Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Subang, Jawa Barat: Studi Kasus di Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan
Medicinal Plants Utilization by Community of Subang Regency, West Java: Case Study in Jalancagak District, Dawuan District and Tambakdahan District.
Abstract
Subang Regency is divided into three zone base on its topography which include mountains and highlands area (South of Subang), hills and plains areas (Downtown of Subang) and lowland areas (North of Subang). The topography cause differences in diversity of plant species that grew in each area, which cause different use of medicinal plants. The research aimed to identify the use of medicinal plants by people of Subang Regency which included species of medicinal plants, the use of herbal medicines and the existing efforts of plants utilization for medicinal purpose. The research was conducted in three districts, Jalancagak Districts (Southern part of Subang), Dawuan District (Central part of Subang) and Tambakdahan District (Northern part of Subang). Three villages were selected from each district. The research was conducted on June to July 2011. Data was collected through interview using interview guide, observation and literature studies. Respondents were selected using purposive sampling method. There were 90 respondents selected from each district, with total number of 270 respondents from Subang Regency. The result showed that there were 228 species from 66 families used by the respondents. Community of Dawuan District had more species of medicinal plants used than other district. However, in general, there were only a slight difference in the species of medicinal plats used in each district. As many as 64 species were used to treat bone illnesses, muscle and joint pain. Sirih (Piper betle) had the highest utilization frequency of 35,19%. People used medicinal plants through boiling, brewing, tapping, mixing with food, soaking in water, etc. The way people use the plants were depended on the location of the organs to be treated. There were two existing program of medicinal plants utilization on Subang Regency, which were Batra Program (the effort of illnesses treatment using traditional medicines) and Papaya Planting Program. In conclusion, there were many people in Subang Regency who used medicinal plants to treat their illnesses, particulary for minor and frequently suffered illnesses. Kabupaten Subang dibagi menjadi tiga zona berdasarkan topografinya, yaitu daerah pegunungan dan dataran tinggi (Subang bagian selatan), daerah berbukit dan dataran (Subang bagian tengah) dan daerah dataran rendah (Subang bagian utara). Topografi yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan keanekaragaman spesies tumbuhan yang tumbuh di dalamnya dan lebih lanjut menyebabkan adanya perbedaan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang yang meliputi spesies tumbuhan obat, cara pemanfaatan tumbuhan obat dan upaya pengembangan tumbuhan obat yang telah ada sebagai langkah awal bagi upaya pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat di Kabupaten Subang. Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Jalancagak (Subang bagian selatan), Kecamatan Dawuan (Subang bagian tengah) dan Kecamatan Tambakdahan (Subang bagian utara). Pada masing-masing kecamatan dipilih tiga desa yang diteliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011. Penelitian dilakukan terhadap spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sembilan desa di tiga kecamatan lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan panduan wawancara, pengamatan di lapangan dan studi literatur. Responden ditentukan secara purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 90 orang pada setiap kecamatan atau sebanyak 270 orang pada tingkat Kabupaten Subang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spesies yang dimanfaatkan oleh responden sebanyak 228 spesies dari 66 famili. Masyarakat Kecamatan Dawuan lebih banyak memanfaatkan spesies tumbuhan obat dibandingkan masyarakat kecamatan lainnya. Namun, secara umum, spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan di setiap kecamatan tidak terlalu berbeda. Kelompok penyakit tulang, otot dan sendi merupakan kelompok penyakit yang banyak diobati masyarakat dengan tumbuhan, yaitu sebanyak 64 spesies. Sirih (Piper betle) merupakan spesies tumbuhan obat dengan frekuensi pemanfaatan tertinggi sebesar 35,19%. Cara pengolahan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang, yaitu direbus, diseduh, dituak, dicampurkan ke dalam makanan, direndam dalam air dan lain-lain. Cara penggunaan spesies tumbuhan obat dipengaruhi oleh letak organ yang akan diobati. Program pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat yang telah dilaksanakan di Kabupaten Subang, yaitu Batra (Upaya Pelayanan Pengobatan Tradisional) dan Program Penanaman Pepaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Subang masih banyak memanfaatkan tumbuhan dalam pengobatan, terutama untuk penyakit yang ringan dan sering diderita.