Efek Asap Rokok pada Tikus (Rattus norvegicus) Bunting terhadap Tampilan Fisiologis Induk dan Anaknya Setelah Dilahirkan.
Abstract
Kebiasaan merokok di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya terus meningkat. Perokok di Indonesia berjumlah 75% yang terdiri atas 60% berasal dari populasi pria dan 15% dari populasi wanita (WHO 2005). Sementara di negaranegara maju kebiasaan merokok justru semakin menurun, hal ini disebabkan karena mereka telah sadar akan bahaya rokok pada kesehatan. Hasil Survei Global Youth Tobacco memperlihatkan bahwa 88% perokok di Indonesia lebih menyukai rokok kretek dan 12% menyukai rokok putih. Kadar tar dan nikotin pada rokok kretek lebih tinggi, dibanding rokok putih. Rokok kretek berpotensi menghasilkan asap yang lebih banyak baik asap arus utama dan arus samping dibandingkan dengan rokok putih. Belakangan ini, bahaya asap rokok tidak hanya difokuskan pada perokok aktif tetapi juga pada perokok pasif. Perokok pasif mempunyai peluang yang sama bahkan lebih tinggi mendapatkan penyakit dibandingkan perokok aktif. Secara umum gangguan asap rokok terhadap kesehatan manusia dapat terjadi mulai pada fase janin, anak-anak sampai pada orang dewasa. Gangguan kesehatan itu antara lain gangguan pernafasan, fertilitas, impotensi, jantung dan kelainan pada janin. Wanita hamil yang sering terpapar asap rokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan (fase janin). Beberapa kelainan atau gangguan asap rokok terhadap janin diantaranya adalah: a) terjadinya keguguran spontan, b) berat badan lahir rendah, c) komplikasi saat melahirkan, dan d) kelainan pada perkembangan saraf.