Respon Pertumbuhan Awal Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Early Performance of Jati Unggul Nusantara (JUN) Clones in Purwakarta, West Java.
Abstract
Teak has a worldwide reputation as premium timber. Because of highly valued timber and slow growing character, tree improvement program has been attempted to produce superior varities (clones) of teak. The superior traits of these varieties can be maintained by vegetative propagation techniques and one of them is already in the market with commercial name “Jati Unggul Nusantara (JUN)”. As JUN clones are planted in the field, they will interact with its environment. The performance of clones under specific environments can be assessed through clonal test. The results of clonal test can then used to recommend prospective clones for large scale planting in the similar sitea. The JUN clonal tests carried out in Purwakarta District (East Java Province). The trial site was established in a completely randomized block design (RCBD) with 4 replicates for each block. Clones were planted in 4 micrositses that have different spacings and manure fertilizer doses. Forty one JUN clones are tested and one lot seedling from the local teak nursery is used as control. The number of individuals from each clone is 4 indivisuals (ramets) which was arranged in line plots. Results of the clonal test at 6 month old showed that the clonal repeatability estimates for tree diameter was R 0.62 dan tree height wasR 0.80. The survival rates of clones were high (more than 90%). Compare with control, the clonal performances, i.e tree diameter and tree height, increased by 34% and 111%, respectively. Out of 4 microsites, mictosite 2 (spacing of 3 x 4 m and manure fertilizer of 5 kg/planting hole) was the best in terms of clone growth performances. The genetic and phenotypic correlations between diameter and height were strong, while correlations between survival rates and both diameter and height were weak. At six months old, selection for height appears to be an optimal selection strategy, as it will lead to the highest genetic gain in diameter based on assumed selection intensity of equal to 0.617 in which it corresponds to the selection of 25 clones out of 41. Jati merupakan kayu premium yang memiliki masa tebang yang cukup lama (slow growing species) yakni 60-80 tahun. Menanggapi hal ini, telah berkembang berbagai teknologi pemuliaan pohon yang telah menghasilkan berbagai varietas jati unggul. Keunggulan varietas ini diharapkan dapat dipertahankan salah satunya dengan cara perbanyakan secara vegetatif. Salah satu nama bibit jati hasil pembiakan vegetatif yang diproduksi dengan sentuhan bioteknologi adalah Jati Unggul Nusantara (JUN). Ketika ditanam di lapangan, klon JUN akan berinteraksi dengan lingkungannya. Keragaan dari interaksi antara faktor genetik (klon) dengan lingkungannya ini dapat diketahui melalui uji klon. Hasil uji klon ini selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi klon-klon unggulan yang dapat ditanam dalam skala luas, salah satunya yaitu di Jawa Barat. Penelitian uji klon di Purwakarta (Jawa Barat) menggunakan rancangan acak lengkap berblok dengan variabel yang diukur yakni pertambahan tinggi, pertambahan diameter, dan daya sintas (survival rate) serta tingkat serangan hama. Uji keragaan dilakukan pada 41 klon JUN dan 1 lot jati lokal sebagai kontrol yang ditanam pada 4 microsite yang memiliki kondisi jarak tanam dan dosis pupuk dasar yang berbeda. Pengulangan sebanyak empat kali dilakukan pada keempat microsite tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan nilai repeatability klon JUN pada umur 6 bulan untuk diameter ( 0,62) dan tinggi ( 0,80). Daya sintas klon yang ditanam pada microsite tersebut dapat dinyatakan cukup besar (lebih dari 90%). Dibandingkan dengan kontrol, pertumbuhan rata-rata klon dapat lebih tinggi 34% untuk variabel diameter dan 111% untuk variabel tinggi. Dari keempat microsite, microsite 2 (jarak tanam 3 x 4 m dan pupuk dasar 5 kg) merupakan yang terbaik dengan rata-rata pertambahan diameter 2,13 cm (lebih tinggi 10,11% dari rata-rata diameter keseluruhan) dan tinggi 130,00 cm (lebih tinggi 7,29% dari rata-rata diameter keseluruhan). Korelasi fenotipik dan genetik antara variabel diameter dengan tinggi cukup kuat, sedangkan korelasi antara daya sintas dengan masing-masing diameter maupun tinggi lemah. Pada penelitian ini, intensitas seleksi diasumsikan sebesar 0,617, dimana dari 41 klon akan diseleksi sebanyak 25 klon. Pada umur 6 bulan, menyeleksi dengan variabel tinggi merupakan strategi seleksi yang paling optimal karena akan menghasilkan perolehan genetik terbesar untuk diameter.
Collections
- UT - Silviculture [1173]