View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Forestry and Environment
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Forestry and Environment
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Menentukan Lokasi Hutan Kota dan Contoh Pra Desain Hutan Kota di Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi

      Thumbnail
      View/Open
      Full text (33.17Mb)
      Date
      2011
      Author
      Kridalaksana, Age
      Dahlan, Endes Nurfilmarasa
      Prasetyo,Lilik B.
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Kota merupakan pusat kegiatan manusia yang dicirikan dengan kegiatan perdagangan atau jasa dan sebagai pusat pemerintahan. Pembangunan kota cenderung diarahkan menuju pembangunan fisik kota yang identik dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk aktifitas manusia. Pembangunan kota yang lebih mengutamakan pembangunan fisik dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan kota, terutama dalam hal kenyamanan. Ilmu arsitektur mengenal paling sedikit empat macam kenyamanan, yaitu: kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan, kenyamanan pendengaran dan kenyamanan termis (Karyono 2001). Kenyamanan termis merupakan jenis kenyamanan yang sangat berkaitan dengan pembangunan fisik kota. Umumnya pembangunan fisik kota yang tidak diimbangi dengan penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan, sehingga mengakibatkan suhu perkotaan meningkat bahkan menyebabkan terjadinya fenomena heat island di perkotaan. Fenomena kenaikan suhu memang sudah terjadi sejak abad dua puluh dan terjadi di seluruh kota di Indonesia tidak terkecuali Kecamatan Banyuwangi. Suhu udara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0.3oC sejak tahun 1900. Sementara itu tahun 1990 menjadi dekade terpanas abad ini. Tahun 1998 menjadi tahun terpanas hampir 1°C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Rata-rata suhu udara di Indonesia mengalami peningkatan berkisar 0,2-1°C yang terjadi sejak tahun 1970 sampai tahun 2008 akibat adanya pemanasan global (Firman 2009). Fakta bahwa suhu bumi semakin meningkat, mengindikasikan bahwa faktor termal perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan kota karena faktor kenyamanan suhu bekaitan langsung dengan manusia di lokasi tersebut. Idealistina (1991) menyatakan bahwa suhu nyaman diperlukan manusia untuk mengoptimalkan produktifitas kerja. Standar kenyamanan termal yang berlaku di Indonesia berpedoman pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] dan merekomendasikan suhu nyaman 22.5o-26o C, atau disederhanakan menjadi 24o C ± 2o C, atau rentang antara 22o C hingga 26o C.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52291
      Collections
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism [2495]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository