Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Iklim Mikro (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur)
Abstract
Pesatnya pertumbuhan populasi dari tahun ke tahun semakin bertambah, Seiring pertambahan tersebut aktivitas manusia di bumi pun ikut meningkat. Aktivitas-aktivitas ini membutuhkan ruang tidak sedikit, yang mengakibatkan banyak pengalihfungsian lahan dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi lahan terbangun, sehingga proporsi RTH semakin berkurang. Salah satu bentuk RTH di wilayah perkotaan adalah kebun raya. Kebun raya ialah tempat yang memiliki berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami untuk tujuan kegiatan penelitian, pendidikan, dan tujuan ornamental (Mamiri, 2008). Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang berada di Indonesia, bagian dari RTH kota Cianjur. Tujuan utama penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro di KRC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yang digunakan terdiri dari dua yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk melihat dan membandingkan pengaruh antar struktur RTH yang telah diukur suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran dan karakteristik struktural. Metode kuantitatif digunakan dalam menganalisis kenyamanan berdasarkan perhitungan suhu udara dan kelembaban udara untuk memperoleh nilai Temperature Humidity Index (THI) serta Skala Beaufort untuk menganalisis kenyamanan berdasarkan kecepatan angin. Penelitian dilakukan dengan empat tahapan, yaitu : (1) persiapan dan survei lokasi penelitian, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan data dan analisis, dan (4) perumusan rekomendasi. Penelitian ini mengukur unsur-unsur iklim dan menganalisis karakteristik struktural pada struktur RTH yaitu pohon, semak, dan lawn/rumput. Alat yang digunakan yaitu seperangkat Mini Microclimate Station HeavyWeather sebagai alat ukur iklim. Unsur iklim yang dilakukan pengukuran yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Dengan membagi KRC menjadi tiga lokasi berdasarkan radius yakni Lokasi 1 (pusat KRC), Lokasi 2 (tengah KRC), dan Lokasi 3 (tepi KRC). Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara pada tiga struktur RTH di tiga lokasi didapatkan urutan perbandingan yang berbeda-beda. Pada Lokasi 1 memiliki perbandingan nilai suhu udara antar struktur RTH sebagai berikut: pohon (25,2 C) < semak (25,3 C) < lawn/rumput (25,8 C). Pada Lokasi 2, pohon (24,2 C) < semak (26,5 C) < lawn/rumput (29,6 C). Begitu juga pada Lokasi 3, pohon (24,4 C) < semak (28,3 C) < lawn/rumput (32,1 C). Jika dilihat berdasarkan hasil pengukuran suhu udara secara keseluruhan menunjukkan bahwa pohon memiliki suhu udara paling rendah dibandingkan semak dan iv lawn/rumput, hal tersebut dapat diperkirakan karena pohon memiliki naungan yang dapat mereduksi suhu udara lebih besar dibandingkan struktur RTH lainnya. Pada hasil pengukuran kelembaban udara, hasil yang didapatkan berbanding terbalik dengan suhu udara seperti teori yang menyatakan bahwa suhu udara berbanding terbalik dengan kelembaban udara (Handoko, 1994). Dari pengukuran suhu udara dan kelembaban udara dilakukan analisis kenyamanan dengan perhitungan THI. Berdasarkan perhitungan tersebut, seluruh lokasi masih pada kategori nyaman untuk manusia karena nilai THI dibawah 27 (Laurie, 1986). Namun terdapat dua titik yang masuk pada kategori tidak nyaman yaitu pada lawn/rumput di Lokasi 2 & 3. Selain itu, unsur iklim yang diukur yaitu kecepatan angin. Hasil pengukuran pada tiga lokasi yaitu dengan perbandingan antar struktur RTH sebagai berikut pada Lokasi 1, semak (0,3 m/s) < pohon (0,4 m/s) < lawn/rumput (0,6 m/s), Lokasi 2 dengan lawn/rumput (0,1 m/s) < semak (0,5 m/s) < pohon (0,7 m/s), sedangkan Lokasi 3 : pohon dan semak (0,2 m/s) < lawn/rumput (0,3 m/s). Setelah itu kecepatan angin tersebut dianalisis menggunakan Skala Beaufort dan sebagian besar masuk pada kategori tenang di KRC masih pada batas nyaman dan aman manusia. Berdasarkan analisis pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro, analisis tersebut dilakukan dengan melihat pengaruhnya berdasarkan karakteristik struktural yaitu bentuk tajuk, tinggi, penanaman, dan kepadatan tajuk dari setiap strukturnya. Berdasarkan analisis tersebut, dihasilkan bahwa pada pohon di tiga lokasi dengan dominasi bentuk tajuk piramidal, penanaman tunggal, dan kepadatan tajuk sedang, maka pohon-pohon tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam menciptakan kondisi iklim mikro yang nyaman pada RTH. Pada struktur semak, analisis karakteristik struktural tersebut dilakukan sama seperti pohon. Dominasi bentuk tajuk piramidal, bulat, dan horisontal, penanaman tunggal, dan kepadatan tajuk yang cukup padat, maka dihasilkan semak-semak sama seperti pohon memiliki pengaruh yang cukup baik dalam menciptakan kenyamanan. Sementara itu, lawn/rumput tidak memiliki kemampuan yang baik dalam iklim mikro kecuali dengan pengaruh lingkungan sekitar lokasi. Tahap akhir setelah dilakukan analisis yaitu rekomendasi. Rekomendasi yang dibuat yaitu berdasarkan hasil analisis yang disesuaikan untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman pada RTH. Setelah dilakukan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap struktur RTH memiliki pengaruh yang berbeda-beda dalam menciptakan iklim mikro yang nyaman.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]