPI bulanan yang selanjunya dijadikan dasar analisis dinamika ZPPI di Selat Madura dan perairan sekitarnya, dengan memperhatikan kondisi angin dan gelombang, serta serta kedalaman perairan berdasarkan peta laut yang dikerluarkan oleh Dishidros. Citra-citra satelit menunjukkan bahwa variasi SPL di Selat Madura menunjukkan perubahan yang sangat dinamis. Suhu terendah terjadi pada bulan Desember dalam kisaran 26o - 30o C ketika angin bertiup dari barat, sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan September dengan kisaran 28o – 32o C ketika angin bertiup dari timur, tenggara dan selatan. Kandungan klorofil-a di Selat Madura umumnya berada dalam kisaran 0,4 – 1,0 mg/m3. Sementara itu, kondisi gelombang di Selat Madura dipengaruhi oleh arah angin dan konfigurasi geografi di sekitar Selat Madura. Angin yang datang dari arah barat, barat laut, barat daya, utara dan selatan terhalang oleh daratan Pulau Madura, Pulau Jawa dan pulau Bali yang mengelilingi Selat Madura sehingga periode angin-angin tersebut menyebabkan Selat Madura relatif tenang sepanjang tahun, kecuali ketika angin bertiup dari timur yang umumnya berlangsung pada periode mulai dari bulan Juni hingga September. Sumberdaya ikan yang dominan tertangkap di Selat Madura oleh nelayan Situbondo adalah lemuru, tongkol, layang, kembung dan selar, dengan komposisi yang berubah-ubah berkaitan erat dengan musim. Mengacu pada Rencana Tata Ruang Kabupaten Situbondo maka wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Situbondo dapat dibagi menjadi 3 zona berdasarkan lokasi pusat pendaratan ikan (PPI) yang ada, yaitu zona PPI Besuki yang terletak di sisi paling barat, zona PPI Tanjung Pacinan di bagian tengah, dan zona PPI Pondok Mimbo yang terletak di sisi paling timur. Ketika musim angin timur, zona penangkapan ikan PPI Pondok Mimbo mengalami dampak musiman berupa angin kencang dan gelombang tinggi, sementara itu zona PPI Besuki mengalami dampak musiman yang paling kecil. Optimalisasi perikanan tangkap Situbondo dapat dilakukan dengan mengatur pola kegiatan penangkapan pada ZPPI dalam unit spasial yang dapat diakses oleh nelayan dari PPI bersangkutan. Ada 4 opsi pola kegiatan penangkapan ikan yang teridentifikasi, yaitu: (1) setiap nelayan beroperasi di dalam zona PPI masingmasing; (2) nelayan dari zona PPI yang berbeda bekerjasama di dalam wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Situbondo; (3) nelayan Situbondo bekerjasama dengan nelayan PPI lain di sekitarnya yang sama-sama beroperasi di Selat Madura; dan (4) nelayan Situbondo bekerjasama dengan nelayan dari PPI lain yang beroperasi di Selat Bali, Laut Bali dan Laut Jawa bagian timur sebelah utara Pulau Madura. Keempat opsi tersebut perlu diterapkan dalam pengelolaan perikanan tangkap Kabupaten Situbondo. Berdasarkan dinamika ZPPI dan kapasitas teknis yang dimilikinya, nelayan Besuki selain beroperasi di dalam zona PPI Besuki sendiri, juga dapat memperluas daerah penangkapan ikan pada tiga arah, yaitu ke sebelah barat laut hingga di sebelah utara Paiton, ke utara hingga perairan di sebelah selatan Pamekasan, dan ke arah timur laut hingga ke sebelah barat atau barat laut Tanjung Pecinan. Nelayan Besuki yang menggunakan perahu motor 10 – 20 GT diarahkan untuk bekerjasama dengan nelayan lokal lain untuk mengakses ZPPI virtual dalam unit spasial di perairan yang jaraknya 10 – 20 km dari garis pantai di sisi timur laut Probolinggo, serta sebelah barat laut dan timur laut PPI Tanjung Pecinan. Nelayan Besuki yang menggunakan perahu motor di atas 20 GT diarahkan untuk bekerjasama dengan nelayan lokal untuk mengakses unit spasial ZPPI virtual dalam unit spasial di perairan yang jaraknya lebih dari 20 km sebelah utara sampai timur laut Pondok Mimbo, sebelah selatan Pamekasan hingga sebelah tenggara Sumenep. Selain itu, nelayan Besuki dapat melakukan kerjasama dengan nelayan lokal lainnya untuk