Show simple item record

dc.contributor.advisorSandra,Edhi
dc.contributor.advisorSiswoyo
dc.contributor.authorWindujati, Arya
dc.date.accessioned2012-04-04T01:43:06Z
dc.date.available2012-04-04T01:43:06Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54006
dc.description.abstractGaharu merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang berasal dari tumbuhan famili Thymeliaceae. Gubal gaharu terbentuk dari keluarnya resin sebagai bentuk pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme patogen. Resin terdeposit dalam jaringan kayu kemudian berubah warna coklat hingga hitam dan mengeras seiring dengan bertambahnya umur pohon. Wangi gubal gaharu menyebabkan spesies ini diburu untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Keberadaan populasi di alam semakin berkurang karena sistem pengambilan konvensional dan tidak terkendali. Usaha revegetasi menemui kendala langkanya ketersediaan benih di alam. Kultur jaringan sebagai teknik budidaya aseptik yang dapat memproduksi bibit dalam waktu singkat, dalam jumlah banyak dan steril dapat menjadi solusi permasalahan ini. Penggunaan daun tang kemudian menjadi kalus dalam kultur jaringan tanaman penghasil gaharu jarang dilakukan karena proses hingga dapat diaklimatisasi masih panjang. Pemanfaatan kalus dalam kultur jaringan adalah untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder, pelestarian plasma nutfah dan bahan dasar untuk penggunaan kultur lanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) BAP dan TDZ yang optimum dalam multiplikasi kalus daun tanaman penghasil gaharu dari A. malaccensis dalam media dasar Murashige dan Skoog (MS). Bahan eksplan daun gaharu berasal dari Esha Flora Bogor dengan media tanam MS + BAP 0,5 ppm. Percobaan ini dilakukan dalam 12 perlakuan dengan 10 ulangan, yaitu kombinasi antara BAP (0; 1; 2 ppm) dan TDZ (0; 0,05; 0,1; 0,5 ppm) dengan media MS. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu setelah tanam (MST) dengan pengamatan visual dan pengukuran langsung. Pengukuran langsung dilakukan untuk mengukur luas bengkak dan luas kalus. Bengkak adalah kondisi terjadinya pembelahan sel dalam daun tetapi belum mampu menembus lapisan epidermis daun.Kalus adalah sekumpulan sel amorphopalus yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah diri secara terus menerus. Hasil menunjukkan bahwa 81% eksplan berhasil hidup dan tumbuh hingga 8 MST sedangkan sisanya mati dengan penyebab kontaminasi cendawan, eksplan memutih, eksplan mencoklat/menghitam. Kombinasi ZPT optimum untuk menghasilkan skor luas bengkak adalahBAP 1 ppm + TDZ 0,5 ppm pada 2 MST. Kombinasi ZPT optimum untuk menghasilkan luas kalus adalah BAP 1 ppm pada 3 MST.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectGaharuen
dc.subjectKultur Jaringanen
dc.subjectBAPen
dc.subjectTDZen
dc.subjectKalusen
dc.titleKajian Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan TDZ dalam Kultur Jaringan Daun Tanaman Penghasil Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamken


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record