mengakses ZPPI virtual dalam unit spasial di perairan Laut Jawa antara sebelah utara Pamekasan sampai utara Pulau Raas. Cakupan daerah penangkapan ikan yang luas ini menunjukkan keunggulan teknis dari armada penangkapan ikan yang berasal dari PPI Besuki dibandingkan dengan nelayan Situbondo lainnya. Lokasi ZPPI dalam unit spasial di zona PPI Tanjung Pecinan selalu mengalami perubahan di antara sebelah barat laut dan timur lautnya. Perubahan ini terutama disebabkan oleh pola lintasan pergerakan massa air laut dan sumberdaya ikan di antara zona Pondok Mimbo dan Besuki. Nelayan Tanjung Pecinan yang menggunakan perahu motor 10 – 20 GT dapat diarahkan untuk bekerjasama dengan nelayan Sitobondo lain untuk melakukan operasi penangkapan ikan di ZPPI virtual dalam unit spasial di perairan yang berjarak kurang dari 20 km dari pantai Besuki dan Pondok Mimbo. Nelayan Tanjung Pecinan yang menggunakan perahu motor ukuran di atas 20 GT diarahkan untuk melakukan kerjasama dengan nelayan lokal lain untuk melakukan operasi penangkapan ikan pada perairan yang jaraknya lebih dari 20 km dari pantai Besuki dan Pondok Mimbo. Nelayan Tanjung Pecinan dan Besuki yang samasama menggunakan perahu/kapal motor di atas 20 GT dapat diarahkan untuk melakukan kerjasama penangkapan ikan agar dapat mengakses ZPPI virtual dalam unit spasial di Selat Madura yang jaraknya lebih dari 20 km di sebelah Probolinggo, di sisi utara Selat Madura sebelah selatan Sampang sampai selatan pulau Raas, di Laut Jawa sebelah utara Pamekasan sampai Pulau Raas. Lokasi dan jumlah ZPPI dalam unit spasial pada zona penangkapan ikan PPI Pondok Mimbo juga selalu berubah-ubah, tersebar dalam kawasan perairan yang lebih luas dibandingkan dengan unit spasial dalam zona PPI Besuki dan Tanjung Pecinan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nelayan dari PPI Pondok Mimbo mempunyai potensi sumberdaya ikan yang lebih besar dibandingkan dengan nelayan dari PPI lain di sekitar Selat Madura. Namun demikian, spesifikasi teknis perahu motor yang digunakan tidak mampu untuk mengatasi angin kencang dan gelombang tinggi dari timur sehingga nelayan Pondok Mimbo tidak mampu mengakses ZPPI dalam unit spasial yang luas tersebar di perairan yang berjarak lebih dari 20 km dari pantai Pondok Mimbo. Nelayan Pondok Mimbo yang menggunakan perahu motor 10 – 20 GT dapat diarahkan untuk bekerjasama dengan nelayan lokal lain untuk mengakses ZPPI virtual dalam unit spasial di sebelah timur dan timur laut Tanjung Pecinan, serta dengan nelayan Banyuwagi untuk mengakses bagian utara dari Selat Bali Kerjasama di antara nelayan dari berbagai lokasi di atas sudah seharusnya difasilitasi oleh beberapa Pemerintah Daerah yang bersangkutan, yaitu Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Banyuwangi, dan Provinsi Jawa Timur. Kerjasama antar Pemerintah Daerah ini tidak terbatas pada akses zona penangkapan ikan, tetapi juga termasuk pembangunan jaringan industri perikanan yang melibatkan sub-sistem penangkapan ikan yang berpusat di tepian selatan Selat Madura (di antaranya adalah Situbondo) dan sub-sistem pengolahan ikan yang saat ini berpusat di Banyuwangi. Melalui kerjasama ini diharapkan nelayan dapat mengakses ZPPI dalam unit spasial lebih banyak dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pengelolaan ikan hasil tangkapan untuk kesejahteraan nelayan dan pembangunan Kabupaten Situbondo.
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectCapture fisheries managementen
dc.subjectremote sensingen
dc.subjectsea surface temperatureen
dc.subjectfishing grounden
dc.subjectMadura Straiten
dc.titlePengelolaan zona penangkapan ikan OJ selat madura dan sekitamya dcngan pendekatan spasial dan temporalid
dc.titleManagement of Potential Fishing Zone in Madura Strait and its Surrounding Based on Spatial and Temporal Approaches.en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record